"Gue gak paham kalian ngomong apa!" Nuzello kaget sendiri emosi di unek-uneknya keluar. Cowok itu pun tersenyum kikuk dan berkata, "Gue cuman bisa bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa sedikit."
"Sepertinya ada yang mulai berani mengeluarkan taringnya, nih," sindir Dencya menaikkan kedua alisnya dengan senyuman aneh.
Dari senyuman tipis yang terukir di wajah, Nuzello menyadari bahwa mereka sengaja tak memperhatikan dirinya, agar dia sendiri yang angkat bicara akhirnya.
"Kita semua tahu." Henu memberitahu, "Dari awal kita udah lihat lo celingak-celinguk pas denger radio."
"Jangan kaku amat. Your best friend in class introvert!"
"Sekarang, lo bagian dari kita," ujar Dencya.
Mereka memandang Dencya bersamaan. "Ketua ...?"
"Kita harus berunding."
Setelah Dencya berkata begitu, tiba-tiba semuanya menatap Nuzello meminta jawaban yang membuat Nuzello akhirnya kebingungan.
Maksudnya.
"Kita akan ke ... Jhanu?" Nuzello menyadari tidak ada tanda-tanda kehadiran cowok paling putih di kelasnya itu.
"Bravo!" Zero menepuk-nepuk bahu kiri Nuzello. "Lo tahu bahasa tatapan kita!"
Kemudian mereka keluar dari pintu yang digunakan untuk mereka masuk tadi. Jalan berhati-hati menuju pintu belakang kamar Jhanu yang bersebelahan dengan kamar Nuzello. Rupanya memang setiap kamar ada pintu belakangnya, hanya saja coraknya disamakan dengan warna tembok dan tertutup kain dengan warna yang sama. Bisa-bisanya Nuzello tak tahu hal ini.
"Biasa mah, Jhanu. Pura-pura tidur kalo ada tamu," ungkap Henu melihat tuan kamar itu tertidur pulas di ranjang kamarnya.
"Bangun woy!" Zero berteriak tepat di telinga Jhanu. "Ada tukang paket!"
"Paket, lo, COD!" Henu menyeru.
Jhanu tidak bisa lagi menahan hingga senyuman gelinya terbit dengan mata yang masih berusaha pura-pura tidur.
"Bangun Bro!" Zero langsung menarik kedua kali Jhanu di ranjang.
"Introver harusnya bangga sih," jawab Jhanu mengangkat dagu. "Bisa jadi pembual handal."
"Jadi pembual kok bangga," balas Zero sinis.
Lalu Jhanu mengangkat setengah tubuhnya, bersandar di kepala ranjang untuk berhadapan langsung dengan teman-teman cowoknya. Kemudian berkumpul bersama teman perempuannya di ruang tamu.
"Eh, ada lo, Nu?" Jhanu baru menyadari saat menatap satu per satu teman-temannya. "Welcome to the jungle! Selamat bergabung ke DAMN!"
"DAMN?" Nuzello mengerutkan dahi.
"Yes, brother." Jhanu merangkul tubuh Nuzello. Kemudian mengeja, "D-A-M-N."
Sarah menimpali, "Dub alone minds nervous."
"Seperti, perkumpulan para introver." Dencya menyunggingkan bibir. Senyumnya merekah, dan kemudian tertawa renyah.
Semuanya lalu terkekeh bersamaan mengingat kepribadian dirinya yang begitu aneh dan unik.
Dalam tawa ringannya, Nuzello tersentak. Seorang gadis dingin bernama Dencya bisa tertawa selebar itu. Tetapi, yang lainnya justru malah membalas tawa, sedikit pun tak ada raut terkejut. Mungkin karena mereka sudah saling bertemu beberapa kali. Dan inilah sifat Dencya yang diperankan di belakang layar sebenarnya. Menurut observasi otaknya, walaupun mungkin sering menggubris kalimat orang, tapi gadis itu ternyata yang banyak bicara di sini. Dencya Kurnia Dewi, dialah sang ketua dalam perkumpulan yang mereka sebut DAMN.
Nuzello pun berharap demikian. Dia mampu berinteraksi. Menemukan cara berinteraksi dalam perkumpulan orang-orang yang satu frekuensi dengannya.
Sedangkan dari balik percakapan mereka, CCTV terus menyorot sepuluh siswa itu. Obrolan mereka terdengar begitu jelas di radio yang telah dihubungkan untuk mendengarkan hasil rekamannya. Para master itu sudah menaruh sebuah alat perekaman suara di bawah meja tamu yang menyerupai tancapan paku. Tampak wajah mereka masih tak percaya akan kedekatan siswa-siswanya, walaupun ini bukan pertama kalinya mereka memantau anak didiknya sendiri.
"So, apa yang akan kita lakukan?" Mereka mulai mengikuti arah pandang Ozil yang telah membuka perundingan. Pertama kalinya cowok itu mengeluarkan suara beratnya di depan Nuzello.
Ruang tamu itu sudah membentuk persegi, kursi-kursi, sofa, dan meja sudah disingkirkan ke sudut ruangan. Mereka kini duduk melingkar di karpet merah dengan tiga lilin di tengah-tengahnya. Matanya terus tertuju pada Dencya yang duduk di sofa bantal paling depan, hingga akhirnya sang ketua menjawab tatapan mereka.
"Kita kabur dari tempat ini."
-°°See you next chapter___
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT CLASS
Mystery / Thriller[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagaimana jika introvert memiliki kelas sendiri? INTROVERT CLASS, seperti namanya, kelas ini berisi sekumpulan siswa-siswa yang memiliki jiwa introvert. Kelas yang berdiri selama 30 tahun lamanya, namun keberadaannya tak diketa...
⁰⁸ TAMU
Mulai dari awal
