ESCAPE | 18

59.1K 2.5K 228
                                    

Aku merasakan nyeri sekujur tubuh ku. Aku merasakan silau, lalu aku perlahan-lahan membuka mata ku dan merangsang cahaya yang masuk ke dalam mata ku, sampai mata ku terbuka sempurna. Memandang langit-langit kamar berwarna putih dengan corak aksitektur yang mewah, yang sebelum nya pernah aku lihat, apalagi aku merasa tidak asing tidur di kamar ini, dari aroma nya saja maskulin. Aku mulai menggerakkan tangan ku yang nyeri dan berusaha bangun.

Setelah benar-benar sudah menyenderkan punggung ku di kepala ranjang, aku bernafas lega. Kepala ku berdenyut pusing, teringat kembali kejadian yang membuat ku sampai seperti ini.

Mini dress ku sudah di ganti dengan kaus berwarna abu-abu kebesaran. Sialnya aku hanya memakai celana dalam tanpa bra, siapa yang menggantikan pakaian ku?!

Melihat ada bekas cakaran di tangan kiri ku membuat ku meringis sedikit. Badan ku rasanya berdenyut sakit setiap aku bergerak sedikit.

KLIK

Aku mendengar suara pintu terbuka, leher ku menengok sedikit ke sumber suara, tapi aku langsung mengeluarkan suara ringisan karena begitu sakit, akhirnya aku hanya bisa melirik melalui ekor mata.

Ternyata itu Harry. Dia keluar dari kamar mandi, sudah memakai pakaian santai lengkap dengan handuk yang di gosok-gosokkan di kepala nya. Dia berjalan ke tempat tidur-ke arah ku lebih tempat nya. Dia berdiri tepat di samping ku, lalu mengamati ku dari atas sampai bawah.

Dia duduk di tepi ranjang, dan aku bergerak sedikit menjauhi nya.

"Si-aw!" Aku meringis dan mengaduh saat mulai berbicara, rasanya sakit di sekitar mulut ku, padahal aku ingin bertanya sekaligus protes.

"Kau terlihat buruk. Untung nya kemarin malam aku datang, walaupun agak terlambat, pria bajingan itu sudah ku jebloskan ke dalam Rumah Sakit Jiwa, kau tau ternyata dia sedikit psycho dan terobsesi pada mu."

Aku menahan nafas saat satu persatu kata keluar dari mulut Harry. Jadi Ronald itu gila?! Kenapa selama ini aku tidak sadar saat dulu berpacaran pada nya. Saat aku masih berpacaran dengan Ronald, aku sering melihat tetesan darah di atas meja makan di rumah nya, dia bilang itu hanyalah darah ayam yang baru dia potong.

Aku baru saja membuka mulut tapi Harry langsung berbicara kembali.

"Sebaiknya kau jangan mencoba bicara dahulu. Bibir mu sedikit sobek gara-gara pria itu, aku yakin pasti kau merasakan sekujur tubuh mu nyeri."

Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Kau harus istirahat sampai kau benar-benar pulih, sekarang tidur kembali. Nanti aku akan memanggil pelayan untuk membantu mu mandi dan membawakan mu makanan."

Harry membantu ku untuk tidur kembali di ranjang dengan posisi yang benar. Dari jarak sedekat ini aku bisa mencium after shave nya. Harry menyelimuti ku sampai perut dan menepuk-nepuk nya. Dia menggenggam tangan ku, lalu mencium punggung tangan ku.

Dia bangkit dari pinggir ranjang dan melemparkan handuk yang dia pakai ke atas sofa. Dia berjalan menuju pintu kamar.

"Har-ry." Panggil ku pelan dan terbata, berkata sedemikian pelan itu saja aku merasakan bibir ku yang sobek berdenyut.

Harry berbalik dia menatap ku bingung.

"Jika kau ingin bertanya siapa yang menggantikan pakaian mu, tenang saja bukan aku. Pelayan ku yang menggantikan nya." Aku belum bertanya saja, tapi dia sudah tau jika aku ingin bertanya mengenai itu.

Kemudian Harry pergi begitu saja meninggalkan ku di kamar nya yang luas ini sendirian. Bagaimana Harry bisa tahu malam kemarin aku di bawa kesana, dan dia menyelamatkan ku, padahal kami berdua tidak ada hubungan apa-apa sama sekali. Meskipun dia selalu mengatakan bahwa aku milik nya, tapi aku sama sekali bukan barang yang harus di miliki, terlebih lagi aku juga sering memaki nya di dalam hati atau pun dia mengetahui nya sendiri.

ESCAPEWhere stories live. Discover now