Aroma tumisan bawang memenuhi dapur pagi itu. Yeonjun berdiri di depan kompor dengan apron longgar yang hampir kebesaran, tangannya cekatan membolak-balikkan telur dan memotong sayuran.
Para pembantu hanya memperhatikan dari kejauhan-sudah terbiasa bahwa "Tuan Muda" sendiri yang memaksa ingin memasak untuk Yeonjun setiap pagi, dan sekarang malah Yeonjun yang mengambil alih dapurnya.
Di lorong menuju dapur, langkah kaki Soobin terdengar pelan. Rambutnya masih sedikit berantakan, mata masih mengantuk, tapi bibirnya terangkat membentuk senyum kecil yang jarang terlihat saat ia sedang "bekerja".
Begitu melihat punggung Yeonjun yang sibuk bergerak, Soobin berhenti di ambang pintu.
"Dia sangat sempurna... bahkan hatinya" gumamnya lirih. "Seperti malaikat."
Suara itu nyaris tak terdengar, tapi ada ketulusan yang aneh-campuran kagum dan obsesi yang tidak pernah benar-benar padam.
Yeonjun menoleh sedikit ketika merasa ada seseorang berdiri di belakangnya. "Oh... pagi, Soobin. lo baru bangun? duduk dulu, sebentar lagi siap."
Soobin hanya menatapnya. lama.
Ada sesuatu yang hangat di matanya, tapi juga sesuatu yang terlalu intens untuk disebut biasa.
"Pagi" jawab Soobin perlahan. ia berjalan mendekat, tidak terlalu dekat, namun cukup untuk membuat Yeonjun sadar bahwa ia sedang diamati dari ujung kepala hingga kaki.
"Kau... selalu begini setiap pagi?"
Yeonjun mengangguk sambil mematikan kompor. "Biar gue aja yang masak. lo tiap hari kerja, masa masih gue suruh ke dapur."
Soobin menahan napas sesaat, entah karena terharu atau karena pikirannya melayang ke tempat lain-lalu mengembuskan napas dengan senyum tipis yang hampir terlihat lembut.
"Kalau kau terus bersikap seperti ini..." suaranya mengecil. "aku bisa makin susah melepasmu, tahu."
Yeonjun terdiam, jantungnya berdebar-bukan karena takut seperti dulu, tapi karena ucapannya terdengar terlalu jujur.
. . .
Yeonjun meletakkan piring-piring sarapan di meja makan. suasana ruang makan pagi itu terasa hangat cahaya matahari menembus jendela besar, memantulkan warna keemasan di lantai marmer. tapi hati Yeonjun justru tidak setenang itu.
Soobin duduk di seberang meja, masih menatapnya dengan sorot mata yang membuat Yeonjun sulit bernapas.
Bukan tatapan mengancam seperti di awal-awal mereka tinggal bersama... tapi tatapan yang terasa terlalu lembut untuk seseorang seperti Soobin.
Tatapan yang membuat Yeonjun bingung.
"Kenapa melamun?" tanya Soobin, memecah keheningan. suaranya rendah, tapi tidak mengintimidasi, lebih seperti seseorang yang benar-benar ingin tahu apa yang ada di kepala Yeonjun.
Yeonjun tersentak kecil.
"N-nggak... cuma mikir aja."
"Mikir apa?"
"Banyak..."
Jawaban Yeonjun menggantung, dan Soobin menunduk sedikit, memperhatikan ekspresinya. ia tidak mendesak, sesuatu yang dulu tidak mungkin ia lakukan. Biasanya Soobin akan memaksa Yeonjun bicara.
Sekarang... ia hanya menunggu.
Dan itu justru membuat Yeonjun makin tidak tenang.
Yeonjun menatap sarapannya, memainkan sendoknya pelan.
la tidak bisa menyangkal:
kehadiran Soobin yang dulu menakutkan, sekarang memberi rasa aman yang aneh.
YOU ARE READING
Obsessed With You •||Soobjun||•
Teen FictionYeonjun, pemilik toko kue Sweet Bloom, dikenal dengan wajahnya yang cantik dan senyumnya yang hangat. Banyak yang menyukainya, tapi Yeonjun hanya fokus pada pekerjaannya dan enggan membuka hati-sampai seseorang bernama Choi Soobin muncul di hidupnya...
