[FOLLOW SEBELUM BACA]
Bagaimana jika introvert memiliki kelas sendiri?
INTROVERT CLASS, seperti namanya, kelas ini berisi sekumpulan siswa-siswa yang memiliki jiwa introvert. Kelas yang berdiri selama 30 tahun lamanya, namun keberadaannya tak diketa...
"Jangan menjadi aku, karena itu kesalahan besar. Jadilah kamu sendiri yang gampang berbaur dan akrab sama orang-orang cuman modal tepuk pundak sekali." _Introvert Class_
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
___
"KALO GITU LO YANG HARUS CARI TOPIK, YAN!"
"Kalo lo masih kayak gini terus, lo akan terus-terusan bermasalah sama sekeliling, lo." Napas beratnya menggebu-gebu menghadapi satu sahabatnya itu. "Masalah yang lo hadapin ini berawal, karena sifat dari diri lo sendiri, paham gak?!"
"Aku sudah coba, gak bisa." Pria remaja berkacamata yang didesak-Nuzello Abrian itu menggeleng menatap gemetar sahabatnya.
Sahabat Nuzello yang kerap dipanggil Cakra itu merenungi akar permasalahannya sejenak. Memang kejadian ini terjadi atas rencananya. Pagi itu ia sengaja meminta sahabatnya menemui teman eskulnya di Alun-alun kota untuk menemani-nya jalan-jalan, sebab galau habis diputus pacar-nya. Saat itu Cakra harus breafing mengenai program beasiswanya terhadap pihak beasiswanya untuk semester depan. Memang ia cuman jahil bilang ke teman eskulnya bahwa Nuzello orangnya seru, dan mungkin ia kira itu akan berdampak lebih baik pada kepribadian sahabatnya. Namun, ia salah besar. Sepanjang perjalanan yang mereka lakukan, hanya diselimuti angin kecanggungan, bahkan orang itu geram sendiri dengan perilaku Nuzello yang betah dengan diamnya. Sesekali bicara, itupun bukan Nuzello yang mengajaknya mengobrol.
"Mungkin akan baik-baik aja, kalo lo dibuat santai aja, Nuzello Abrian," jawab Cakra akhirnya.
Pria itu maju satu langkah lebih dekat dari Nuzello dengan rahang yang semakin mengeras.
"Suruh otak lo, biar apa yang lo pikirin gak cuman nyangkut di pikiran doang!"
Nuzello hanya mampu menunduk. Ia beralih duduk di samping sahabatnya itu yang sedang berbenah barang di ranjangnya.
Cakra menghela napas beratnya. "Udah ya, Yan. Gue udah cape banget serius ngadepin sifat freak lo. Kita udah satu kost-kostan hampir 2 tahun. Dan lo, sedikitpun gak ada perubahan."
"Jujur aja, gue udah muak sama lo, Yan."
"Seharusnya waktu guru nawarin kita satu kamar, gue mikir dulu buat nolak." Cakra bergeser menaiki ranjang, dan berbaring di ranjangnya dengan ekspresi kecewa yang diselimuti tertawa palsunya. "Okay, awalnya emang gue mikir asik kali ya punya teman yang gak banyak bicara ... eh, ternyata gue melulu yang harus mulai percakapan."
"Capek, Yan! Hahaha," cicitnya tertawa lepas. "Capek ngerti jadi ekstrovert!!"
"Ekstrovert juga harus dingertiin, gak hanya introvert."
"Kamu enak, hanya tepuk pundak sekali, kenalan, terus ngobrol-ngobrol, langsung jadi teman ..., bahkan bisa jadikan pacar." Nuzello mendongak sekilas. "Kamu orangnya gampang bergaul, cepat akrab sama orang."