Yeonjun menegang, langkah Soobin semakin mendekat, dan ruangan itu terasa semakin sempit.
Setiap langkah yang Soobin ambil membuat jantungnya berdebar makin cepat, bukan karena cinta, tapi karena ketakutan yang mencekik.
la tahu, satu langkah lagi... dan tidak ada jalan keluar.
Jantungnya berdetak cepat. Suara langkah Soobin semakin dekat, dan udara di ruangan itu terasa semakin berat, seolah dinding pun ikut menekan tubuhnya agar tidak bergerak.
Tapi di tengah ketakutannya, naluri untuk bertahan hidup lebih kuat.
Dengan langkah pelan tapi gemetar, Yeonjun mundur ke arah pintu. matanya terus mengawasi Soobin yang kini berdiri tak jauh darinya, wajahnya setengah tertutup bayangan.
"Jun?" suara Soobin tenang, tapi ada nada curiga yang samar. "Kamu mau ke mana?"
"Aku... cuma butuh udara" jawab Yeonjun terbata, mencoba tersenyum meski suaranya nyaris tak keluar.
Soobin tidak menjawab. ia hanya menatap. dalam tatapan itu ada sesuatu campuran antara perasaan memiliki dan ketakutan akan kehilangan.
Saat Soobin menunduk sedikit, Yeonjun melihat kesempatan. ia berbalik cepat, menarik gagang pintu sekuat tenaga.
Krek.
Pintu terbuka setengah.
Tapi sebelum ia sempat keluar, suara berat itu kembali memanggil, kali ini dengan nada dingin.
"Jangan."
Yeonjun berhenti. tubuhnya kaku.
la tidak menoleh. hanya menatap lantai, berusaha menahan napas agar tidak terlihat panik.
"Kalau kamu keluar dari ruangan ini..." suara Soobin terdengar pelan, hampir seperti ancaman yang dibungkus dengan kelembutan.
"...mereka bakal bayar harganya duluan."
Mata Yeonjun membulat. ia menoleh perlahan, menatap ketiga temannya yang masih terikat di sudut ruangan.
"Kamu... kamu nggak akan berani" ucapnya gemetar.
Soobin menatapnya tanpa emosi. "Jangan uji aku, Jun."
Hening kembali menelan ruangan itu.
Yeonjun menggigit bibirnya, tangannya masih di gagang pintu.
la sadar, satu langkah salah, dan semuanya bisa berakhir.
Tapi ia juga tahu, kalau tetap di sini, ia tidak akan pernah bebas.
Dengan sisa tenaga dan keberanian yang nyaris hilang, Yeonjun menatap Soobin untuk terakhir kalinya.
"Maaf, Bin..."
Dan ia berlari.
Suara langkahnya menggema di lorong sempit, diikuti teriakan berat dari belakang.
"YEONJUN!!!??"
Lampu-lampu redup berkelap-kelip, suara sepatu menghantam lantai keras, napas Yeonjun terengah, campuran antara takut dan harapan samar akan kebebasan.
Tapi di tengah lorong itu, tiba-tiba layar kecil di dinding menyala.
Wajah Soobin muncul di sana, menatap lurus ke arah kamera, bibirnya tersenyum tipis.
"Kamu pikir bisa lari dari aku, Jun?"
. . .
Langkah kaki mereka bergema keras di lorong sempit itu.
Yeonjun berlari secepat yang ia bisa, napasnya memburu, jantungnya berdentum di dada.
Setiap tikungan terasa seperti jebakan, setiap bayangan seperti sosok Soobin yang mengintai dari balik gelap.
"Jun! berhenti! gua gak mau nyakitin lo lagi!!" suara Soobin menggema, tapi nada ada suaranya tak lagi terdengar tenang kegilaan di baliknya.
"Bohong!!??" Yeonjun berteriak tanpa menoleh. ia hanya terus berlari, tangannya menekan dinding mencari pintu keluar yang entah di mana.
Tapi langkah kakinya terhenti ketika ia menabrak sesuatu pintu besi besar di ujung lorong. ia mencoba membukanya, tapi terkunci.
Tidak, tidak sekarang...!
Saat ia berbalik, Soobin sudah berdiri di sana. wajahnya setengah tertutup bayangan, tapi mata itu tajam, kosong, dan penuh amarah yang ditahan.
"Kamu nggak ngerti ya" desis Soobin, suaranya pelan tapi menusuk. "Aku cuma mau kamu tetap di sini. aman."
Yeonjun mengguncang kepalanya, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. "Kamu nggak ngerti arti aman, Soobin! ini salah!"
Tapi sebelum ia sempat melangkah lagi, Soobin bergerak cepat.
Dunia tiba-tiba berputar, semuanya menjadi gelap.
Saat Yeonjun tersadar, tubuhnya terasa berat. tangannya terikat di belakang kursi, pandangannya buram karena air mata dan rasa pusing yang belum hilang.
Udara di ruangan itu pengap, dan samar-samar ia mendengar suara rantai beradu.
"Beomgyu...? Chanyeol...?" suaranya parau, memanggil dengan sisa tenaga.
Dari sudut ruangan, ia melihat dua sosok yang masih sadar, mereka tampak lemah, terikat, dan berusaha menenangkan Yeonjun lewat tatapan.
"Tenang, Jun... kita bakal keluar dari sini..." suara Chanyeol nyaris berbisik, serak.
Tapi pandangan Yeonjun langsung terpaku pada sosok lain di sisi kanan ruangan.
Seseorang yang tidak bergerak.
Nafasnya tercekat. ia tidak berani memastikan, tapi hatinya langsung tahu siapa yang ia lihat.
"Taehyung..." suaranya pecah, gemetar. "Tae... bangun... tolong..."
Tidak ada jawaban. hanya suara langkah Soobin yang kembali mendekat dari belakangnya.
"Sekarang kamu lihat, Jun?" katanya pelan, suaranya tenang tapi mematikan.
"Selama kamu terus milih orang lain... dunia kamu akan terus hancur."
Yeonjun menunduk, air mata mengalir deras. napasnya tersengal, seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali.
"Kamu bisa nyalahin aku sepuasmu" lanjut Soobin. "Tapi pada akhirnya, kamu cuma punya aku."
Bersambung
YOU ARE READING
Obsessed With You •||Soobjun||•
Teen FictionYeonjun, pemilik toko kue Sweet Bloom, dikenal dengan wajahnya yang cantik dan senyumnya yang hangat. Banyak yang menyukainya, tapi Yeonjun hanya fokus pada pekerjaannya dan enggan membuka hati-sampai seseorang bernama Choi Soobin muncul di hidupnya...
Chapter 08.
Start from the beginning
