Bab 15

2.6K 96 7
                                    

Dari panti jalal mengantarku kerumah sakit, aku menyuruhnya langsung pergi saja tapi dia malah mengikuti sampai kantor, dia mengunci pintu dan mengangkat tubuhku kemeja yang ada diruangan kantor

"ehmmm sayang apakah kau tidak ingin menciumku?" tanyanya dengan wajah memelas

"sebentar ya baby aku mau berpikir dulu" kataku menggodanya sambil memutar bola mata

"apa maksudmu berpikir dulu? Kau sama sekali tidak berhasrat lagi kepadaku? terakhir kau menciumku di mobil menuju panti dan itupun cuma sebentar"  Jalal berkata sambil merajuk seperti anak kecil, aku sadar dengan itu semua, bukannya aku tidak menginginkannya tapi kepalaku di penuhi tanda tanya tentang kehamilan ini dan itu membuatku stress sendiri, aku memegang kedua pipi Jalal dan melihat kedalam kedua bola matanya

"Premi...jangan pernah kau meragukan pengaruh kehadiranmu didekatku, aku selalu menginginkanmu tapi aku harus kuat karena kau dalam masa hukuman, aku masih bisa mengingat dengan jelas gambaranmu bersama dengan Nadira dan aku tidak akan mentolerir bila sekali lagi kau berbuat seperti itu walaupun tidak terjadi apa-apa" kataku lembut kemudian mencium kening dan hidungnya lalu melumat bibirnya,
gairahku tiba-tiba mengambil alih, niatku hanya menciumnya sebentar tapi aku malah menciumnya lama dan dalam, tanganku tidak bisa diam, aku melepas kancing kemejanya dan membelai leher dan dadanya dengan tidak sabar, aku ingin merasakan kulit tubuhnya yang selalu membuatku mabuk kepayang, Jalal membalas ciumanku tidak kalah liarnya, tangannya membelai punggung dan menangkup salah satu buah dadaku, tangannya diam disitu membelai dan memainkannya sehingga membuatku semakin gila, setelah beberapa saat aku menempelkan keningku di keningnya dan kami berdua bernapas terengah-engah karena ciuman dan gairah yang begitu besar

"kau membuatku gila Angel, aku tidak yakin kau bisa berjalan setelah bulan madu kita" kata Jalal sambil tersenyum nakal

"kupikir kau nantinya yang tidak akan bisa berjalan baby, dan....bisakah kau pergi sekarang karena aku harus segera bertugas dan ingat ikut awasi persiapan pernikahan kita ya...awas kalau sampai kau tidak menurutiku" aku mengancamnya sambil melirik Mr.p nya yang masih setengah tiang dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Jalal hanya menggaruk kepala sambil cemberut, dia mencium rambutku dan melambaikan tangannya kemudian pergi meninggalkan ruanganku. Aku bergegas memeriksa pasien dan setelahnya aku menuju lab dimana aku berpapasan dengan Mirza

"wow Genie kau kenapa buru-buru begitu dan ada keperluan apa kau di bagian lab obigyn ini? Mehh jangan bilang kau..."

"tutup mulutmu Mirza...aku hanya mau memeriksa kesehatanku karena aku kan mau menikah..mana selamat untukku?" wajah Mirza yang tadinya cerah langsung berubah, aku tahu dia sedih tapi kuharap dia bisa ikut bahagia dengan kebahagiaanku

"wow baru saja kau dan Jalal break dan tiba-tiba kalian sudah akan menikah, ada apa Jodha kenapa kau mau menerima playboy itu lagi yang selama kalian berpisah tidak pernah absen dengan wanita bernama Nadira itu, aku tidak bisa tidak membenci Jalal karena menyakiti hatimu sampai kau kurus begini" Mirza tiba-tiba mengeluarkan kemarahannya yang selama ini dipendamnya, padahal sebelumnya dia sangat tenang
dan memberi dukungan kepadaku selama break dengan Jalal

"aku percaya Jalal...dan tidak ada apa-apa antara dia dan Nadira, ini juga semua karena aku merahasiakan bahaya yang mengincarku, sudahlah Mirza aku tidak ingin membahasnya, sampai bertemu lagi ya" kataku sambil berlalu masuk ke ruang lab

Aku mengerjakan apa yang harus aku kerjakan, aku mengambil darahku sendiri dan air seniku, aku ingin melakukan pemeriksaan akurat agar rasa penasaranku cepat berlalu. Setelah selesai aku mengecek ulang hasil pemeriksaanku dan..... aku menutup mulutku agar tidak berteriak keras, air mataku tidak bisa aku bendung....aku mengandung anak Jalal walau baru 5 minggu tapi aku sudah merasakan kehadirannya di perutku. Untuk beberapa saat aku larut sendiri dalam kebahagiaan, aku mengelus-elus perutku yang masih rata dan berbicara sendiri seperti orang gila

Two Person That I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang