Prolog

1.5K 97 18
                                        

Di persimpangan Shibuya, lautan manusia mengalir dari segala arah, berjalan cepat seolah waktu selalu kehabisan napas.

Seorang wanita muda menghela nafas setelah menerima komplain dari pengunjung cafe tempat ia bekerja paruh waktu. Pandangannya menoleh kearah segerombolan muda-mudi yang melintasi cafe.


Tawa mereka yang seolah tanpa beban membuat rasa iri hinggap didada wanita tersebut. Disaat teman seusianya memiliki banyak waktu untuk bermain dirinya harus bekerja keras demi menopang kehidupan.

Hidup memang tidak selalu adil bagi setiap orang bukan?

Wanita muda tersebut menjalani hari-harinya dengan ritme yang padat. Ia bekerja part time di beberapa tempat berbeda, pagi hari ia menjadi barista di sebuah kafe kecil, siang menjelang sore ia berpindah menjadi asisten toko pakaian di pusat perbelanjaan, dan malamnya kadang ia menerima pekerjaan sebagai waiters disebuah club malam.

Tubuhnya mungkin terasa lelah, namun langkahnya selalu cepat. Wajahnya terlihat tenang tapi menyimpan kelelahan yang dalam. Kadang, ia menyandarkan kepala di kaca jendela bus sambil memejamkan mata sejenak.

Namun meski lelah, ada semangat dalam dirinya semangat untuk mengejar mimpi, dia harus tetap sekolah, membayar kebutuhan dan ... membantu keluarganya.

Ia jarang memiliki waktu untuk bersantai seperti gadis kebanyakan, dia tidak tahu bagaimana rasanya hangout dengan teman sebaya, atau bahkan berkencan..

Iris lavendernya yang cantik mengamati setiap pasangan disepanjang jalan, rasa iri menggerogoti dirinya.. ingin sekali rasanya dicintai meski hanya satu kali seumur hidupnya.. namun ia berfikir sangat mustahil bahkan dirinya tidak memiliki waktu untuk bersolek.

Langkahnya gontai menelusuri gang sempit menuju rumah susun yang menjadi tempat tinggalnya, seluruh sendinya terasa patah setelah bekerja keras seharian.

Dari kejauhan pandangannya menemukan beberapa orang keluar dari gedung rumah susun yang di sewanya. Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya, para penagih itu kembali datang malam ini.

Ini sungguh malam yang panjang, uang yang baru saja dia dapatkan harus di serahkan dengan berat hati.

Benar-benar brengsek!

Sebuah pintu tertutup dengan sedikit kasar. Hinata adalah nama wanita muda beriris lavender tersebut. Dia tidak memiliki banyak tabungan yang tersisa semua uangnya telah terkuras habis.

Semua ini gara-gara penjudi satu itu. Matanya sedikit berkaca-kaca dirinya benar-benar muak dengan keadaan ini.

"Kau sudah memberikan uangmu?"

Hinata yang sedang menuangkan air kedalam gelas mengeratkan pegangannya. Dia menahan nafas dengan sekuat tenaga.

"Seberapa banyak uang yang kau pinjam sehingga aku harus terus menerus memberikan uang pada mereka?"

Gadis itu menyeka air mata diwajahnya dia benar-benar lelah. Dia ingin segera mengakhiri neraka ini sesegera mungkin.

"Besok malam kau harus menemui dokter Kabuto, aku telah mengatur pertemuan kalian"

Seorang pria paruh baya berambut panjang berbicara tanpa menyahut ucapan Hinata yang telah menyerah dengan ini semua.

"Tsk.. bahkan sekarang kau ingin menjual anakmu sendiri?"

Red Strings [SASUHINA]Where stories live. Discover now