Lampu strobo menyalakan ruangan secara bergantian, menyinari wajah-wajah muda yang larut dalam musik. lantai dansa penuh, orang-orang bergerak mengikuti irama bas yang memantul dari speaker besar di setiap sudut.
Di meja bar, Soobin menyandarkan tubuhnya, menggulir jari di tepi gelas bening yang sudah mulai kosong.
Jay berdiri di sebelahnya, wajahnya jelas menandakan ketidaknyamanan.
"Hyung, ini bukan tempat lo banget" katanya, mencoba mengalahkan bising musik.
Soobin melirik singkat. "Maksud lo? gua kelihatan terlalu kaku buat di tempat beginian?"
Jay mengangkat bahu. "Lebih kayak... lo nggak pernah keluar dari zona nyaman, terus tiba-tiba pengen nyemplung di kolam orang lain."
Soobin terkekeh pelan. "Kadang orang juga perlu ngerasain chaos, Jay."
Jay menghela napas panjang. "Gue ikut cuma karena takut lo tepar sendirian, sumpah."
Soobin meneguk sisa minumannya, lalu meletakkan gelasnya dengan suara clink pelan. "Santai aja. gua cuma pengen liat dunia lain sebentar."
"Dunia lain?" Jay menatapnya, sedikit heran.
"Hmm" Soobin menjawab tanpa menoleh, pandangannya menelusuri kerumunan orang yang menari.
"Tempat di mana semua orang bisa pura-pura lupa sama hidupnya... setidaknya malam ini."
Jay ikut menatap keramaian di depan mereka, kemudian tersenyum kecil. "Lo puitis banget kalo udah minum dua gelas."
Soobin tertawa ringan, tapi matanya tetap kosong. "Kalo nggak begini, gimana caranya kita tahu siapa diri kita sebenarnya, 'kan?"
Jay menatapnya lama, lalu menggeleng. "Hyung, lo aneh... tapi gue tetep jagain lo malam ini."
Soobin hanya mengangkat gelasnya yang kosong, memberi salam kecil. "Cheers buat itu, Jay."
. . .
Musik makin menggema, dentumannya seperti beradu dengan detak jantung setiap orang di ruangan itu. lampu warna-warni menari di dinding, memantulkan bayangan wajah-wajah yang mulai mabuk dalam euforia.
Soobin menenggak isi botol kelimanya tanpa pikir panjang, cairan keras itu seperti air biasa di tenggorokannya.
Wajahnya mulai memerah, matanya setengah sayu tapi tetap menyimpan senyum miring yang tak jelas artinya.
"Kan, tepar juga" gumam Jay sambil menggeleng pelan. ia menatap hyungnya yang kini mulai oleng, tubuhnya nyaris kehilangan keseimbangan di kursi bar.
"Tenang, Jay..." Soobin menepuk bahunya, suaranya agak serak. "Gua masih sadar kok..."
"Sadar apanya? lo udah kayak lampu club aja, kedip-kedip nggak jelas" jawab Jay dengan nada separuh jengkel, separuh khawatir.
Soobin tertawa pelan, menunduk sedikit sebelum kembali menatap Jay. "Tau gak... terkadang alkohol tuh satu-satunya hal yang nggak ngebohongin gua. pahit, tapi nyata."
Jay menarik napas panjang, menatap gelas kosong di depannya. "Hyung, lo kenapa sih akhir-akhir ini? lo bukan orang yang suka nyari pelarian begini."
Soobin hanya menatap kosong ke arah lantai dansa yang bergetar karena musik.
"Kadang... ada hal yang nggak bisa lo kendaliin, Jay. jadi ya... lo cuma bisa milih buat nggak mikir."
Jay terdiam sejenak, kemudian menepuk pundaknya. "Kalau lo mau nggak mikir, ya jangan sampai lo lupa cara pulang juga."
Soobin hanya tertawa kecil, matanya mulai berat. "Makanya gua senang lo ada di sini."
Jay menghela napas sambil mengusap wajahnya. "Iya, iya. tapi habis ini kita pulang, oke? sebelum lo nyungsep di bawah meja."
YOU ARE READING
Obsessed With You •||Soobjun||•
Teen FictionYeonjun, pemilik toko kue Sweet Bloom, dikenal dengan wajahnya yang cantik dan senyumnya yang hangat. Banyak yang menyukainya, tapi Yeonjun hanya fokus pada pekerjaannya dan enggan membuka hati-sampai seseorang bernama Choi Soobin muncul di hidupnya...
