Soobin mengangguk setengah sadar, lalu tiba-tiba tersenyum tipis. "Deal... tapi abis lagu ini."
[ 21.00 PM ]
Musik di club semakin menggila, dentumannya membuat udara bergetar. Orang-orang menari, tertawa, berteriak tanpa peduli waktu.
Lampu strobo menyorot wajah Soobin yang kini benar-benar kacau-pipinya memerah, matanya sayu, tapi senyumnya masih belum hilang.
Jay duduk di sebelahnya, satu tangan memegang segelas air putih yang ia pesan diam-diam. "Hyung, minum ini. air, bukan alkohol. lo udah cukup gila malam ini."
Soobin menatap gelas itu lama, lalu tertawa kecil. "Air nggak bisa ngilangin rasa ini, Jay."
"Rasa apaan lagi?" Jay memiringkan kepala, nada suaranya mulai lelah tapi masih khawatir.
Soobin menatap kosong ke arah kerumunan. "Rasa kayak... gua kehilangan sesuatu padahal nggak pernah punya."
Jay membeku sejenak, menatap sahabatnya itu. "Lo ngomong apaan sih?"
Soobin hanya tersenyum miring, matanya berat tapi jujur. "Lo gak bakal ngerti. tapi kadang... lo ngeliat seseorang terlalu lama sampai lo lupa diri lo sendiri."
Jay terdiam. la tahu Soobin bukan tipe orang yang gampang bicara soal perasaan, apalagi dalam keadaan sadar. "Hyung..." katanya pelan.
"Lo lagi mikirin siapa sih sebenernya?"
Soobin tidak menjawab, hanya menatap kosong ke arah botol yang kosong di meja. Musik yang keras seolah tak terdengar lagi di telinganya.
Beberapa menit kemudian, tubuh Soobin mulai benar-benar kehilangan keseimbangan. ia menunduk, nyaris jatuh dari kursi kalau Jay tidak segera menahan bahunya.
"Udah, cukup. kita pulang sekarang" ujar Jay cepat, separuh menyeret Soobin keluar dari area bar.
Soobin hanya tertawa pelan sambil bergumam tak jelas. "Lo tau nggak, Jay... hidup tuh lucu. kadang yang bikin lo jatuh bukan alkohol, tapi orang."
"Iya, iya, sekarang yang bikin lo jatuh tuh tangga kalau lo nggak bisa jalan lurus" Jay membalas sarkas tapi lembut, berusaha menyeimbangkan tubuh Soobin.
Mereka keluar dari club lewat pintu belakang, udara malam langsung menerpa wajah mereka. bau asap dan alkohol perlahan tergantikan dengan angin dingin yang menusuk.
Jay menahan bahu Soobin yang hampir oleng lagi. "Hyung, jalan lurus, bukan zig-zag. "
Soobin hanya tertawa kecil, matanya setengah tertutup. "Lo beneran temen terbaik yang pernah gua punya, Jay."
"Dan lo pasien paling nyusahin yang pernah gue jaga" jawab Jay, separuh kesal, separuh lega.
Di bawah lampu jalan yang redup, dua sosok itu berjalan perlahan menuju tempat parkir. satu setengah sadar, satu setengah pasrah.
Tapi di antara canda dan tawa mabuk itu, ada sesuatu yang belum sempat terucap-sesuatu yang Soobin simpan rapat di balik senyumnya malam ini.
Udara malam menusuk, dinginnya langsung terasa di kulit. sisa-sisa musik dari dalam club masih terdengar samar, tapi langkah kaki mereka berdua kini jadi satu-satunya suara yang jelas di sepanjang trotoar.
YOU ARE READING
Obsessed With You •||Soobjun||•
Teen FictionYeonjun, pemilik toko kue Sweet Bloom, dikenal dengan wajahnya yang cantik dan senyumnya yang hangat. Banyak yang menyukainya, tapi Yeonjun hanya fokus pada pekerjaannya dan enggan membuka hati-sampai seseorang bernama Choi Soobin muncul di hidupnya...
Chapter 06.
Start from the beginning
