SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (1)

Start from the beginning
                                    

Sean tertawa pelan lalu mendekap tubuhku dengan cepat dan menaruhku di atas pangkuannya. Wohhhh, ini berbahaya!

"Apa kau baru mencibir padaku sayang?"

"Hehe, maaf maaf. Tadi tidak sengaja." Aku menyengir lebar. Sean pun mendekatkan wajahnya padaku. Aku pun langsung menangkap wajahnya dengan kedua tanganku.

"Mandi dulu terus makan. Nanti aku siapkan baju Papa untuk baju ganti," ucapku tegas. Sean tertawa lagi. Akhir-akhir ini Sean jadi periang.

"Apa itu artinya aku akan menginap?" tanyanya sambil mengerlingkan matanya jahil. Lantas aku mencubit pipinya kuat-kuat sampai Sean meringis kesakitan.

"Jangan bercanda! Setiap malam kau selalu menyelinap masuk ke dalam selimutku, tidur nyenyak sampai besok pagi dan menghilang begitu saja!"

"Maka dari itu aku sarankan pernikahan kita dipercepat sayang, jadinya aku tak lagi diam-diam datang ke kamarmu setiap malam." ucap Sean memeluk tubuhku dan membenamkan kepalanya di depan dadaku. Ehhh, ini geli!!

Aku segera menjauhkan kepala Sean yang mulai menciumi leherku itu dengan kedua tangan, "Sudah mandilah sekarang. Aku tunggu di meja makan." Setelah itu, aku mencium pipinya sekilas, aku pun beranjak pergi menuju dapur.

"Baiklah, calon istriku yang cantik!"

Dasar, bisa saja membuatku senyum tak karuan.

Sekitar 15 menit kemudian, Sean datang ke meja makan dengan rambut basah dan sebuah handuk yang melingkar di bahunya. Sean memakai celana pendek selutut dan astaga, dia shirtless! Ya ampun, melihat six-pack diperutnya itu entah kenapa buat hatiku degdegan tak karuan.

"Kenapa tidak pakai baju?!" tanyaku kesal. Padahal tadi aku sudah siapkan baju kaos polo berwarna hitam.

"Nanti aku pakai sayang kalau mau tidur." ucapnya lalu duduk di sampingku. Rambutnya yang basah itu membuat air menetes-netes ke bawah. Ckc, manja. Ini salah satu modus Sean, asal kalian mau tahu saja. Dia melakukan ini hampir setiap hari soalnya.

Aku pun berdiri mengambil handuk yang melingkar di bahunya itu dan mulai mengeringkan rambut Sean. Terdengar Sean terkekeh pelan lalu dia memeluk pinggangku dan mengurung kakiku di antara kedua pahanya.

"Kau ini memang sengaja agar aku yang mengeringkannya kan? Dasar!" gerutuku sambil mengusap-usap rambut Sean dengan handuk.

"You know what I mean, darl." katanya sok keren.

Setelah rambut Sean benar-benar kering, aku pun kembali duduk di tempat semula dan mulai menyendok nasi buatku dan Sean. Mulai saat ini, aku harus membiasakan Sean memakan nasi.

"Ini apa?" tanyanya sambil menunjuk lauk yang kuambilkan.

"Ini namanya sambal, lalu ini namanya tahu dan tempe. Dan yang ini namanya udang."

"Aku tahu ini udang, tetapi kenapa seperti ini?" ucapnya lagi. Aku berinisiatif mengambil udang cabe ijo ke dalam mulutnya.

"Enak?" tanyaku. Sean mengangguk dan mulai memakan makanan di depannya.

"Bertemu denganmu, aku jadi lebih mengenal yang namanya rempah-rempah. Dan tempe ini enak juga," ucapnya setelah melahap tempe goreng tepung ke dalam mulutnya itu. Padahal menurutku, masakan ini standar sekali. Dasar bule.

Aku pun makan dalam diam sambil berpikir keras. Bagaimana aku harus bilang ya kalau aku harus ke Indonesia? Hemmm.. Setidaknya aku harus berangkat besok pagi dan sampai di Jakarta besok malamnya.

"Sean?" panggilku. Aku jadi gugup. Brr.... Sikap Sean yang over protective itu bahkan melebihi orang tuaku sendiri.

"Iya sayang?" jawabnya sambil mengunyah makanannya.

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now