[FOLLOW SEBELUM BACA]
Bagaimana jika introvert memiliki kelas sendiri?
INTROVERT CLASS, seperti namanya, kelas ini berisi sekumpulan siswa-siswa yang memiliki jiwa introvert. Kelas yang berdiri selama 30 tahun lamanya, namun keberadaannya tak diketa...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
_____
INTROVERT CLASS benar-benar sudah gila. Para master di sana sudah tidak waras. Setelah membius, menyekap, bahkan yang terparah semalam mereka memaksa untuk menyaksikan mayat seorang perempuan yang lehernya sudah hampir putus. Sekarang dengan mudahnya mereka mengadakan kelas di hari Sabtu ini. Sikap mereka seolah beranggapan bahwa kemarin tidak terjadi apa-apa. Begitulah pandangan siswa-siswanya saat ini.
Namun, bukanlah introver jika tidak bisa berpikir dengan strategi. Membaca dulu sebelum melafalkannya. Bahkan harus mengeja dulu sebelum dibaca.
"Kelompok kali ini master buat lebih luas, yaitu dua siswa terdekat. Kiri. Kanan. Depan. Atau ... belakang. Dan untuk nomor duduk posisi tengah, kalian akan tertantang untuk memilih siapa keduanya yang akan menjadi pilihan kalian."
"Cobalah belajar memilih satu siswa yang menurut kalian tidak berpengaruh pada jalan hidupmu selanjutnya."
Master Cacti diam beberapa menit yang membuat siswa-siswa merasakan kuatnya kesunyian dan kerasnya embusan angin pagi jika tak ada yang bersuara.
"Silahkan tulis di lembaran kertas yang ada di meja kalian. Berikan satu sama lain surat yang berisi kalimat yang mengundang jawaban." Master Cacti menginstruksikan. "Setelah berkomunikasi menggunakan pesan di layar, pastinya sudah banyak obrolan yang terjalin, jadi seharusnya kalian akan lebih mudah untuk surat menyurat ini."
"Ingat! Batas satu jawaban adalah satu menit. Dan kalian harus mampu merespon cepat dan tepat, serta harus bisa memanajemen waktu dengan pengirim surat."
Di tempat duduknya, Master Cacti hanya memantau setiap pergerakan siswa-siswanya yang begitu teratur dengan jarak hanya dua meter setiap bangku. Tanpa bertabrakan semuanya memakai topengnya masing-masing, berjalan mengirim surat kepada dua siswa terdekatnya.
Selama beberapa menit Nuzello hanya diam di bangku. Dua menit pertama dia telah menentukan dua penerima suratnya. Dua menit lagi selesai menulis dua surat itu. Dan kini telah satu menit dia ragu untuk mengirim dua surat tersebut. Lima menit seterusnya, perasaan ragu semakin menjalar. Untuk berdiri saja rasanya sangat berat. Hal yang biasa pun terjadi. Gugup, merasa diperhatikan, atau ini memang gerak-gerik introver saat akan bertindak aktif.
Waktu telah berjalan sepuluh menit. Nuzello menunduk murung. Tidak ada yang mengirim satu surat pun padanya. Hingga di menit ke-20, satu surat datang bersamaan ketukan pada dindingnya yang membuat Nuzello panik. Bukankah peraturannya tidak boleh bersuara.
Berusaha berdiri, dan menggeser sedikit kayu kecil yang dijadikan jendela bangkunya, Nuzello pun mengintip ke arah luar yang tampak gadis topeng hitam masih mengetuk pelan dinding bangkunya. Gadis itu kemudian langsung menggapai kayu yang terbuka saat Nuzello sigap menutup jendelanya lagi.
"Baca," bisik Dencya dengan tatapan intens.
Mau tak mau Nuzello membuka surat yang diberikan gadis itu. Amplop surat itu berisi secarik kertas kuning. Sebuah pesan singkat. Nanti malam kumpul di kamar lo.