Reactance-31

108 6 3
                                        

...o0o...

"Tidak perlu terlihat terlalu hebat demi orang lain. Semua memiliki prosesnya sendiri"
-Rainer

...o0o...

"Kemarin zivanna menyerang gue secara tiba-tiba. Kita harus berusaha lebih keras untuk menaklukkan zivanna!"ujar aveline memijat pangkal hidungnya.

"Tidak semudah itu untuk menaklukkan zivanna. Dia pernah latihan militer bersama dengan pria itu"ujar erika memperhatikan berkas di hadapannya.

"Jangan terlalu takut dengan wanita itu. Dia hanya bisa mempermainkan mental kita. Lagipula dia sudah terluka bukan?masih ada waktu untuk memperbaiki sistem kita"ujar zack mengepalkan kedua telapak tangannya. Mansion yang mereka jadikan basecamp telah di bobol oleh pihak zivanna. Entah siapa yang dia suruh untuk mengacaukan sistem yang ada di sini.

Mereka menggunakan segalanya dengan kartu pengenal untuk mengakses siapa saja yang datang ke sini. Tidak sembarangan orang bisa masuk dengan bebas, bahkan di lengkapi oleh cctv pengakses wajah di setiap sudutnya. Jika ada orang yang tidak di kenali, maka akan ada alarm yang berbunyi menandakan bahaya.

"Gue kemarin di teror. Mereka mengirim ular berbisa ke mansion milik gue"ujar griffin mengelap keringat di dahi. Cukup melelahkan beberapa hari ini.

"Lo gak cerita sama gue!"ucap aveline menaikkan nada suaranya.

"Gue mau cerita, tapi bingung gimana cara ngomongnya. Lo juga gak cerita kenapa lo terluka kan?"

"Udahlah, hari ini sudah saatnya kita memancing zivanna untuk keluar dari persembunyiannya. Kalian mau keluarga kita semua dalam bahaya?"ujar abra mengupas apel di tangannya dengan pisau.

"Tidak mungkin. Zack, kau jalankan tugasmu hari ini. Kami akan mengawasi dari kejauhan"ujar atman melirik pemuda yang bernama zack alfrent.

"Tenang saja, Zack. Percayakan semua pada kami. Kita bersama-sama, kita keluarga"ujar sattva meyakinkan dirinya juga. Dia tidak tahu persiapan kali ini sudah matang atau belum, tetapi menunggu terlalu lama sama saja menyiapkan pemakaman untuk diri sendiri.

"Jalankan tugas masing-masing, kita saling membantu. Paham?"ujar aveline menggigit sudut bibirnya. Tak tahu tetapi rasanya kekhawatiran seakan menguasai diriku.

Apakah nanti akan ada yang berkhianat demi kepentingan mereka sendiri?

'Tringg' mendengar suara telepon. Kami semua bertatapan satu sama lain. Nomor tidak di kenal menelpon ke nomor Abra.

"Halo?"ujar abra menegaskan suaranya.

"Ah. Kamu abraham lincoln bukan?"tanyanya seorang wanita dengan lembut.

"Iya. ini siapa?dan ada apa menelpon saya?"ujar abra sedikit merasakan perasaan yang kurang enak saat menerima telepon ini.

"Lake jaeden akan kehilangan segalanya"ujar wanita yang tidak di kenali identitasnya.

"Apa yang akan menghilang dari lake jaeden?"ujar abra menarik sudut bibirnya. Dia tersenyum smirk mendengar perkataan wanita ini.

"Bermimpi semampumu, kami tidak akan pernah kehilangan apapun. Saya peringatkan, Jangan bermain dengan api, agar kamu tidak terbakar di dalamnya"ujar perempuan itu  membakar lembaran kertas. Kertas saja bisa menjadi abu saat terbakar.

Apakah dia ingin terbakar seperti lembaran kertas itu?

"Aveline?"ucapnya singkat dengan nada sedikit terkejut.

"Tidak perlu terkejut sayang. Kamu belum bertemu dengan saya, jadi tidak perlu seperti itu"ujar aveline mengambil alih handphone milik abra. Dia tahu perubahan ekspresi di wajah abra berarti ada masalah.

Telepon itu di matikan secara sepihak. Aku yakin itu hanya sebuah gertakan kecil agar kami semakin lemah untuk menghadapi siapapun yang membenci lake jaeden. Manusia tidak dapat di percaya dengan mudah, jadi jangan terlalu menaruh harapan besar padanya.

"Dia mematikan teleponnya"ujar aveline memberikan benda pipih itu kepada abra.

Di sisi lain..

"Dari awal saya sudah membencinya teramat dalam, tetapi saya hanya berpura-pura menjadi bagian darinya. Mengelabui seseorang adalah keahlianku"ujar laki-laki di bawah cahaya remang-remang. Tato bergambar elang terlihat tepat di sebelah kiri dadanya. Siapakah dia?

"Yes, al. Dendam keluarga kita harus kamu balaskan dengan cara lebih kejam. Beri rasa sakit itu padanya, aku mendukungmu"ujar seseorang yang sedang berteleponan dengannya.

Aku berjalan masuk ke dalam suatu gudang dengan pencahayaan remang-remang untuk mengecek situasi di dalam sana. Aku mendengar segala ucapan laki-laki yang berdiri tepat di hadapannya. "Sepertinya diantara kami akan ada yang berkhianat. Gue harus waspada, kalau di ceritakan mereka akan lebih gencar berakting di hadapanku"ujar aveline berjalan mundur secara perlahan.

"Hei, siapa itu!"ujar laki-laki itu berteriak sangat keras. Suaranya bergema di sekeliling ku.

...o0o...

Happy reading

Terima kasih untuk yang sudah membaca sekaligus vote.

Kalian tunggu up selanjutnya karena beberapa part lagi cerita ini akan selesai. Kalian bisa kebut baca ya!

IG author:
@wpbeatricelynee
@fleureunola

Kalian bisa ngobrol bareng author diantara kedua akun itu. Yang atas akun menulis dan yang bawah akun pribadi author.

Reactance [ TERBIT ]Where stories live. Discover now