05. INGKAR JANJI

392 41 7
                                    

Satya baru saja keluar dari dalam ruang ganti, sudah menggunakan kemeja panjang dan celana kerjanya. Lelaki itu melirik sang istri yang tengah asik dandan di depan meja riasnya

Tidak mau ambil pusing, Satya meneruskan langkahnya. ''Nanti malam, Papa dan Mama mengundang kita ke mansion." Satya berujar sembari memasang kancing kemeja pada pergelangan tangannya

"Dalam rangka?" Tanya Hanita tanpa menghentikan gerak tangan menyapukan bedak ke atas pipi mulusnya

"Hari jadi pernikahan Papa dan Mama'' sahut Satya

"Apa yang harus kubawa?" Tanya Hanita

Wanita itu berdiri, merapikan kembali penampilannya. Sama sekali tidak menoleh ke arah Satya, meksi sebenarnya dia mengamati sang suami secara diam-diam melalui kaca yang ada di depannya.

Satya diam sejenak, berpikir mengenai hadiah apa yang harus dia bawa untuk kedua orang tuanya.

"Terserah kamu saja. Apapun itu" ujar Satya

Hanita berdecak kesal, "Kurasa tidak ada hadiah yang bernama terserah didunia ini. Tidak bisakah kamu memberiku ide? Aku ingin hadiahku terpakai kali ini." Hanita berujar sembari menekankan kalimat terakhirnya

Bukan apanya, hanya saja Hanita tahu kalau selama ini setiap hadiah yang dia beri kepada keluarga mertuanya sama sekali tidak pernah terpakai. Tersentuh saja tidak

Mama kandung dari Satya akan membuang atau memberikan apapun barang dan hadiah dari Hanita kepada para pelayannya. Bagaimana Hanita bisa tahu? Tentu karena dia memiliki mata dan telinga yang selalu menyampaikan informasi apapun mengenai kedua mertuanya.

"Mama menyukai apapun dari kita, Hanita" sergah Satya

"Kamu bersikap seolah sangat mengenal Mama mu" gumam Hanita pelan

Tidak ingin ribut di pagi hari, Hanita pun memutuskan untuk mengiyakan saja perkataan Satya. Wanita itu masuk ke dalam ruang ganti, menyambar jas kerja lalu menggunakannya didepan cermin

Satya sebenarnya sangat ingin mengajak Hanita mengobrol, ingin berusaha mencairkan suasana dingin diantara mereka. Sepertinya, insiden steak beberapa waktu lalu masih mengganggu perasaan Satya. Mungkin dengan membalas niat baik Hanita akan membuatnya tanang dan kembali nyaman

"Nit...Hanita" sapa Satya

Hampir saja lelaki itu keceplosan memanggil Hanita dengan panggilan Nita, panggilan kesayangan untuk sang istri.

Hanita tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Satya, "Apa? Punya ide?"

Satya memainkan dasinya, demi apapun tapi dia tidak menyangka kalau akan seberat ini meski sekedar untuk mengajak Hanita mengobrol.

"Kamu...sibuk siang nanti?" Tanya Satya

"Kurang tahu. Kenapa?" Hanita balik bertanya

Satya berdehem lalu menghembuskan nafas berat. Lelaki itu bahkan tidak berani menoleh ke arah sang istri

"Mari makan siang. Bersama, kamu dan aku" ucap Satya

Satya salah tingkah, terlebih kala Hanita langsung memutar kepala ke arahnya. Kening wanita itu berkerut, dia yakin kalau sedang tidak bermimpi

''Kamu mengajakku makan siang bersama? Aku tidak mimpi kan?" Hanita memastikan

Satya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tingkah lelaki itu jujur saja terlihat lucu di mata Hanita.

"Ya, aku ingin makan siang bersama denganmu. Sekalian membeli kado untuk Mama" sahut Satya

Hanita memalingkan wajah, sungguh tidak bisa percaya kalau Satya tiba-tiba mengajaknya makan siang. Bahagia? Senang? Jelas Hanita merasa sangat bahagia, tapi semua itu tentu dia sembunyikan.

King Of TearsOnde as histórias ganham vida. Descobre agora