Bab 16

2.5K 91 7
                                    

Aku tersenyum melihat suamiku yang secepatnya pergi mandi lagi, aku juga sedikit frustasi karena tidak bisa melanjutkan percintaan kami sampai akhir. Aku segera mengganti baju dengan sari indah berwarna hijau pemberian Ibu Hamida, aku hampir selesai berdandan ketika Jalal keluar kamar mandi, dia melihatku dengan wajah berbinar sekaligus frustasi

"penampilanmu membuatku ingin menculikmu, loncat lewat jendela dan lari ke apartemen kita, aku ga bisa makan kalau yang satu ini terus hormat kepadamu" Jalal berkata sambil mendekatiku sambil menunjuk kejantanannya yang berada di balik handuk putih, aku hanya tersenyum geli sambil mengeleng-gelengkan kepala

"Baby sabar dong....nanti juga keinginan adikmu itu kesampaian dan kedepannya aku akan sangat menyayanginya dan memberikan apapun yang dia mau" kataku sambil tersenyum nakal

"sekarang cepat ganti baju, kita harus turun segera"aku berdiri mendekatinya dan mencubit dada telanjangnya, ketika aku mau menjauhinya dia memeluk dan menciumku keras kemudian melepaskanku untuk berganti baju, aku harus mengulang memakai lipstik karena sudah dikacaukan olehnya

Tidak berapa lama kami turun sambil bergandengan mesra, semua keluarga sudah menunggu kami dengan wajah-wajah bahagia, kami makan malam dengan tenang walau sesekali tangan Jalal bergerak dibawah meja mengusik selera makanku yang memang sama sekali belum pulih karena masih dalam trisemester pertama

"Jodha anaku...mulai sekarang kau jangan menyetir sendiri ya, sekarang kau kan lagi hamil, biar Jalal yang mengantar jemputmu atau kau menggunakan sopir bila Jalal sedang sibuk" kata ayah Humayun sambil melihatku penuh kasih

"ayah tidak usah khawatir, aku masih bisa menyetir mobil dan mungkin karena bawaan bayi aku sedikit mual kalau hanya sebagai penumpang" jawabku sambil tersenyum, Jalal mengangguk menunjukkan dukungannya karena dia pikir kau hanya bersandiwara, seandainya dia tahu aku hamil beneraan....jangankan menyetir, turun naik tangga sendiri pasti tidak dia ijinkan

"selama aku tidak ada keperluan mendesak, aku akan mengantar kemanapun istriku pergi, so kalian semua tidak usah khawatir ya" kata Jalal sambil menggenggam tanganku dan menciumnya

Setelah bercengkrama sebentar aku merasa kelelahan dan ingin segera tidur sehingga kami berdua pamit untuk tidur, Jalal menggendongku menuju kamar, walaupun gairahnya belum tersalurkan dia tidak tega melihat wajah dan tubuh lelahku. Setelah melakukan rutinitas sebelum tidur aku langsung terpulas saat mencium bantal

♤♤♤

Istriku sepertinya sangat lelah...habis gosok gigi dan membersihkan diri dia langsung jatuh tertidur sebelum menciumku selamat malam, aku naik ketempat tidur dan memandang wajah malaikatnya dari dekat, dia semakin cantik saja walaupun sedikit pucat. Aku mencium bibir mata dan keningnya kemudian ikut tertidur sambil memeluknya didadaku

Pagi harinya aku terbangun karena mendengar seseorang sedang muntah, aku panik dan loncat dari tempat tidur, sadar Jodha sudah tidak ada di sisiku, aku mendengar lagi suara itu dan tahu bahwa yang sedang muntah adalah istriku sendiri, aku bergegas menyusulnya kekamar mandi, aku melihatnya sedang berlutut dekat toilet dengan wajahnya yang pucat, aku segera memijat tengkuknya dan memegangi rambut panjangnya. setelah Jodha tenang dan tidak ingin muntah lagi, aku menggendongnya ke tempat tidur dan memberikannya air hangat yang di bawa oleh pelayan

"kau sakit sayang?kalau kau sakit lebih baik kita tunda saja keberangkatan kita ke Jerman, aku tidak ingin kau malah semakin parah, mungkin kau kecapean karena semua stress dan pernikahan kita yang mendadak ini" kataku sambil membelai wajahnya

"iya Jalal...sepertinya aku tidak akan sanggup melakukan perjalanan jauh besok, kita tunda dulu ya...maafkan aku karena kau belum bisa melihat tempatku tumbuh hingga dewasa" katanya lemah

Two Person That I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang