Chapter 04.

170 24 0
                                        

Nasib sial sedang menimpa seorang lelaki manis bernama Yeonjun. tubuhnya terasa panas dan lemas, membuatnya hanya bisa terbaring di atas kasur sejak tadi.

Sorot matanya menatap kosong ke langit-langit kamar, sementara mulutnya terus saja menggerutu pelan.

"Kenapa harus sakit sih, huh... nanti siapa yang ngurus toko?" gumamnya dengan suara serak.

la menarik napas panjang, lalu menutup matanya sebentar, mencoba melawan rasa pusing yang makin berat. hari ini benar-benar bukan harinya.

Karena obat dari tantenya sudah habis, Yeonjun akhirnya memutuskan untuk pergi ke apotek sendiri.

Tak ada orang rumah yang bisa mengantarnya, jadi mau tak mau ia harus melangkah walau tubuhnya masih terasa panas dan lemas.

Sepanjang perjalanan, wajahnya tampak pucat, langkahnya gontai, dan setiap hembusan napas terasa berat. keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, tapi ia tetap memaksa berjalan.

Begitu sampai di depan apotek, Yeonjun terdiam.

"Tutup?" gumamnya dengan nada tak percaya.

Di depan pintu, papan kecil bertuliskan "Libur Hari Ini" bergoyang pelan tertiup angin.

Yeonjun menatapnya lama, lalu mengembuskan napas pasrah.

"Sial banget sih hari ini.." keluhnya lirih.

Sepertinya, ini benar-benar hari paling sial bagi seorang Choi Yeonjun.

Lelaki manis itu akhirnya memutuskan untuk pulang. mencari apotek lain jelas mustahil-jaraknya terlalu jauh, sedangkan tubuhnya saja sudah hampir tak sanggup berdiri.

Setiap langkah terasa berat.

Pandangannya mulai kabur, dunia di sekitarnya berputar pelan. ia menggigit bibirnya, berusaha menahan diri agar tidak jatuh di tengah jalan.

"Duh... pusing banget..." gumamnya pelan.

Namun tubuhnya tak lagi bisa menahan.

Kakinya goyah, dan sebelum sempat terjatuh sepenuhnya, seseorang tiba-tiba berlari menghampirinya.

"Hey-kau baik-baik saja?" suara itu dalam, tenang, tapi penuh nada khawatir.

Yeonjun hanya sempat mengangkat kepalanya sedikit. di hadapannya berdiri seorang pria tinggi mengenakan mantel hitam, dengan payung besar di tangannya.

Wajahnya sebagian tertutup bayangan hujan, tapi mata itu... mata yang tajam dan penuh karisma.

"Ka-kau siapa...?" Yeonjun berusaha bicara, suaranya hampir tak terdengar.

Pria itu meletakkan payungnya, lalu tanpa banyak bicara, menunduk dan meraih bahu Yeonjun, menopangnya dengan lembut.

"Sstt... jangan bicara dulu. kamu kelihatan demam tinggi" ucapnya pelan.

Nada suaranya lembut tapi tegas, seperti seseorang yang terbiasa memerintah tapi tahu cara menenangkan.

Yeonjun terdiam, tak sanggup melawan. tubuhnya makin lemah, dan sebelum ia sadar, pandangannya gelap. hanya menyisakan suara hujan dan aroma samar parfum maskulin dari pria itu.

Begitu menyadari kalau Yeonjun sedang demam, pria itu segera mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebutir obat tablet berwarna putih.

"Minum ini aja dulu" ujarnya tenang. "Obat ini cukup ampuh, bisa bantu nurunin demam."

Yeonjun menatap obat di tangannya dengan ragu, tapi rasa lemas sudah terlalu parah untuk dipikir panjang. ia hanya ingin segera pulang dan beristirahat.

Obsessed With You •||Soobjun||•Donde viven las historias. Descúbrelo ahora