[ON GOING] Setiap orang terhubung dengan benang merah tak kasat mata yang dewa takdir hubungkan kepada pasangan jiwanya. Begitupun yang terjadi pada Hinata dan seorang pria bernama Sasuke.
Kisah cinta mereka bagaikan Romeo dan Juliet jilid kedua.
...
Helaan nafas terdengar dari pria paruh baya yang sedang duduk membelakangi Hinata.
"Jika kau menikah dengannya, kau tidak perlu lagi bekerja keras seperti sekarang, dia akan membantu membayar tagihanku dan membiayai kuliahmu"
'CLAK!'
Hinata menyimpan gelas yang sedang dipegangnya dengan cukup keras.
"Jadi ini solusi terakhir yang ingin kau berikan padaku? aku harus mengorbankan masa depanku? Ugh.. aku lupa bahkan aku tak memiliki masa depan" Ujarnya dengan sarkas namun air mata tetap mengalir diwajahnya.
"Maafkan aku.. Hinata" Kepala keluarga Hyuga yang tak berdaya itu memejamkan matanya, ini adalah jalan satu-satunya agar mereka bisa keluar dari situasi ini tak ada pilihan lain.
Rantai hutang semakin rumit karena perjudian, nominal yang semakin membengkak membuat Hyuga Hiashi hampir gila, dia telah melakukan banyak hal untuk menutupinya namun satu lubang pun tidak cukup tertutupi sampai harus membiarkan anak semata wayangnya ikut menanggung beban yang dia timbulkan.
Dan kedatangan Kabuto bagaikan pencerah, harapan Hiashi sangat tinggi terhadap pria matang satu itu, mungkin dengan kehadirannya bisa menutupi sebagian lubang-lubang tersebut.
Malam itu pun datang menghampiri Hinata. Ayahnya benar-benar telah mengatur segalanya agar pertemuan ini berhasil, bahkan dia menyiapkan satu buah gaun berwarna merah untuk ia kenakan.
Seperti yang ayahnya katakan Hinata tidak memiliki pilihan. Langkahnya sedikit canggung memasuki sebuah restoran mewah yang belum pernah ia kunjungi selain untuk bekerja.
Mantel yang dipakainya telah di simpan membuatnya sedikit risih memakai gaun yang sangat terbuka seperti ini. Beberapa kali ia membetulkan bagian dadanya agar tertutup namun tak berhasil, gaun itu memang di design agar belahan dadanya terekspos.
Hinata menghela nafas panjang pada saat melihat orang yang digambarkan ayahnya telah menunggunya disalah satu kursi, pria berkacamata dengan senyumannya yang aneh. Hinata merasa dirinya akan ditelan hidup-hidup.
'Kami sama tolong aku' batinnya.
__ __ __
Disisi lain dari dunia sebuah kehidupan yang seorang anak adam jalani. Pagi hari dimulai bukan oleh suara alarm namun oleh cahaya matahari yang menelusup dari jendela kamarnya yang terbuka.
Pagi hari yang dia maksud tentu bukan pukul delapan atau pukul sepuluh pagi melainkan sore hari ketika matahari memancar sebelum tenggelam.
Hal itu sering terjadi karena pekerjaan yang dilakoninya membuat dirinya terjaga semalaman. Kaki jenjangnya melangkah menuju balkon Flat yang di huninya.
Flat yang berdiri diatas sebuah bangunan hiburan malam itu seringkali dipandang sebelah mata oleh beberapa orang, namun sepertinya hal itu tak berlaku untuk pria menawan yang sedang menghisap rokok di tangannya.
Kehadirannya disana justru membuat para wanita memiliki kesan berbeda yang mengarah pada hal-hal berbau seksual.
Hei, ia adalah lelaki yang memikat bukan hanya karena parasnya yang tampan, tetapi karena aura kebebasan yang memancar dari setiap langkah dan senyumnya membuat siapa saja ingin berada diranjangnya.
Itu mungkin pemikiran gila untuk sebagian wanita, namun begitulah kenyataannya banyak wanita yang tergila-gila padanya.
Tatapannya tajam seolah menyimpan ribuan cerita, latar belakang kehidupannya penuh misteri, sehingga tak satu pun mampu mengikatnya. Hidupnya mengalir seperti sungai liar, tak pernah bisa dibendung oleh harapan orang lain, apalagi oleh janji-janji cinta yang mengikat.
Setiap wanita yang singgah dalam hidupnya hanyalah bintang sementara dalam malamnya, tidak lebih dari itu.
Setidaknya untuk saat ini.. kita tidak pernah tahu masa depan akan berjalan seperti apa bukan?
"Hei Baka! mau sampai kapan kau membolos?"
Sebuah teriakan meleburkan ketenangan pemuda berambut raven yang sedang menikmati rokok sore harinya.
Kedua bola matanya memutar malas sebelum menghembuskan asap ke udara. Hari ini dia memang tidak datang kelas 'lagi' karena melakukan aktivitas lain.
"Aku akan turun dalam 5 menit setelah mandi" Hanya itu yang dia ucapkan untuk menyahut pemuda berambut kuning dibawah sana.
Dan benar saja setelah beberapa menit berlalu pemuda itu keluar dari gedung yang menjadi hunian nya dalam keadaan lebih segar, rupanya dibawah beberapa teman telah berkumpul menunggu dirinya selesai bersiap.
"5 menit huh? kau mandi atau merenovasi kamar mandi?" Pemuda berambut kuning itu tidak terima dia bersungut-sungut seraya menunjuk jam tangannya.
Sementara si pelaku yang diomeli hanya merangkulnya dengan wajah tak berdosa. "Cerewet ayo jalan, jadi kemana kita akan pergi?"
"Kami berencana akan makan ditempat Naruto bekerja"
"Hei, perjanjiannya tidak seperti itu"
Pemuda bernama Naruto memiting temannya yang gembul dengan sedikit kesal. Segerombol pemuda yang kurang lebih ada 8 orang itu tertawa disepanjang perjalanan, menertawakan kekonyolan tingkah teman-temannya.
Pemuda berambut raven salah seorang diantara muda-mudi tersebut menoleh kebelakang senyumannya yang menawan terhenti sejenak begitu tatapannya bertemu dengan seorang barista wanita yang tengah menatapnya dari kaca jendela salah satu cafe.
Dahinya sedikit mengerut apa mereka saling mengenal? batinnya.
"Sasuke apa yang kau lihat?"
"Tidak ada, kupikir salah satu kenalanku"
Sasuke merasa pernah melihat gadis itu disuatu tempat namun ia tidak tahu pernah melihatnya dimana.
Dan cerita mereka pun dimulai dari sini...
Mereka tidak pernah benar-benar saling mengenal, namun langkah yang mereka ambil selalu mengarah satu sama lain tanpa mereka sadari.
----------Red Strings----------
-Bagian 1 akan segera update-
Jangan lupa berikan dukungan untuk Author dengan mengetuk tombol bintang (Vote) juga komentar nya jika kamu suka cerita ini yaa~
Kalian juga bisa join channel tele dan Follow tiktok Author dibawah ini untuk info update lebih lanjuttt.