Melodies 1: "Angel"

Start from the beginning
                                    

Baiklah, aku terpaku diam memperhatikan kedua nya bertingkah kegirangan saat minuman yang dilempar berhasil ditangkap, sedang teman lainnya sudah bersorak dan tertawa bersama.

Sambil menghela nafas aku mengalihkan pandanganku pada kertas yang ku pegang. Andaikan hari-hariku nantinya akan dipenuhi tawa seperti itu, pasti aku akan bahagia. Namun nyatanya, aku sendirian saat ini.

Aku masih berjalan sangat perlahan sembari memperhatikan peta, membolak-balikannya karna ternyata aku lupa dimana arah utara. Aku menghela nafas lagi untuk melihat kesekelilingku, sial karena kejadian tadi aku sampai lupa harus berjalan ke arah mana.

Kini tawa mereka semakin keras kembali mengalihkan perhatianku. Satu, dua, ya sekitar tujuh orang disana. Mereka semua terlihat cukup mirip, dari tawa hingga postur tubuh mereka, kecuali seseorang yang sedang duduk di paling tengah−yang tadi menabrakku, kini aku bisa dengan jelas melihat wajahnya, pria itu bermata tajam dan sedang tidak ikut tertawa, wajahnya cukup datar dan hanya tersenyum sesekali cenderung diam. Ia hanya mengangguk mendengar ocehan teman-temannya, dan lebih sering mengerutkan keningnya.

Ah, aku sampai lupa lagi berjalan kearah mana. Aku kembali memperhatikan kertas ditanganku, seharusnya didepan ada pertigaan sehingga aku bisa mengambil jalan ke kanan menuju jalan keluar. Aku kembali memastikan petaku, namun yang terjadi angin kencang menghempaskan kertasku.

Sial. Kertas itu terjatuh tepat digerombolan pemain baseball yang sedang duduk. Dan seseorang disisi paling kiri dengan posisi membelakangiku mengambilnya sembari memperhatikan tulisan didalamnya. Aku berjalan perlahan menghampiri, berusaha untuk meminta meskipun aku masih bingung bagaimana caranya.

Saat itu juga temannya yang lain tertawa sembari menggeleng melihat tulisannya, mungkin mereka tak mengerti.

"So-sorry" kataku pelan berdiri disamping pria yang ternyata memiliki lesung di pipinya.

Ia menengok ke atas untuk memandangiku dengan waktu yang cukup lama. Aku bahkan tak mampu berkata-kata saat dia kini memiringkan kepalanya seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Yours?" pria bermata tajam itu mengambil kertas ditangan pria tadi sembari melihat tulisanku sebentar dan segera mengembalikannya.

Aku mengangguk segera sembari mengambilnya. "Th-thank you."

"Malay?" tanya pria bermata tajam itu dengan menaikkan sebelah alis matanya, membuat jantungku berdegup sangat kencang.

"Actually this is Bahasa." Jawabku sembari memberikan senyuman sebisaku.

"Indonesian?" tanyanya sekali lagi, dan aku mengangguk segera. Dia juga hanya mengangguk, menandakan bahwa basa-basinya sudah cukup.

Aku segera membungkuk kembali untuk sekali lagi berkata terimakasih dan ia pun melambaikan tangannya. Hanya ada sedikit senyuman yang mungkin bahkan tak terlihat jika dilihat sekilas.

Akhirnya seseorang mengenalku sebagai orang Melayu, setelah hampir beberapa hari aku selalu dikira warga Korea asli karena mataku yang juga kecil, belum lagi warna kulit yang cukup terang karena aku keturunan sunda, maka bisa dibilang wajahku sangat oriental. Dan bahkan dia paham bahasaku, entah hal kecil itu membuatku tersanjung dengan senang.

Seolah terbawa angin senyuman singkatnya membuat langkahku menjadi ringan. Dia begitu mempesona.

Dan setelah seminggu berlalu, aku melihat sosoknya lagi. Sebuah kesengajaan.  Korea University memang terkenal dengan beberapa kegiatan mahasiswanya yang sangat populer. Aku bahkan sangat terkejut dengan antusiasme semua kalangan mahasiswa baik baru ataupun mahasiswa lama, dari berbagai latar belakang, semuanya menjadi satu.

MelodiesWhere stories live. Discover now