[R-3] A Realm Awaken

22 13 0
                                    

ROUND 3 - A REALM AWAKEN

Penulis: Rizqi Rachman

Planet Sol Shefra hanyalah sebuah planet yang berukuran paling kecil diantara semua planet yang berada dalam sistem galaksinya, namun juga merupakan planet yang paling indah dan satu-satunya planet yang bisa ditinggali oleh makhluk hidup.

Jika dilihat dari angkasa luar, maka planet tersebut akan terlihat seolah sebuah berlian hijau yang berkilau dengan indahnya di tengah angkasa luar yang gelap dan sepi. Namun, kilauan tersebut kini telah ternoda, karena tepat ketika bintang panas yang menjadi pusat tata surya sang planet kembali menyinari bagian barat dari planet Sol Shefra, sesuatu yang buruk telah terjadi.

Sebuah ledakan besar, yang sakng besarnya dapat dilihat dengan jelas bahkan dari luar angkasa sekalipun menelan sebuah pulau yang memiliki jumlah populasi yang tergolong cukup besar di planet Sol Shefra.

Ledakan tersebut hanya terjadi selama sepersekian detik, dan dalam sepersekian detik itu pula, keberadaan pulau yang tadinya bernama Alforea tersebut, kini lenyap seolah tidak pernah ada sebelumnya, meninggalkan sebuah lubang menganga berukuran raksasa.

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan penghuni server tersebut, entah mereka berhasil selamat atau ikut lenyap dalam ledakan tersebut, tidak ada yang pernah tahu.

***

Di suatu tempat di antah berantah, beberapa sosok asing terlihat berkumpul di sebuah ruangan besar yang penuh dengan benda-benda futuristik yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh siapapun sebelumnya.

Keempat sosok tersebut duduk melingkar di hadapan sebuah benda bundar lebar dengan sebuah gambaran hologram dari planet Sol Shefra yang melayang di tengah meja tersebut.

"Jadi Dimas Pamungkas sudah berhasil menghancurkan Alforea?" Salah satu sosok bertubuh hitam pekat memecah keheningan di ruangan itu.

"Lalu bagaimana dengan Emulator yang terakhir? Apa dia berhasil mengamankannya?" Sosok lain, yang kali ini bertubuh merah dengan sepasang tanduk hitam di dahinya ikut menambahkan.

Untuk sesaat, tidak ada seorangpun yang mau menjawab.

"Emulator yang terakhir tidak ada di Alforea," Sosok yang duduk di seberang meja menjawab dengan suara yang samar, seolah dia sedang bicara dari balik masker atau sejenisnya.

"Bagaimana mungkin, bukankah alasan turnamennya di adakan di Alforea adalah karena emulatornya ada di sana?" Sosok hitam terdengar geram dengan jawaban barusan.

"Ada kemungkinan seseorang sudah lebih dulu memindahkan emulatornya sebelum Alforea hancur," Sosok bermasker menjawab lagi.

Ruangan besar itu kembali hening.

Lalu tiba-tiba, sosok bertubuh hitam bangkit dari kursinya.

"Mau ke mana kau?" Tanya sosok bermasker curiga.

"Bukan urusanmu," Jawabnya ketus.

Sosok hitam tersebut meninggalkan ruangan besar tanpa berkata apa-apa lagi. Kini hanya tinggal tersisa tiga sosok misterius yang masih duduk menghadap meja bundar.

"Lalu, bagaimana dengan peserta turnamen, apa mereka semua ikut musnah bersama Alforea?" Sosok bertubuh merah yang sejak tadi hanya diam sambil memain-mainkan sebongkah kristal kecil di tangannya kembali bicara.

"Ada sebagian yang mati, dan sebagian lagi berhasil selamat dan kini berada di server lain."

"Dimas pamungkas itu benar-benar tidak becus, menghabisi sekumpulan makhluk rendahan saja dia tidak sanggup."

VAJRA in Battle of RealmsWhere stories live. Discover now