15. Things Unsaid

6K 233 155
                                    

Cogan di Atas as Axello Wexler. ((ANJAS NYUNYU AMAT)) (kalo ada yg tau namanya pls kasih tau karena dia unyu BGT UGH)

Selamat baca guiiiize.

**

"Bang, woi, baaang!" Lane berseru saat Xavier berjalan melewatinya yang sedang duduk di sofa sambil mendengarkan musik. Serentetan lagu milik grup band The 1975 terpaksa Lane hentikan karena cewek itu sering tidak fokus jika berbicara sambil mendengarkan musik di telinganya. Xavier yang awalnya ingin pergi ke kamar miliknya sendiri, lantas berhenti dan memandang Lane dengan tatapan bertanya.

"Gendong gue ke meja makan," ujar Lane sambil menyengir. Xavier mengangguk kemudian menggendong adiknya itu ke ruang makan. "Gue ngerasa ngerepotin banyak orang akhir-akhir ini," kata Lane dari belakang punggung Xavier. Xavier membantu Lane duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan kemudian membalas, "Lo 'kan emang ngerepotin mulu," candanya.

Lane mendorong lengan Xavier agar menyingkir dari hadapannya. "Ya udah kalo lo ngerasanya gitu. Minggir sana, minggir."

"Ya ilah, lo emang galak ya, ke semua orang. Gue ini kakak lo, Lane Radinka Yang Terhormat," balas Xavier seraya duduk di salah satu kursi tepat di depan Lane.

Lane menyangga kepalanya dengan tangan kanan yang ia tempelkan di dagu. "Lagian lo ngomong gitu pas gue lagi gini."

Xavier mengerutkan alisnya dan bertanya, "Gini-gitu? Maksud lo gimana? Aduh, yang jelas dong kalo ngomong!"

"Gue pengen cerita tapi lo jangan komentar sebelum gue selesai."

"Oke."

"Jangan dipotong juga."

"Oke."

"Lo jangan nunjukin ekspresi yang aneh-aneh selama gue cerita!"

"Oke."

"Oke."

"Oke, lo bisa mulai sekarang."

"Sebenernya waktu kemaren kemaren kemaren dan kemarennya lagi, g—" ucapan Lane terpotong karena ponselnya bergetar diatas meja secara terus menerus menunjukan ada sebuah panggilan masuk. Ketika dilihat, tertera nama Luke Upil disana.

"Luke?" kata Lane sesaat setelah mengangkat panggilan cowok itu.

"Anjrot malah ada telpon. Bangsat emang," ujar Xavier kesal karena mood-nya sedang tidak baik hari ini. Maka dari itu, kembaran Xandrine sekaligus kakak tertua Lane tersebut melenggang meninggalkan ruang makan dan memutuskan untuk melangkahkan kaki ke kamarnya. Entah mau apa.

"Lane, gue boleh nanya sama lo?"

Menurut Lane, tidak ada yang lebih mencemaskan dibanding susunan kata gue-mau-nanya dan gue-mau-ngomong. Serentetan kemungkinan tiba-tiba bermunculan di otak Lane pada saat ini. Mulai dari kemungkinan yang terburuk sampai sebaliknya.

"Tanya ajalah, awas kalo gak penting," balas Lane (berusaha) santai.

"Waktu lo ke McD setelah pulang les, lo beneran cuman sendiri?"

Nah loh.

Lane nyaris lompat dari tempat duduknya sekarang kalau tulangnya baik-baik aja. Dari sekian kemungkinan yang muncul diotaknya, sudah jelas kalau pertanyaan yang meluncur dari mulut Luke tadi tidak pernah terlintas sama sekali.

"Lane?"

IYA LANE PANIK.

"Eh? Sorry, sorry, gue sambil makan ini," Lane menjawab kemudian mengambil sendok terdekat dan sengaja menyimpannya diatas piring sehingga menimbulkan suara dentingan yang sudah pasti didengar oleh Luke.

Stand on the GroundWhere stories live. Discover now