Di sisi lain, Soobin masih memantau setiap gerak-gerik Yeonjun lewat layar di ruang khusus miliknya.
Pupil matanya memantulkan cahaya dari monitor, menatap tanpa berkedip.
Di sudut bibirnya, perlahan muncul senyum kecil, dingin, tapi penuh kepuasan.
"Akhirnya... efeknya mulai bekerja" gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan pada dirinya sendiri.
Berpindah kepada Yeonjun, tubuhnya mulai kehilangan kendali. napasnya terengah, keringat mengalir di pelipisnya meski udara kamar terasa dingin.
Ia meraih kerah kemejanya yang terasa sesak di leher, mencoba memberi ruang agar bisa bernapas.
"Shh.. ahhh i-inihh... nghhh"
Soobin menatap layar di depannya, mendengarkan setiap suara yang terekam melalui alat penyadap yang ia pasang di setiap sudut rumah Yeonjun.
Dari speaker kecil di meja, terdengar desahan napas lemah dan suara gemetar Yeonjun yang membuat Soobin membeku sejenak.
"Kita akan lihat seberapa kuat kamu, sayang. "
"umpshh, akhhh!! "
Suara itu terus terdengar dari pengeras suara, membuat Soobin menegang di kursinya. ada sesuatu dalam nada itu yang membuat darahnya berdesir, bukan karena kagum, tapi karena obsesi yang selama ini ia pendam.
la menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. tapi tatapan matanya tak lepas dari layar.
Sebelum melakukan apa pun, Soobin memastikan satu hal terlebih dahulu, bahwa rumah Yeonjun benar-benar sepi.
la menyalakan satu monitor tambahan, meninjau kamera di bagian depan rumah, tidak ada tanda kehadiran siapa pun. tante dan om Yeonjun tampaknya belum pulang.
"Bagus" ucapnya pelan, suaranya terdengar seperti gumaman penuh niat.
Soobin berdiri dari kursinya perlahan, menatap layar untuk terakhir kalinya sebelum mematikannya. Cahaya monitor meredup, menyisakan bayangan wajahnya yang setengah tertutup gelap.
"Saatnya," gumamnya pelan.
la mengambil mantel hitam yang tergantung di dekat pintu dan memasukkannya ke tubuh tanpa suara.
Setiap langkahnya terdengar tenang, teratur-terlalu teratur untuk seseorang yang sedang diliputi amarah dan obsesi.
Malam di luar begitu sunyi. Lampu jalan berkelip redup saat Soobin melewati trotoar, matanya tak lepas dari arah rumah Yeonjun.
Di dalam benaknya, hanya satu hal yang berputar, Yeonjun.
Angin dingin menerpa wajahnya, tapi senyum tipis tetap terukir di bibirnya.
"Tunggu aku, Yeonjun" bisiknya.
Pintu gerbang rumah Yeonjun perlahan terbuka dengan suara berderit pelan.
Soobin melangkah masuk, memastikan tak ada cahaya dari jendela mana pun.
Rumah itu sunyi-terlalu sunyi.
la menutup gerbang kembali, berhati-hati agar tak menimbulkan suara. setiap langkahnya di lantai teras bergema samar, berpadu dengan desir angin malam yang menembus dedaunan.
Dari kantong jaketnya, Soobin mengeluarkan kunci kecil salinan yang ia buat diam-diam berbulan-bulan lalu.
Soobin menyelipkannya ke lubang kunci pintu depan, memutarnya perlahan hingga terdengar bunyi klik lembut.
Pintu terbuka.
"Masih sama" bisiknya, menatap ruang tamu yang gelap dan rapi seperti terakhir kali ia lihat.
la melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. tatapannya menelusuri setiap sudut, memastikan rumah itu tetap kosong. lalu pandangannya berhenti di arah koridor menuju kamar Yeonjun.
Di balik pintu itu, samar-samar terdengar suara napas berat, pelan, terputus-putus.
Senyum tipis muncul di bibir Soobin.
"Akhirnya, kita berdua saja sekarang. " ucapnya nyaris tanpa suara.
Langkah kaki Soobin terdengar teratur, nyaris tanpa suara.ia sudah hafal setiap sudut rumah itu, bahkan tahu bagian lantai mana yang berderit bila terinjak.
Suasana di dalam rumah terasa dingin dan sunyi. hanya suara detik jam dari ruang tamu yang samar terdengar.
Soobin berjalan menyusuri koridor perlahan, matanya tertuju pada satu pintu di ujung kamar Yeonjun.
Tangan kirinya menyentuh gagang pintu. ia menunduk sedikit, mendengarkan. dari balik pintu, terdengar napas berat dan samar.
Soobin menarik napas pelan, menyiapkan diri sebelum mendorong pintu itu perlahan. engselnya berdecit kecil.
Di dalam kamar, cahaya redup dari lampu meja menerangi sosok Yeonjun yang terbaring di ranjang, wajahnya pucat, keringat membasahi pelipisnya.
Untuk sesaat, Soobin hanya berdiri di ambang pintu, menatap tanpa suara.
"Yeonjun..." panggilnya pelan, hampir seperti bisikan.
Lelaki manis itu merasakan sesuatu yang aneh, sebuah kehadiran.
"huh... k-kamuhh s-siapa...umphh"
Tanpa basi basi Soobin langsung mendekatinya, ia membuat Yeonjun terpojok dan tidak bisa bergerak. dengan kasar ia menyerang ganas bibir yeonjun.
Tangannya tidak tinggal diam, ia menyelusup masuk kedalam kaus oversize yang Yeonjun pakai dan mengelus pinggang ramping Yeonjun dan menariknya, membuat ciuman mereka semakin lebih dalam.
Yeonjun mengerang pelan, secara tidak sadar, tangannya sudah melingkar di leher Soobin.
"Eunghhh... "
"sebut nama aku sayang"
"ah, aku lupa memperkenalkan diriku, aku. choi Soobin" ucapnya tenang padahal tangannya mulai liar kemana mana dan sekarang jemarinya mulai mempermainkan area kesensitifan Yeonjun.
"a-ahhhh s-soo.. binhhh" Desah yeonjun tepat sekali di telinga sang dominan. Soobin bersmirk dan segera menjatuhkan badan yeonjun dikasur empuknya.
Ia menatap wajah cantik Yeonjun cukup lama, jemarinya perlahan menyentuh bibir lembut itu, sebelum akhirnya membisikkan sesuatu dengan suara rendah dan berat.
"Kita akan bersenang-senang malam ini, sayang."
jangan berharep dapet moment 18+ yh, author dah lama gabuat adegan kaya begitu jadi kaku sedikit, mohon dimaklumi ygy
Next chapt>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You •||Soobjun||•
Teen FictionYeonjun, pemilik toko kue Sweet Bloom, dikenal dengan wajahnya yang cantik dan senyumnya yang hangat. Banyak yang menyukainya, tapi Yeonjun hanya fokus pada pekerjaannya dan enggan membuka hati-sampai seseorang bernama Choi Soobin muncul di hidupnya...
Chapter 04.
Mulai dari awal
