The Voice of the City

137 3 0
                                    

Satu puisi yang aku tulis ketika aku sedang lembur di kantor. Kesibukan kerja benar benar buat waktu aku tersita, dan aku mulai sadar kalau aku sudah berada di fase hidup di mana aku tidak lagi menganggap kerjaku adalah sesuatu yang bisa disepelekan. 5 tahun pengalaman kerja mengajar aku tentang banyak hal, dan tahun demi tahun - aku jadi lebih serius.

Aku masih suka memperhatikan manusia manusia sekeliling sesibuk apapun aku. Di situ, aku menemukan ide untuk menulis yang satu ini. Hidup di tengah kota adalah hidup penuh tantangan. Rame, bingar dan belum lagi dengan sifat individualistis yang sepertinya bakal menelan dan menguasai semua nilai kemanusiaan sebenar yang pernah kita banggakan dulu.

Suara Kota

Berhenti
Sajak aku ingin bermukim di sini

Di sebuah kota yang menghimpit
Sesaknya buat aku tersepit
Di sebuah kota yang dibaluti kabut
Yang aku temukan? Heh, orang orang serabut.

Mencari cari langkanya harga sebuah ketenangan
Tanpa sadar kalau itu hanya tinggal sebatas kenangan

Karena malam ketika kantor dihuni
Karena malam ketika rumah ditinggali
Tenang menyelusup, menyelinap pergi
Menyisakan baki suara untuk sang pagi

Besok?
Manusia 'kan bersuara lagi tanda perduli
Tapi satupun belum mampu menyuluh dalamnya sebuah perigi

Berhenti lagi
Sajak aku hilang jejaknya di sini
Ditenggelami suara kota

Sungguh
Ramai
Sekali

Sofia Nin
5 Oktober 2015

Puisi ini dipentaskan malam 6 Oktober 2015, khusus untuk acara Malam Sastera Berita Harian. Buat para hadirin yang telah datang, terima kasih banyak karena sudi mendengarkan suara seorang perempuan kecil ini. Meski belum lagi menjadi siapa siapa, untuk bisa berbagi dengan masyarakat hasil karya sendiri, itu adalah sebuah kehormatan buat saya. Terima kasih, dan InsyaAlloh sampai ketemu lagi di acara kedepannya.

Vy : HIDUPWhere stories live. Discover now