ESCAPE | 27

42K 2.4K 401
                                    

HELLO MAAF BARU UPDATE!

Mohon maaf lahir dan batin ya kawand! Maafin kalo gue selalu lama updatenya, baru dapet hidayah untuk meneruskan ini wkwk.

***

Sudah sebulan aku tinggal di Apartemen dengan Harry. Meskipun ia jarang pulang ke Apartemen karena urusan bisnis di luar negeri dan harus meninggalkanku sendirian, tapi Harry selalu rajin menelfon dan mengirimkanku pesan. Seperti kemarin, Harry meninggalkanku sendirian selama lima hari di Apartemen karena pekerjaannya. Tapi sepertinya akhir-akhir ini Harry sedikit berubah.

Aku keluar dari kamar sambil menggosok-gosokkan rambutku yang masih basah dengan handuk yang masih kering. Melihat Harry dengan mimik wajah serius yang sedang membaca sebuah majalah bisnis tak lupa dengan minuman pagi harinya, membuatku tersenyum kecil. Ia baru saja sampai di LA tengah malam tadi, dan langsung menyerangku dengan ciuman bertubi-tubi di permukaan wajahku saat aku sudah terlelap.

Tapi perlahan senyumanku memudar mengingat perkataan Luke beberapa hari yang lalu saat menelfonku memberi informasi seputar apa yang di lakukan Harry di kantornya. Entahlah, pekerjaannya yang di Las Vegas mungkin sudah di tinggalkannya, aku tidak tahu itu.

Aku duduk di depan Harry dengan meremas baju yang sedang ku pakai agar sedikit menghilangkan kegugupanku. Kupikir moodnya akan baik karena sesi percintaan tadi malam.

Tiba-tiba Harry menutup majalah yang sedang di bacanya dan menatapku dengan tatapan menyelidik.

"Ada yang ingin kau katakan, Barbara?" Tanya Harry langsung. Aku membalas tatapannya tanpa ragu-ragu, meskipun aku lihat Harry menatapku dengan tajam, tapi aku hanya membalasnya dengan tatapan biasa.

"Bagaimana arti diriku menurutmu?" Tanya ku to the point.

"Maksudnya?" Tanya Harry kurang jelas.

"Arti diriku di hidupmu, Harry. Kita sudah menjalani semuanya bersama sampai saat ini. Kau juga sudah mengenalkan diriku pada keluarga besarmu." Jelasku. "Bahkan kita sudah sering menghabiskan malam bersama, tapi akhir-akhir ini kau terlihat berubah." Kata yang aku ucapkan sangat pelan.

"Aku tertarik padamu, Barbara. Aku ingin dirimu di hidupku." Balas Harry singkat dan padat.

"Kita berhubungan tapi tidak ada status yang menjelaskan hubungan kita seperti apa." Aku mengepalkan kedua tanganku dan bangkit dari duduk. Harry ikut berdiri dan dia langsung mendekat.

Kami berdua saling berhadapan, ia memegang kedua bahuku. "Kita tidak membutuhkan status, Barbara. Kita bisa hidup satu atap dengan kondisi seperti ini, kita saling tertarik."

"Tapi tetertarikan itu ada batas akhirnya, Harry. Kau pasti akan bosan denganku jika hanya ada rasa ketertarikan. Apa kau sama sekali tidak ada perasaan lebih padaku?" Mungkin ini adalah pertanyaan puncak, atau belum.

"Maksudmu apa? Aku menyayangi dan sangat membutuhkanu di hidupku, kau bagaikan candu yang sama sekali tidak bisa aku lepaskan." Harry mencengkram kedua bahuku membuatku sedikit meringis.

"Tapi aku mencintaimu, Harry! Apa kau tidak bisa merasakannya?" Aku menunjuk dada Harry.

Dia terdiam dan langsung melepaskan cengkramannya dari kedua bahuku. Ia mundur dan mengacak-ngacak rambutnya seolah-olah ia tengah mengalami sesuatu yang sulit. Perasaan ini sudah tidak bisa ku tahan-tahan lagi, resiko yang aku pikirkan adalah mengatakan apa yang aku ingin tahu dan setelah Harry tahu, ia akan pergi meninggalkanku. Itu tidak akan ku biarkan. Sama seperti halnya, Harry sudah menjadi candu bagiku.

"Har...." Aku berniat untuk memegang bahu Harry, tapi ia langsung menepis tanganku.

"Kita sudahi percakapan ini." Ujar Harry datar tanpa menatapku sekalipun. Ia terlihat amat sangat tidak dalam kondisi yang baik. Padahal, yang aku harapkan ia juga mempunyai perasaan yang sama denganku.

ESCAPEWhere stories live. Discover now