Rinai Hujan - Extra Part

8.7K 425 17
                                    


11 Februari 2015

Tubuh jangkung laki-laki itu mengenakan setelan tuksedo putih dengan dasi kupu-kupu menghiasi lehernya. Sekali lagi, laki-laki itu memandang dirinya sendiri yang terpantul dari cermin. Ia mengernyit ngeri karena ini adalah pertama kalinya ia memakai pakaian formal seperti ini. Seandainya saja dalam pesta pernikahan diperbolehkan mengenakan kaos dan celana jeans saja. Laki-laki itu menggeleng cepat menghalau pikirannya yang mulai kacau. Padahal jika dilihat, harusnya ia merasa percaya diri. Dianugerahi oleh Tuhan wajah yang tampan dan selalu pantas mengenakan apa saja bahkan dalam balutan tuksedo yang makin memperlihatkan aura kedewasaannya.

Sekali lagi ia memastikan penampilannya di dalam cermin, takut ada yang salah dengan kostumnya. Meskipun masih merasa tidak percaya diri, akhirya ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sudah cukup tampan dan siap untuk menyambut seseorang yang kini sudah menunggunya di altar. Pintu kamar terbuka dan seseorang muncul dari balik pintu. Seorang laki-laki yang juga mengenakan tuksedo yang sama namun berwarna hitam.

"Ya ampun, masih ngaca! Udah cakep kali. Lo udah ditunggu tuh acaranya udah mau mulai! Pengantin lo keburu karatan!" teriak seseorang di balik pintu dengan lantang.

Laki-laki jangkung itu hanya bisa cemberut dan memandnag sebal laki-laki bertuksedo hitam. Ia kemudian berjalan keluar. Entah kenapa, tiba-tiba jantungnya berdetak secara tidak normal. Hari ini adalah hari sangat istimewa baginya. Hari pernikahannya.

****

Pengantin pria itu berjalan di atas karpet merah dengan perlahan menuju altar. Ia mencoba untuk menetralkan bunyi degub jantungnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa akhirnya ia akan melepas masa lajangnya dan akan membina biduk rumah tangga yang pasti akan jauh lebih berat. Ia menatap tajam ke depan altar, disana sudah ada sang mempelai wanita yang dengan senyum lembut menanti kehadirannya untuk mengucapkan janji suci pernikahan. Saat sang pengantin pria sudah tiba di depan altar akhirnya prosesi pernikahan di mulai.

Hal yang paling sakral dalam sebuah pernikahan adalah janji suci yang diucapkan kedua mempelai dan akan mengikat mereka dalam satu ikatan perkawinan dan tidak boleh berpisah kecuali maut yang memisahkan. Maka suasana begitu hening saat sang pengantin pria akan membacakan janji suci itu.

"Saya, Rain Alfredo, telah memilih Aleria Rose Candrawijaya menjadi pasangan hidup saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam keadaan suka maupun duka, sehat maupun sakit. Saya akan mencintai dan menghormatinya seumur hidup saya hingga maut memisahkan kami."

Suasana yang begitu hening itu akhirnya dipenuhi dengan suara tepuk tangan menyambut bahwa mereka telah sah menjadi suami istri. Rinai yang menjadi bridesmaid dan duduk di dekat sang mempelai tidak kuasa menahan air matanya. Ia ikut merasa bahagia akhirnya Rain mendapatkan istri yang sangat dicintainya. Sementara Rei yang menjadi bestman juga terharu dengan suasana itu. Ia tidak menyangka bahwa kakaknya kini sudah berada di step yang lebih tinggi dalam kehidupan.

Suasana kembali hening saat pendeta mempersilahkan kedua mempelai untuk berciuman. Rinai menahan nafasnya saat melihat Rain mendekati Aleria dan mereka berciuman dengan mesra dan dalam. Seluruh tamu yang hadir kembali bertepuk tangan riuh. Di dalam kepala Rinai justru ia membayangkan bagaimana jika nantinya ia dan Rei yang ada di posisi mereka. membayangkan itu membuat Rinai merona sendiri. Sepertinya ia sudah berpikiran terlalu jauh, karena hingga saat ini bahkan Rei belum pernah melamarnya.

Kedua mempelai akhirnya meninggalkan altar. Setelah upacara pemberkatan selesai memang aka nada resepsi yang dilakukan di sebuah hotel mewah. Rei dan Rinai mengikuti kedua mempelai di belakang.

"Rei, kita kapan?" tanya Rinai malu-malu sambil berbisik.

"Maunya kamu kapan?" balas Rei dengan santai.

Rinai HujanWhere stories live. Discover now