Satya baru saja keluar dari dalam ruang ganti, sudah menggunakan kemeja panjang dan celana kerjanya. Lelaki itu melirik sang istri yang tengah asik dandan di depan meja riasnya
Tidak mau ambil pusing, Satya meneruskan langkahnya. ''Nanti malam, Papa dan Mama mengundang kita ke mansion." Satya berujar sembari memasang kancing kemeja pada pergelangan tangannya
"Dalam rangka?" Tanya Hanita tanpa menghentikan gerak tangan menyapukan bedak ke atas pipi mulusnya
"Hari jadi pernikahan Papa dan Mama'' sahut Satya
"Apa yang harus kubawa?" Tanya Hanita
Wanita itu berdiri, merapikan kembali penampilannya. Sama sekali tidak menoleh ke arah Satya, meksi sebenarnya dia mengamati sang suami secara diam-diam melalui kaca yang ada di depannya.
Satya diam sejenak, berpikir mengenai hadiah apa yang harus dia bawa untuk kedua orang tuanya.
"Terserah kamu saja. Apapun itu" ujar Satya
Hanita berdecak kesal, "Kurasa tidak ada hadiah yang bernama terserah didunia ini. Tidak bisakah kamu memberiku ide? Aku ingin hadiahku terpakai kali ini." Hanita berujar sembari menekankan kalimat terakhirnya
Bukan apanya, hanya saja Hanita tahu kalau selama ini setiap hadiah yang dia beri kepada keluarga mertuanya sama sekali tidak pernah terpakai. Tersentuh saja tidak
Mama kandung dari Satya akan membuang atau memberikan apapun barang dan hadiah dari Hanita kepada para pelayannya. Bagaimana Hanita bisa tahu? Tentu karena dia memiliki mata dan telinga yang selalu menyampaikan informasi apapun mengenai kedua mertuanya.
"Mama menyukai apapun dari kita, Hanita" sergah Satya
"Kamu bersikap seolah sangat mengenal Mama mu" gumam Hanita pelan
Tidak ingin ribut di pagi hari, Hanita pun memutuskan untuk mengiyakan saja perkataan Satya. Wanita itu masuk ke dalam ruang ganti, menyambar jas kerja lalu menggunakannya didepan cermin
Satya sebenarnya sangat ingin mengajak Hanita mengobrol, ingin berusaha mencairkan suasana dingin diantara mereka. Sepertinya, insiden steak beberapa waktu lalu masih mengganggu perasaan Satya. Mungkin dengan membalas niat baik Hanita akan membuatnya tanang dan kembali nyaman
"Nit...Hanita" sapa Satya
Hampir saja lelaki itu keceplosan memanggil Hanita dengan panggilan Nita, panggilan kesayangan untuk sang istri.
Hanita tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Satya, "Apa? Punya ide?"
Satya memainkan dasinya, demi apapun tapi dia tidak menyangka kalau akan seberat ini meski sekedar untuk mengajak Hanita mengobrol.
"Kamu...sibuk siang nanti?" Tanya Satya
"Kurang tahu. Kenapa?" Hanita balik bertanya
Satya berdehem lalu menghembuskan nafas berat. Lelaki itu bahkan tidak berani menoleh ke arah sang istri
"Mari makan siang. Bersama, kamu dan aku" ucap Satya
Satya salah tingkah, terlebih kala Hanita langsung memutar kepala ke arahnya. Kening wanita itu berkerut, dia yakin kalau sedang tidak bermimpi
''Kamu mengajakku makan siang bersama? Aku tidak mimpi kan?" Hanita memastikan
Satya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tingkah lelaki itu jujur saja terlihat lucu di mata Hanita.
"Ya, aku ingin makan siang bersama denganmu. Sekalian membeli kado untuk Mama" sahut Satya
Hanita memalingkan wajah, sungguh tidak bisa percaya kalau Satya tiba-tiba mengajaknya makan siang. Bahagia? Senang? Jelas Hanita merasa sangat bahagia, tapi semua itu tentu dia sembunyikan.
ESTÁ A LER
King Of Tears
RomanceHanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kala...