~0~

Semilir angin masuk kedalam ruangan dengan kaca jendela yang dibiarkan terbuka sehingga semilir angin meniup tirai yang menari mengikuti arah angin.

Sasuke tertidur pulas disebuah sofa dengan selimut putih yang telah jatuh ke lantai. Poni rambutnya yang mulai panjang tertiup angin lembut yang menerpa wajahnya.

Hinata yang sudah bangun lebih dulu memperhatikan wajah tidur Sasuke yang terlihat damai.

Tangannya bergerak perlahan menyingkirkan surai rambut yang menghalangi wajah tampan Sasuke sedikit mengaguminya dalam diam.

"Sikap baikmu membuatku bingung Sasuke" Gumam Hinata tanpa suara, ia berusaha berfikir realistis mulai sekarang Hinata akan menjaga perasaannya agar tidak jatuh terlalu dalam.

Hinata menoleh kearah pantry yang tak jauh dari tempat Sasuke tertidur, tadi malam Sasuke mengalah tidur diatas sofa membiarkan Hinata menguasi tempat tidur dikamarnya.

Gadis bermata lavender itu berjalan menuju pantry berniat akan membuat sarapan untuk Sasuke sebagai ucapan terimakasih. Namun Hinata mengerutkan kening karena tidak menemukan apapun yang bisa di masak sepertinya Sasuke tidak pernah berbelanja.

Tatapannya beralih pada mesin kopi yang tersimpan diatas island dapur. Hinata memutuskan untuk membuat kopi saja sebab hanya itu yang ada disana.

Secangkir Espresso yang masih mengepul disajikan oleh Hinata diatas meja dengan secarik kertas ia simpan disisinya.

Gadis cantik itu tersenyum lembut menatap Sasuke untuk terakhir kali sebelum menutup pintu berwarna putih tersebut. Hinata memutuskan untuk meninggalkan apartemen nyaman itu untuk menghadapi kenyataan.

Banyak hal yang harus ia lakukan pertama-tama ia akan pergi menemui ayahnya. Saat menuruni anak tangga Hinata melihat orang-orang yang tadi malam bertemu dengannya, mereka baru saja turun dari sebuah mobil.

Hinata lupa menanyakan itu pada Sasuke, siapa mereka sebenarnya? dan mengapa mereka memanggil Sasuke err.. tuan?

Gadis itu segera menggelengkan kepala itu bukanlah urusannya, Hinata segera mengambil jalan lain untuk pergi ke halte bus terdekat.

Tidak lama kemudian, Sasuke terusik oleh panggilan masuk di ponselnya yang terus berdering. Dia memeriksa notifikasi dengan mata setengah mengantuk, siapa yang berani membangunkannya pagi-pagi sekali batinnya.

'Tuan Sasuke, kami telah mendapatkan Kabuto'

Sasuke mendengar suara Juugo dari seberang sana setelah dirinya menekan tombol hijau, mata yang sebelumnya mengantuk kini terlihat terjaga sepenuhnya.

"Aku segera turun" Sahutnya dengan singkat.

Sasuke mendudukan diri untuk mengumpulkan nyawa sejenak, onyx nya menemukan secangkir kopi diatas meja dengan secarik kertas kecil disisinya.

Pria tampan itu mengangkat sebelah alis membaca isi tulisan tersebut.

|Terimakasih maaf selalu merepotkanmu, sampai nanti Sasuke ps. nomorku 011xxxxxx |

Sasuke tersenyum samar kemudian mengambil ponselnya untuk menyimpan nomor Hinata, jadi dia sudah pergi? lelaki tampan itu mencicipi sedikit Espresso buatan Hinata yang terasa nikmat. Setelah itu Sasuke segera beranjak berdiri dia harus menemui Juugo di bawah.

Sasuke menuruni anak tangga dari atas dia bisa melihat seorang pria berlutut ditanah dengan kedua tangan terikat dibelakang tubuhnya. Beruntung dibagian belakang gedung ini sangat sepi.

Sasuke berjalan menghampiri mereka ia masih mengingat dengan jelas wajah orang yang waktu itu hampir melecehkan Hinata, orang itu terlihat babak belur Juugo melakukan tugasnya dengan baik.

Red Strings [SASUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang