"Bukannya kau tadi membahas Hana," jawabku singkat. Dia berbohong dan dia menjelaskan tentang hal yang tidak berguna.

Hana memejamkan matanya sejenak dan sepertinya dia tidak memperdulikan hal semacam itu, yang terpenting saat ini adalah kami berdua ada dalam pengawasannya.

"Beberapa menit lagi kita akan sampai," ucap Hana dengan nada judes.

Hana sudah membalikkan wajahnya kedepan. Sudah bisa kutebak, Hasekura saat ini benar-benar jatuh cinta kepada Hana.

Tempat ini benar-benar layaknya pedesaan, jauh dari peradaban dan tidak ada bangunan megah dan besar. Tempat yang dipenuhi oleh pepohonan besar dan rumah yang sederhana.

Hasekura masih kaget sekaligus perasaan tidak percaya kepadaku saat melawan Shamian Wolf. Sejujurnya, aku melakukan itu karena reflek dengan apa yang kuhadapi pada saat itu.

"Ren-san! Bagaimana bisa kau tadi bisa menghindari serangan dari Shamian Wolf itu?" Tanya Hasekura penasaran.

"Uhm. Sejujurnya aku tidak suka membuang kerigatku demi serigala jadi-jadian itu."

"Apa dia mempunyai kekuatan khusus?" Batin Hana.

"Kau ini kan orang pemalas.. dan.. bagaimana kau bisa bergerak secepat itu untuk menghindarinya?!
Tolong ajari aku Ren-san!"

Aku hanya terdiam dan mengacuhkan pembicaraan Hasekura yang sedikit konyol. Walaupun sebenarnya aku ini pemalas dan tidak suka bergerak. Tapi demi Tokyo, aku harus bergerak. Untuk pulang.

Beberapa menit kemudian, Hana membawaku ke rumah sederhananya. Dia membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk.

Kami pun akhirnya masuk ke dalam rumah Hana.

Dia menyuruhku duduk di ruang tamunya. Dia lalu pergi ke dapur untuk memberikan kami sebuah air minum.

"Ayo kita pulang, Ren-san!" Ajak Hasekura.

"Pulang bagaimana? Kita tidak tahu dimana jalan pulangnya."

"Aku takut."

"Huh."

Aku hanya menghela nafas sekali lagi.

Tidak lama, Hana pun datang dengan membawakan beberapa biskuit di piring dan minuman hangat lagi yang sudah tersedia. Dia meletakkannya di meja dan duduk di kursi yang cukup lebar.

"Baiklah. Boleh aku jelaskan sekarang," ucap Hana.

"Si..silahkan, jawab kami.

"Memangnya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa monster serigala itu tadi menyerang kami dan menghancurkan hutan itu?" Tanya Hasekura.

"Maksudmu serigala jadi-jadian itu?"

"Dia adalah salah satu utusan dari Akahito," jawab Hana.

"Akahito? Siapa dia?" Tanya Hasekura.

"Dia adalah pemimpin pasukan monster."

"Pasukan monster? Apa seperti si Shamian?" Tanya Hasekura.

Hana pun mulai menceritakan tentang kondisi di dunia pararel ini.

"Kalian saat ini sudah berada di Dunia Naria. Kalian bisa sebut dengan Kerajaan Sihir ataupun Dunia Pararel. Sekarang kalian sudah tepat di Serikat Aflhim."

"Serikat katamu?" Tanya Hasekura.

"Dunia Naria sendiri dibagi menjadi 4 serikat terbesar...
Atherium, Rhisero, Alfhim, dan Sgemoru," ucap Hana

"..............." mereka masih terdiam dan menyimak penjelasan dari Hana.

"Dua belas tahun yang lalu, Dunia Naria pernah diserang oleh Pasukan Monster yang dipimpin oleh Akahito.
Kekuatan kegelapan hampir menguasai dunia Naria. Tapi, kami diselamatkan oleh 5 Pasukan penyihir terkuat atau yang dikenal sebagai Pasukan Mistis."

"Pasukan Mistis?"

"Iya. Pasukan Mistis, Pahlawan Mistis atau yang dikenal sebagai Savior menyegel Akahito beserta pasukan monsternya ke bawah tanah yang paling dalam dan memastikan agar tidak membuat kekacauan di dunia Naria."

"Tapi..
Apa hubungannya dengan kami sekarang?"

