Bab 1 - Asal Mula

Începe de la început
                                    

Waktu terus bergulir, nama Nadine belum juga di panggil, ruangan inipun tidak sepadat awal mereka masuk tadi. Akting-akting orang menangis di hadapan mereka kian lama semakin membuat Relin jengah. Nangisnya terlalu dibuat-buat. Ada juga yang nangis histeris kayak orang kesurupan membuat Relin ataupun Nadine berjengit ngeri.

Relin menatap sekelilingnya, tanpa sengaja pandangannya terjatuh pada pemilik mata hitam yang kini juga tengah melihat tepat ke arahnya. Pemilik mata hitam itu berdiri di depan pintu masuk ruang teater, walaupun jarak mereka terbilang cukup jauh, tapi tanpa kacamata rabun pun Relin tahu, cowok itu adalah Mika, dan pandangan cowok itu sedang fokus kepadanya.

Tiba-tiba saja ruang teater dipenuhi bisikan dan decakan kagum. Kedatangan Mika tentu saja sukses menarik perhatian orang-orang dalam ruangan ini.

Relin nggak sanggup ngeliat muka Mika tanpa mengingat pertemuan mereka di depan pintu masuk ruang sekretariat akustik tadi. Pertemuan yang manis yang membuatnya tak kuasa menahan senyum senang.

Suasana ruang teater yang tadinya ribut, mendadak hening. Relin mengernyit lalu mendongak mencari tahu sebab perubahan yang terjadi terlalu cepat ini. Namun pemandangan di depannya sukses membuatnya terpaku. Mika berdiri tepat di hadapannya, dengan tangan kanan yang memegang setangkai mawar merah.

Relin terbengong, tapi Mika menyambutnya dengan senyuman. Efeknya langsung membuat kedua kaki Relin lemas. Selanjutnya, Mika malah menyerahkan bunga yang dipegangnya kepada Relin. Mulut Relin terbuka, ini adalah sesuatu yang tak pernah terlintas dipikirannya sebelumnya.

Tangan Mika masih terulur seolah memberikan isyarat bahwa Relin harus segera menerima setangkai bunga di tangannya itu, karena tak mampu menolak, Relin menerima bunga itu dengan tangan bergetar hebat.

"Ya Tuhannn..." jerit cewek-cewek yang menyaksikan kejadian itu.

"Astaga, romantisnya."

"Gila, tembak gue aja."

Jeritan penuh kekaguman sekaligus rasa envy saling bersahutan mewarnai suasana ruang teater.

Mika tiba-tiba berlutut di hadapan Relin membuat Relin menahan nafas sejenak. Parahnya lagi Mika sekarang tertunduk seolah malu dan hilang percaya diri dihadapkan oleh seorang Relin.

Inikah yang dinamakan love proposal? Inikah rasanya di tembak cowok ganteng?! Relin dapat merasakan jantungnya berdetak mengalahi derap langkah kaki kuda. Dia sampai takut Mika akan mendengar suara jantungnya ini.

Ini terlalu cepat, tapi Relin tentu bersedia mengiyakan segala permintaan atau pernyataan cowok itu. Kapan lagi coba ditembak di depan umum begini oleh cowok yang Relin taksir pula?! Setelah ini dia akan jadi terkenal karena insiden "penembakan" ini.

Mika mendongak, menatap Relin tanpa celah, lalu tersenyum manis. Relin merasakan ratusan kupu-kupu berterbangan dalam perutnya, senyuman itu sanggup membuat siapa saja yang melihatnya meleleh.

Relin yakin kata-kata manis itu akan segera keluar dari bibir Mika. Ini yang Relin dan seluruh orang di ruang teater tunggu-tunggu.

Mika berdiri, membuat Relin cukup terkesiap, lalu cowok itu mengambil kembali mawar yang dia telah serahkan pada Relin itu.

"Thanks," ucap Mika tanpa beban diiringi sebuah seringai yang tampak menawan, selanjutnya, tanpa aba-aba dan penjelasan, Mika berbalik badan dan berjalan meninggalkan Relin yang sedang diliputi rasa bingung dengan tubuh yang masih membeku.

"Jadi tadi cuma minta pegangi bunga karena mau ngiket tali sepatu?" Sebuah suara menerjang pendengaran orang dalam ruangan, termasuk Relin. Detik itu juga, Relin mencelos. Mencelos semencelos-celosnya. Mika cuma "menitipkan" bunganya ke Relin lalu berlutut karena ingin membetulkan tali sepatunya? JADI ITU BUKAN LOVE PROPOSAL? BUKAN ACARA NEMBAK KAYAK DI NOVEL-NOVEL ATAU FILM-FILM?

Bam! Sakit hati! Malu! Hatinya benar-benar tertohok, Relin merasa seperti diajak terbang ke langit naik jet, lalu tiba-tiba dijatuhin tanpa parasut dan tenggelam di Samudera Pasific. Mungkin perumpaan itu masih mendingan karena Relin nggak perlu muncul lagi ke permukaan samudera alias bisa langsung mati karena tenggelam.

Sialnya, di situasi sekarang, dia masih harus menghadapi puluhan orang yang juga ikut menyaksikan kejadian barusan.

Rasanya Relin mau menyelupkan wajahnya ke jamban, biarin bau, yang penting nggak ada yang bisa lihat muka dia lagi. Malu pake banget!

Samar-samar terdengar suara tawa dan kekehan yang saling bersahut-sahutan. Relin yang mengalihkan pandangan ke sekitarnya langsung disambut dengan senyum mengejek, geli hingga tatapan penuh belas kasihan.

"Pasti tuh cewek udah GR," Relin seperti di siram air es mendengar komentar itu.

"Mika aja nolak Kak Vivi yang cantiknya bikin ngilu, masa sekarang dia mau sama cewek biasa-biasa aja? Nggak mungkinlah." Komentar dari bibir yang tak punya perasaan itu membuat Relin menelan ludah getir.

"Mika kok iseng banget ya? Kasian nge-phpin anak orang." ucap sebuah suara lagi. Dan suara-suara itu nggak berhenti sampai situ saja.

Gara-gara Mika, dia sudah merasakan malu semalu-malunya di hadapan banyak orang.

Gara-gara Mika, dia sudah membiarkan hatinya seperti dinjak-injak dan di buang begitu saja.

Gara-gara Mika, dia akan selalu diberi tatapan kasihan dan mengejek oleh sependuduk SMA Hayden yang pernah menyaksikan kejadian ini.

Gara-gara Mika, Relin yakin, kehidupan SMA-nya nggak akan seindah yang dia bayangkan, dia harus menanggung malu selama 3 tahun atau bahkan seumur hidupnya!

MIKA HARUS DAPAT PERHITUNGAN!

***

Maaf kalo banyak kata asing yang nggak di italic. Ntar lain kali bakal di edit :)

Vote guys! :)

When Love Walked InUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum