SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (1)

Start from the beginning
                                    

"Loe gak tau pengorbanan gue nyari nomor lu tuh susahnya bejibun sampe mau pecah palak utak gue!"

Keluar juga bahasa dusunnya Bastian hahahaha.

"Jadi gimana sampe dapet tuh? Loe sadap operator kali ya! Hahaha--"

"Nah tuh loe tau. Udah ah, gue mau cepet-cepet ngomong nih. Mahal keleus. Dengerin. Gini, tiga hari lagi gue mau ngadain reunian! Loe harus dateng!!"

"Hah? Reunian? Siapa aja emang yang dateng? Gile luh Bas, loe lupa apa gue dimana!?" rengutku. Terdengar tawa Bastian menggelegar diujung sana. Rame lagi. Kayaknya dia lagi bareng-bareng temen aku yang lain deh.

"Gak, gue serius. Loe harus pulang ke Jakarta! Gue gak mau tau, kalo loe gak dateng jangan harap loe bisa manggil nama gue lagi!" ancamnya. Aku menelan ludah. Sepertinya Bastian serius nih.

"Ya udah gue usahain. Kumpul dimana? Siapa aja yang dateng? Tapi gue gak janji ya," balasku.

"Kumpul dirumah Pitik. Mungkin nanti ada Sherlin, Rangga, Septy, Dodi, Trik, Sita, Icha, Uci, Rizky sama Pranata. Eh mungkin juga ada Jefri sama Eka dateng."

"Bas---"

"Kalo loe gak dateng, awas aja kutu kupret!"

Tut tut tut.....

Kurang ajar Bastian! Erghh. Bunyi menyebalkan itu pun berakhir begitu saja. Ya ampun, kok tiba-tiba rombongan alay itu ngajak reunian sih. Ya kali dulu kan aku masih single, jadi fun-fun saja kalau mau pulang ke Jakarta. Lah ini? Secara tak langsung, aku harus minta izin dulu sama Sean daripada harus kejadian sebulan lalu terulang lagi. Aku tak mau.

Yoshhh, baiklah. Ganbatte Tika!!! Jangan takut meminta izin toh itu bukan tindakan kriminal.

***

Pukul 7 malam di kota Anchorage yang dingin. Terdengar bunyi ketukan pintu diluar dan aku berani bertaruh kalau itu Sean. Tadi siang aku mengiriminya pesan kalau malam ini dia harus datang ke rumah. Dan.. Sean pun membalasnya dengan sukacita. Pakai emoji lagi.

"Sean!?" seruku saat baru saja membuka pintu, Sean langsung memelukku erat.

"Aku merindukanmu honey. Sudah dua hari kita tidak bertemu ya kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk polos. Setelah itu, aku bersusah payah melepaskan pelukannya dan berhasil. Tetapi, Sean malah mendekap pundakku dari belakang dan tetap bergelayut manja disana. Bahkan saat aku sedang menutup pintu rumah. Zzz.

"Baru pulang dari kantor?" tanyaku sambil berjalan menuju ke ruang keluarga. Sean masih mengekori dari belakang dengan masih memeluk pundakku. Dia memakai kemeja putih polos yang dimasukkan ke dalam celana dasarnya yang pas itu. Mungkin jas armaninya dia taruh dimobil.

"Hemmm, aku capek sayang." jawabnya. Aku pun duduk bersila di atas ambal dengan bersenderkan sofa dibelakangnya. Saat itu juga, Sean langsung merebahkan tubuhnya dan menjadikan pahaku sebagai bantal gratis untuk kepalanya.

"Tumben sampai malam. Biasanya jam 5 sudah pulang?" tanyaku seraya mengelus dahinya yang sedikit berkeringat. Ya walaupun dia sudah seharian bekerja, tetapi Sean masih saja wangi. Wangi khas pria. Bvlgary. Sean menutup matanya menikmati belaian tanganku di dahinya. Dia paling suka kalau aku mengelus kepalanya.

"Ya, aku kerja rodi hari ini. Ayahku membuka kantor cabang baru di Juneau. Jadi aku yang mengurusnya." kata Sean sambil menatapku lurus. Kemudian dia tersenyum lembut.

"I wanna kiss you, may I?" tanyanya kemudian. Aku pun ikut tersenyum tetapi kemudian menggeleng membuat Sean mengerutkan dahinya bingung.

"Tidak mau. Kau bau keringat. Wuee," Aku mencibir lalu menyingkirkan kepalanya dari pahaku.

MINE [TAMAT]Where stories live. Discover now