Rinai Hujan - Extra Part

Start from the beginning
                                    

"Kan kamu cowok harusnya kamu dong yang ngelamar aku!" Rinai menggerutu. Bisa-bisanya rei menjadi sangat tidak peka dengan maksud Rinai.

"Kamu sih udah aku lamar dari dulu-dulu tapi nggak pernah mau dan nggak pernah sadar," jawab Rei masih dengan gaya santainya.

Rinai langsung cemberut. Mood-nya kembali memburuk. Bayangan pernikahan indah seperti Rain dan istrinya kini langsung hilang di kepala Rinai. Sepertinya mereka akan sangat lama menyusul Rain ke jenjang pernikahan, melihat tingkah Rei yang masih labil seperti ini. Memang Rei jarang sekali bisa bersikap dewasa di usianya yang sudah menginjak 24 tahun. Apalagi ditambah kesibukan Rei yang saat ini sudah bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang energi. Rei bahkan tidak punya banyak waktu untuk berada di rumah. Pergi pagi pulang malam. Dan itu tentunya membuat intensitas untuk bertemu Rinai juga berkurang. Rinai sendiri masih belum bekerja. Ia baru saja lulus dan berniat melamar menjadi psikiater di salah satu rumah sakit jiwa di Bandung.

Akhirnya Rinai hanya diam saja. Ia tidak ingin membayangkan hal-hal yang terlalu muluk. Yang penting ia masih bisa bersama-sama dengan Rei saja sudah cukup. Walau kekasihnya itu sekarang lebih menyebalkan dibandingkan yang dulu. Saat mempelai sudah memasuki mobil pengantin, Rei dan Rinai mengikuti untuk naik ke mobil kedua di belakangnya bersama dengan anggota keluarga yang lain untuk menuju gedung tempat diselenggarakannya resepsi.

***

Sepanjang resepsi berlangsung, Rinai lebih sering melamun dan cemberut. Ia hanya duduk di sudut ruangan sambil menikmati hidangan yang disajikan. Ia tidak bersama Rei karena Rei sibuk sendiri dengan beberapa temannya yang juga hadir di resepsi ini. Dalam keramaian seperti ini, baru pertama kalinya Rinai merasa sangat kesepian. Ia berharap resepsi ini segera selesai dan ia bisa pulang serta mengistirahatkan otaknya.

Sebenarnya hal yang membuat Rinai marah adalah sikap Rei. Sejak pembicaraan mereka terakhir, Rei seolah menghindari Rinai. Ia tidak pernah mengajak Rinai bicara duluan. Rinai juga tidak mau mengajak Rei bicara duluan karena gengsi. Rinai melihat rei yang sedang asyik berbicara dengan teman-temannya. Sesekali ia tertawa begitu bahagia. Rei tau bahwa Rinai sedang duduk menyendiri di sudut, tetapi bahkan Rei seakan-akan pura-pura tidak melihat Rinai.

Arrgghh!!! Rasanya pingin banget cekik Rei sekarang juga!! Batin Rinai geram. Ia berusaha mengontrol emosinya karena tidak pantas juga ia mengumbar emosi di pernikahan Rain. Rinai mendengus kesal, mereka sudah tidak punya banyak waktu untuk bicara dan bersama harusnya di saat momen indah seperti ini Rei lebih peka untuk memberikan perhatian lebih pada Rinai.

Rinai mulai jengah hanya berdiam di tengah keramaian seperti ini. Ia melihat rei juga sudah menghilang di tengah keramaian. Ia berdiri dan mencoba berjalan dengan sebiasa mungkin. Gaun panjang berwarna gading dan high heels membuatnya sedikit kesulitan untuk berjalan dengan normal. Rinai berniat untuk mencari keluar gedung, mencari udara segar yang bisa mendinginkan pikirannya yang saat ini sedang melepuh. Saat akan mencapai ujung pintu gedung, tiba-tiba ia mendengar suara Rei melalui mikrofon memenuhi ruangan.

"Di hari bahagia ini, saya ingin mempersembahkan sebuah lagu untuk kakak saya dan istrinya. Lagu ini juga saya persembahkan untuk Rinai, separuh hati saya."

Rinai menoleh, ia kaget mendengar namanya juga ikut disebut oleh Rei. Rinai membeku di tempatnya, apa ini cara Rei untuk meminta maaf padanya? Atau ini cara Rei untuk menenangkan hatinya yang sedang kacau? Apapun itu, yang jelas saat ini segala amarah yang ada di kepala Rinai sirna digantikan dengan rasa haru dan bahagia. Ia bahkan dapat merasakan cinta Rei yang begitu besar. Rei memang selalu memiliki cara untuk menyenangkan hatinya disamping membuatnya marah terlebih dahulu.

Suara petikan gitar mengalun memenuhi ruangan. Kemudian Rei mengalunkan sebuah lagu, lagu yang sangat disukai oleh Rinai. Lagu All of Me yang dinyanyikan oleh John Legend. Dan saat ini Rei menyanyikannya dengan versi akustik. Rinai hanya diam, mendengar setiap lirik lagu itu, meresapi segala perasaan Rei yang disampaikan lewat lagu itu. Semua tamu juga memandang Rei dengan terpukau. Saat Rei menyelesaikan lirik terakhirnya, semua tamu bertepuk tangan dengan riuh. Rei segera meninggalkan tempatnya dan berjalan ke arah Rinai dengan senyum mengembang di wajahnya. Ketika jarak mereka sudah dekat, Rei langsung memeluk Rinai. Tanpa peduli bahwa mereka saat ini menjadi pusat perhatian tamu-tamu yang hadir.

Rinai HujanWhere stories live. Discover now