[R-3] Vajra - Pertaruhan

19 9 0
                                    

= Bagian 4 =

PERTARUHAN

Caitlin Alsace mendengus kesal.

Walau tak jadi "menembak dua lawan dengan satu peluru", aku yakin salah satu dari mereka terkena telak. Mustahil Vajra dan Arjuna selamat setelah jatuh dari ketinggian ini. Tapi mengapa si Tarou itu tak menghentikan pertarungan? Apa jangan-jangan mereka belum kalah? Sial, sebentar lagi pohon ini pasti bakal tumbang gara-gara amukan Fafnir. Dasar hewan buas, tindakannya sulit ditebak dan diarahkan! Sudahlah, yang penting aku harus keluar dari sini!

Terpaksa Caitlin melakukan pertaruhan. Ia mengaktifkan Overdrive, yaitu pengerahan tenaga melampaui kapasitas maksimum Zirah Harimau Hitamnya. Dalam waktu sepuluh detik saja, Caitlin harus keluar dari Yggdrasil. Kalau tidak, ia akan terkena imbas pengerahan daya tadi, ditambah daya hantam jatuhan pohon raksasa yang mustahil ditanggung raga manusia biasa, dengan atau tanpa mengenakan zirah. Jadi, dengan kecepatan berlipat ganda, ia melompat dari cabang pohon yang sudah sangat miring dan meniti batang pohon yang terus rebah.

Mati-matian Caitlin berlari ke pangkal Yggdrasil, berusaha memperkecil jarak jatuhnya. Saat satu cabang pohon setebal dua meter menghalangi jalannya, Caitlin melompat ke samping. Mendapat akal, ia menembakkan magasin terakhir mini railgun-nya ke arah hamparan cabang, ranting dan daun di bawahnya. Ia menggunakan daya imbas balik tembakan dan sisa tenaga ekstranya untuk membubung sejenak, lalu kembali jatuh.

Perhitungan Caitlin tepat. Yggdrasil lebih dulu jatuh berdebam di tanah, baru tubuhnya yang menyusul sedetik kemudian. Daya jatuh Caitlin itu juga diredam rerimbunan cabang dan daun sampai ia membentur tanah. Dengan demikian, kerusakan pada zirah dan luka pada tubuh Caitlin jadi tak terlalu parah dan tak sampai fatal.

Maka, Caitlin hanya bisa terkapar sejenak beralas cabang, ranting-ranting dan dedaunan. Imbas pengerahan Overdrive tadi membuatnya sama sekali tak bisa bergerak, apalagi menggunakan senjatanya untuk sementara waktu. Ia hanya bisa membatin, Harap saja Fafnir mengikuti nalurinya dan membuat Vajra dan Arjuna kerepotan. Pasti ironis bila aku diserang dalam keadaan seperti ini, bukan?

==oOo==

Sementara itu, Radith dan Arjuna sedang melakukan pertaruhan yang lain lagi.

Seperti dugaan semula, Fafnir yang telah berhasil menumbangkan Pohon Kalpataru menoleh dan mencari-cari apakah semua yang di sana telah tewas, tak peduli lawan atau kawan. Namun, tetap saja tak ada suara apapun dari Tarou, jadi naga itu hanya bisa meraung jengkel. Ia hanya mengikuti naluri hewaninya untuk membunuh dan menghancurkan, tak bisa memikirkan apa Caitlin bakal didiskualifikasi karena ikut tewas bersama tim lawan.

Berbekal pemahaman itu, seperti seorang pemburu Radith kini menguntit Fafnir si naga raksasa dari satu sisi tubuh si sasaran, sementara Arjuna dari sisi lain yang berseberangan dengan Radith.

Diam-diam, seperti petunjuk Arjuna, Radith menghimpun lebih banyak tenaga dalam daripada yang selama ini ia lakukan. Ia berniat mengerahkan satu jurus yang belum pernah ia rapal tanpa mengenakan Zirah Vajra sebelumnya.

Tampak Fafnir berjalan amat perlahan, mendekat ke tempat persembunyian Radith di balik gelondongan kayu raksasa yang semula adalah batang puncak Kalpataru. Kepalanya terjulur ke kiri-kanan bagai kadal mencari mangsa. Saat Radith menganggap posisi Fafnir cukup dekat, ia menoleh pada Arjuna yang balas mengangguk padanya.

Sekarang atau tidak sama sekali. Dengan gerakan amat lincah Radith melompat ke atas batang Kalpataru. Lalu ia mengulurkan kedua telapak tangannya yang disatukan, menembakkan petir besar berbentuk ular naga. Naga Pancanaka lantas menghantam tepat di depan tubuh Fafnir, mendera naga itu dengan rentetan hantaman kekuatan halilintar setara sihir yang terpusat di satu titik, mampu melubangi tank baja dengan mudah.

VAJRA in Battle of RealmsWhere stories live. Discover now