29. Jejak Mana Gelap

933 170 12
                                    

Ok setelah sakit dan kesibukan rl yang meledak tiba-tiba, Kawa bisa up book ini. Masih ada yang nungguin kah?T-T
.
.
.

Tak ada seorangpun yang tak khawatir mengenai keretakan langit sebelumnya kecuali (m/n) yang sibuk menjaga Claude dengan caranya. Naga itu terlalu tenang dalam menghadapi hal ini yang bahkan membuat para Duke bawahannya mengernyit kebingungan.

Minggu berlalu dan sesuai dugaan, Claude sangat di sibukkan dengan masalah ini. Ia sering menghadiri rapat dengan para petinggi sementara ia masih di sembunyikan di kamarnya. Semua lebih percaya jika naga itu masih terbaring lemah, hanya beberapa orang termasuk Felix yang tau bahwa (m/n) sudah bangun sejak lama dan merentangkan kedua sayapnya sembari berdiri di atas atap menara tertinggi untuk mengawasi langit yang cerah.

Netra Ruby miliknya bisa memperhatikan Athanasia dan Astrid yang tengah bermain di taman istana. Keduanya tampak ceria dengan Lilian dan Lilyana mengekori keduanya dengan langkah pelan. Meski butuh waktu menyesuaikan diri dengan keadaan di istana, Astrid tampak berhasil dekat dengan Athanasia dan itu membuat (m/n) lega.

Itu kesalahannya sendiri. Jika sejak awal ia tau ia takkan peduli, ia seharusnya tak membiarkan Astrid menyebutnya Papa. Tapi gadis kecil itu sangat keras kepala dan membuat lubang masuk ke dalam hatinya yang sekarat. Dan adakah hal yang kaisar Vermillion itu sesali? Kurasa hanya satu, yakni mengapa ia tak kembali lebih cepat sebelumnya.

Angin semilir berhembus, menerpa rambut pirangnya yang menari nari di udara. Pria itu bergeming, rasanya seperti ada seseorang di sisinya. Tapi siapa yang berhasil naik ke tempat setinggi ini dengan mudah? Ia menoleh ke belakang dan tak menemukan siapapun.

Ia takkan bisa melihat sosok wanita berambut pirang dengan netra delima yang memeluknya dari belakang, terkekeh sembari bergumam "Aku mencintaimu" suaranya begitu lembut dan parau, seolah mampu menyentuh telinga (m/n) yang sedikit membelalakkan matanya sembari menyentuh lehernya dalam keheningan.

"??"(M/n) Bergeming, ia mengernyit kebingungan dan mengusap rambutnya dengan perasaan aneh yang menghantui pikirannya. Pria itu kembali merentangkan sayapnya dan melompat turun kebawah berharap bisa mengusir perasaan aneh yang menghampirinya.

Ia mendarat dengan mudah di hadapan Astrid dan Athanasia yang sibuk bermain membuat mahkota bunga. Melihat raja Vermillion itu mendarat dengan sayapnya yang merentang lebar, Lilian dan Lilyana reflek melakukan Curtsy dan memberi salam "salam pada matahari kekaisaran Vermillion"

(M/n) Hanya mengangguk, ia menatap Athanasia dan Astrid yang berlari memeluk kakinya dengan mata berbinar antusias. "Ayah ayah! Kau mengawasi kami sejak tadi? Apa kau lihat tadi Astrid sangat pintar membuat mahkota bunga?"ujar Athanasia berhasil membuat pipi Astrid merona.

Gadis kecil berambut coklat itu menunduk malu. Benar benar tak seperti Astrid yang dulu begitu keras kepala memanggil (m/n) ayah. Dan perubahan sikap ini selalu membuatnya khawatir. Trauma menciptakan masalah pada mental salah satu putrinya.

(M/n) Berjongkok untuk menyesuaikan tinggi dengan kedua bocah itu dan menunjukkan senyum tipisnya. Lilian tak terkejut, sejak awal di beritau bahwa ia juga akan menjaga putri Vermillion sementara waktu, ia sudah di beritau bahwa (m/n) sudah lama bangun.

Gadis itu tak berani mengatakan apapun, lagian bukan urusannya jika istana memiliki masalah internal yang harus di hadapi oleh mereka seorang.

"Benarkah? Ayah sudah melihatnya tadi. Coba tunjukkan mahkota mu"ujar pria itu, ia menatap Astrid yang dengan ragu berjinjit sembari memasangkan mahkota bunga itu di atas rambutnya. "Warnanya merah seperti mata Ayah" ucap anak itu berbinar.

"Kau benar Astrid! Sangat cocok dengan ayah. Aku membuat dengan mawar biru, pasti cocok untuk papa!"ucap Athanasia memeluk sebelah tangan Astrid yang tertawa kecil.

"Ngomong ngomong soal Claude, apa kalian tau dimana dia?"tanya (m/n), ia mengecup dahi Astrid sembari membiarkan gadis kecil itu memeluk pinggangnya dengan erat.

"Yang mulia kembali mengadakan rapat untuk membahas masalah keretakan langit Minggu lalu yang mulia"ujar Lilian menjawab pertanyaan itu.

Lilyana juga mengangguk dan menghela nafas pelan "maafkan aku yang mulia, aku sudah berusaha memintanya beristirahat. Tapi ia sangat keras kepala" Lilian menoleh pada Lilyana dengan wajah kebingungan. Ia memang selalu merasa aneh karena orang orang Vermillion ini sangat mengkhawatirkan Claude dan selalu berkata bahwa mereka harus membuatnya beristirahat. 'sebenarnya kenapa sih? Yang mulia kan bukan wanita hamil yang akan melahirkan'batin Lilian sebagai orang yang kebingungan.

'ah sialan, aku sangat khawatir dengan kondisi telur di perutnya. Ini sudah sangat mendekati tanggal persalinan dan ia masih keras kepala. Aku akan melakukan seppuku jika sesuatu terjadi pada keturunan raja raja ku'batin Lilyana tersenyum dengan wajah pucat. Roh nya sudah keluar menjadi kepulan asap yang keluar dari mulutnya.

Astrid dan Athanasia hanya mengedipkan mata mereka dengan lugu. Keduanya saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya berlari kembali ke taman sembari tertawa lepas. Lilian dengan sigap berlari mengejar keduanya, menyisakan Lilyana yang menatap (m/n) dalam keheningan.

Wajah menggelap dan ekspresi datar seolah bisa menghancurkan tembok Antartika. 'haha mampus modyar aku sekarang 'batin elf itu berdehem dengan keringat dingin bercucuran. "aku sudah memaksa tuan Claude untuk istirahat sebelumnya yang mulia. Tapi beliau sangat keras kepala dan berkata ia ngidam kerja, ia sampai berkata tak mau bayi nya ngileran jika ngidamnya tak terlaksana"

"Orang hamil mana yang ngidam kerja? Ah lupakan, aku sendiri yang akan mengikatnya di kamar jika ia masih petakilan dan sok hebat seperti itu. Apa kau tau Louis dimana?"ucap (m/n) kesal. Mau marah, mate nya memang petakilan dan keras kepala, mau ngamuk dikit, yang ada Claude nangis di pojokan.

Kenapa kok (m/n) tau Claude bakalan nangis kalau dia bentak dikit? Ya masalahnya mereka pernah bentrok dikit dan emen ga sengaja ninggiin suara satu oktafnya. Endingnya? Claude nya nangis dan mutung 2 hari ga mau ketemu, tapi endingnya tetep balik. Ngidam alasannya _-"

"....pangeran mahkota ya..." Lilyana tersenyum kaku dengan wajah pucat.

"Yak, para lady dan bangsawan lain mencoba mendekatinya akhir akhir ini sampai sampai ia harus mengunci rapat pintu kamarnya"(m/n) mengernyit, se serakah itu kah manusia manusia picik ini? Mengincar posisi Louis meski tau pangeran itu adalah orang dari negeri yang begitu jauh?

Menghela nafas panjang, pria itu hanya bisa menggeleng pasrah dan berkata "aku akan menemuinya langsung"

"Eh?"

"Apa aku salah mengunjungi adikku sendiri?" Lilyana menggeleng cepat dan tersenyum lebar "tentu tidak! Saya akan mengantar anda ke sana"

(M/n) Hanya mengangguk, untuk saat ini ia harus melihat kondisi Louis. Kompor berjalannya itu pasti sangat tertekan sekarang. Bahkan dengan Fernandez di sisinya, belum tentu mampu mencegah para lady yang terobsesi dengan jabatannya mendekat.

Keduanya berjalan masuk ke istana, menuju ruangan kamar Louis dan membukanya. Tampak pemuda itu begitu tertekan dan reflek melompat ke pelukan sang kakak yang menangkapnya dengan mudah "UWAAAAAA!!! KAKAK AKU MERINDUKANMU! JAUHKAN AKU DARI PARA NONA NONA ITU! MEREKA TAK SECANTIK LISA BLEKPINK!"pekik pangeran itu histeris sendiri.

Fernandez yang kebetulan ada di kamar itu membungkuk sebentar dan menghela nafas panjang. Ia memang di tugaskan khusus untuk menjaga pangeran mahkota itu.

"Ssh ssh tenanglah, kau ini astaga. Sebentar lagi menjadi paman dari 3 anak. Kenapa kau masih cengeng hum?"tangan kaisar itu bergerak mencubit pipi Louis, dirinya terdiam secara tiba-tiba, netranya melirik dengan waspada.

Louis yang merengek langsung menghentikan kegiatan itu, ia mulai Memicingkan matanya begitupun Lilyana yang menyatukan tangannya dengan cahaya tipis yang muncul di balik genggamannya.

Fernandez melebarkan jarak telapak kakinya, kuda kuda ringan dengan tangan yang siaga memegang gagang pedang miliknya

Hening untuk beberapa saat, mereka berempat saling melirik satu sama lain sampai akhirnya Fernandez berkata lirih "ini...."

"Sihir gelap" ujar mereka bersamaan
.
.
.
.
.

"Tapi sihir ini agak berbeda.."lirih (m/n) melirik jendela kamar yang terbuka

TBC
Ntar malem up lagi ya kalo sempet

Jangan lupa vote nya Minna (⁠っ⁠˘̩⁠╭⁠╮⁠˘̩⁠)⁠っ

The Cursed Emperor - WMMAP x Male Reader Where stories live. Discover now