"Pasukan Monster waktu itu pernah mencoba untuk memasuki dan menerobos masuk ke dunia manusia untuk membawa kekacauan kembali..
Dan dia pernah mengatakan bahwa dia ingin menguasai seluruh dunia dengan kekuatannya..
Tapi, Pasukan Mistis...
Menggunakan segel terlarang dan mengurungnya seperti apa yang kukatakan sebelumnya."

"Lalu.. apa yang terjadi dengan 5 Pasukan Mistis itu?" Tanya Hasekura.

"Mereka gugur dalam peperangan dan melakukan ritual penyegelan. Kekuatan kegelapan telah berhasil dikalahkan."

"Berarti Pasukan Mistis itu benar-benar hebat!" Takjub Hasekura.

"Tapi......"

"Uhmm?"

"Tapi kami para penyihir merasakan tanda-tanda Akahito akan berhasil bebas dari segel yang pernah dilakukan oleh Pasukan Mistis, dia juga mencoba keluar dari permukaan Dunia Naria. Tapi kami masih belum mengetahui dimana tempat persembunyiannya. Mungkin dia masih berada di dalam bawah tanah."

"Berarti dengan kata lain.. Pasukan Mistis terdahulu mengurung Pasukan Monster ke bawah tanah. Bukankah begitu?" Tanyaku.

"Tepat.. Oleh karena itu, aku diutus untuk mencari Pasukan Mistis yang baru. Menurut ramalan dari salah satu penyihir [Mei Kowaki], Pasukan Mistis itu ada di Dunia Manusia."

"Hmmm..."

"Dan sepertinya kalian berdualah yang akan ditakdirkan untuk menjadi...
Pahlawan Mistis..." ucap Hana.

"Asek," Hasekura tersenyum tipis. Dia sangat senang mendengar hal ini.

Hana yakin jika mereka berdua adalah orang yang ditakdirkan menjadi Pasukan Mistis. Tapi disini aku masih tidak percaya dengan semua cerita Hana. Itu hanya seperti omong kosong bagiku.

"Tidak.. itu tidak mungkin. Kami tidak ada hubungannya dengan kalian," bantahku. Aku masih tidak percaya dengan sihir.

Tiba-tiba terdengar pintu yang terbuka di rumahnya dan datang seorang gadis berpupil biru yang tidak lain adalah Mizuo.

"Selamat.."

"Hai!" Sapa Hasekura tersenyum.

Dia berlari ke arah Hana dan menarik lengannya. Dia lalu berdiri dan membawanya jauh dari mereka berdua.

"Siapa mereka?" Tanya Mizuo. Kedua matanya masih melirik kearahku. Sungguh menyebalkan.

"Mereka adalah Pasukan Mistis."

"Lalu siapa pria berambut hitam itu?"

"Aku masih belum berkenalan dengannya."

"Aku sudah mengetahui semuanya," potongku.

Mereka berdua pun kembali di ruang tamu lalu duduk dan menceritakan kembali tentang Dunia Naria yang saat ini diancam oleh Pasukan Monster kembali.

Mizuo duduk disamping Hana lalu dengan percaya diri, Mizuo pun mulai memperkenalkan dirinya ke hadapanku dan Hasekura.

"Perkenalkan namaku Mizuo... Salam kenal.
Jadi kalian ini manusia yang sudah ditakdirkan untuk menjadi Pasukan Mistis, ya?"

"Benarkah? Aku Ren Katsuo dan ini temanku Arinori Hasekura."

"Apakah kalian mau menerima tawaran ini? Dunia membutuhkan kalian," tanya Hana. Dia mencoba meyakinkan kami akan hal ini.

Aku masih bingung dengan tawaran Hana, karena aku sendiri masih tak mempercayai cerita itu. Berbeda dengan Hasekura dengan cepat dia langsung menerima tawaran itu.

Aku masih berpikir dua kali, bahkan di dalam diriku, aku masih tidak percaya--bahkan aku tidak mempunyai kekuatan sihir yang persis dengan Pasukan Mistis. Jika aku tidak mempunyai kekuatan sihir tersebut, mana mungkin aku bisa menjadi Pasukan Mistis.

Sepertinya aku akan menolak tawaran itu dan segera kembali ke Tokyo. Karena sesuatu seperti itu adalah hal yang mustahil dan sungguh tidak bisa dipercaya sama sekali.

"Aku pergi.." ucapku.

Aku mulai beranjak dari kursi dan berjalan keluar dari rumah itu.

Sendirian.

Mystical SaviorWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu