30. RASA YANG SAMA

455 39 7
                                    

Satya masih berbaring diatas ranjang besar di kamarnya, meski sebenarnya lelaki itu sudah berada dalam keadaan bersih dan rapi. Tapi sepertinya pagi ini Satya akan lebih memilih berdiam diri sambil berbaring diatas ranjang saja. Dia sedang tidak bersemangat untuk berjemur di halaman belakang, seperti yang biasa dia lakukan

Entahlah tapi belakangan ini kedua kakinya selalu merasakan sensasi nyeri yang luar biasa. Yang terjadi di area paha, lutut sampai jari-jari kakinya pun seperti terkena sengatan listrik. Rasanya sakit dan sangat menyiksa. Bersamaan dengan rasa sakit itu, Satya juga merasa kalau kedua kakinya seolah makin kehilangan daya.

Bukan hanya kaki tapi belakangan ini, Satya semakin sering mengalami sakit kepala yang sangat menyiksa. Otaknya terasa seperti ditusuk menggunakan pisau. Dan sialnya lagi, Satya tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan kesakitan ini

Bahkan untuk sekedar mengungkapkan rasa sakit itu pun dia tidak bisa.

Ada apa dengan tubuhku? Kepala dan kaki, semua terasa sakit. Batin Satya frustasi

Remasan tangan kirinya kian mengerat pada selimut yang saat ini masih menutupi tubuhnya 

"Aarrgghh..." erangnya kesakitan

Hanita keluar dari dalam ruang ganti, wanita itu sudah berpakaian lengkap. Penampilannya juga sudah rapi, aroma parfumnya yang khas mengedar di seluruh penjuru kamar ini

Setelah menata kembali rambutnya, Hanita pun mendekati Satya. "Sat, kamu kenapa lagi?" Tanya Hanita yang kini duduk di tepi Satya

"Eg-hhaak..." sahut Satya

Meski dia mengatakan tidak, tapi nyatanya Satya tidak bisa menyembunyikan rasa sakit itu dari Hanita. Kening yang berkerut, bahkan wajah yang sudah memerah.

"Aaaghhh..." Satya kembali berteriak kesakitan

Ingin rasanya menjambak kaki dan kepalanya. Memaksa mereka agar berhenti menyiksa dia seperti ini

Hanita menyunggingkan senyuman tipisnya tanpa sepengetahuan Satya. Wanita itu  senang melihat obat yang dia beri ternyata sudah bereaksi. Setelah ini, Hanita akan mendapat apa yang dia inginkan. Kelumpuhan permanen pada kedua kaki Satya.

"Sat, mana yang sakit?" Tanya Hanita pura-pura khawatir sembari meremas tangan Satya

"Ssh-aakk-iii-ttt, Nh-iit" sahut Satya lemah dan lirih

Hanita mengangguk, wanita itu hanya terus mengusap kepala dan surai hitam Satya untuk membantu suaminya tenang.

Selang beberapa menit, akhirnya Satya mulai bisa tenang meski kepalanya masih sakit.

"Aku bantuin kamu minum obat dulu" kata Hanita

Hanita meraih obat khusus tumor milik Satya yang berada di dalam laci, itu sudah dalam keadaan teratur per jam dan harinya agar memudahkan dia saat akan meminumkan obat tersebut pada empunya.

Dengan cekatan, Hanita memasukkan beberapa butir obat yang sudah dia haluskan tersebut ke dalam mulut Satya, lalu mendorongnya masuk menggunakan air minum.

"Pelan-pelan" tegur Hanita

Satya tidak tahu saja kalau salah satu obat yang dia minum barusan adalah obat tidur. Sengaja Hanita beri agar Satya merasa lemas, kemudian suaminya itu tidak akan punya daya apapun. Satya tidak akan bisa mengikuti terapi rutin yang sudah dijadwalkan untuknya siang ini

Memang sengaja karena Hanita tidak ingin Satya sembuh. Apalagi Andre memang berencana datang dan membantu menterapi kedua kaki Satya. Hanita tidak mau itu terjadi, apapun alasannya Satya tidak boleh bisa jalan lagi

King Of TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang