13. HUKUMAN

647 72 24
                                    

Shanum berbaring seorang diri diatas brankar dalam ruang rawatnya, sudah berjam-jam lebih wanita itu menangis meratapi kematian bayi yang ada di dalam kandungannya. Masih teringat jelas saat Dokter mengatakan kalau bayi itu meninggal, tidak bisa diselamatkan lagi.

''Maafkan kami, Nyonya. Bayi anda sudah meninggal sebelum dilharikan."

Dokter sudah memberi obat penenang, tapi itu tetap tidak bisa membuat Shanum melepaskan kesedihannya. Disaat seperti ini, yang paling Shanum butuhkan adalah kehadiran Satya, menemani dan menghiburnya. Tapi kenyataannya? Lelaki itu tak kunjung muncul, Satya pergi sejak kemarin dan tidak lagi kembali sampai sekarang

Shanum tidak tahu saja kalau saat ini, Satya pun tengah menghadapi permasalahan besar. Yang tidak pernah dia bayangkan akan terjadi di dalam hidupnya yang sempurna.

"Kemana kamu,Sat? Apa Hanita berhasil meluluhkanmu lagi? Kamu menelantarkanku begitu saja, jahat kamu..." lirih Shanum

KREK! Disaat yang bersamaan, pintu ruang rawat itu terbuka dari luar. Memberi secercah harapan pada Shanum yang berpikir kalau itu adalah Satya yang datang mengunjunginya.

"Sat-" ucapan Shanum terhenti

Gurat kesenangan diatas wajah manisnya, semua itu luntur dan berubah menjadi gurat marah dan ketakutan dalam seketika.

Langkah kaki kian mendekat ke arah Shanum. "Hay, kamu merindukanku?" Sapa Hanita

Shanum berusaha bangun dari posisi baringnya, tapi dia kepayahan karena perutnya yang masih terasa sangat sakit.

"Han-ita! Mau apa kamu datang kemari?!" Pekik Shanum susah payah

Hanita mengibaskan rambutnya ke belakang, melangkah kian dekat. Kini ia berada di tepi brankar Shanum

"Aku hanya ingin mengunjungimu, salah?"

"Persetan! Kamu hanya ingin mengejekku! Menertawakan kematian bayiku! Kamu pembunuh,Hanita!" Teriak Shanum marah

Seperti biasa, Hanita menerima seluruh umpatan itu dengan wajah yang sangat datar, sama sekali tidak merasa terganggu. Wanita itu mengusap telinganya.

"Pembunuh? Aku? Ya, kuakui kalau aku yang memerintahkan Roy untuk memberimu pelajaran, kenapa? Salahkah itu?" Tanya Hanita sembari menaik turunkan alisnya

Kemarahan Shanum semakin menggebu, melihat Hanita yang sama sekali tidak merasa bersalah atas perbuataannya.

"Membunuh itu salah,Hanita! Terlebih yang kamu bunuh adalah bayi yang bahkan belum dilahirkan ke dunia ini! Kamu pembunuh kejam,Hanita!" Teriak Shanum diiringi dengan isakan pilu

Sudut bibir Hanita terangkat naik ke atas, membentuk seringai kecil yang terlihat sangat dingin. Ia menundukkan tubuh, mencengkram dagu Shanum dan memaksa wanita itu untuk menatapnya

"Lepas,Hanita!" Tolak Shanum tapi Hanita bergeming

"Dosa? Bagaimana denganmu? Kau marah karena aku menghabisi nyawa anakmu yang bahkan belum dilahirkan, lalu aku? Apa aku tidak berhak marah saat kau telah membunuh anakku?! Anak yang kukandung dan kulahirkan dengan bertaruh nyawa! Yang kurawat dan kuperjuangkan hidupnya! Anakku mati karenamu,Shanum! Kau yang membunuhnya!" Pekik Hanita dengan nada yang naik beberapa oktaf

Sekujur tubuh Shanum bergetar menahan rasa takutnya. Shanum sangat mengenal Hanita, dan dia tahu kalau Hanita sudah bersikap seperti ini maka amarahnya tidak main-main.

"Ak-u tidak membunuh anakmu,Hanita. Bukan salahku" gugup Shanum

Hanita tidak peduli dan justru mengencangkan cengkramannya ke dagu Shanum. "Diam! Pembunuh sepertimu tidak punya hak untuk membela dirimu! Anakku tidak akan mati jika kau tidak berselingkuh dengan Satya!"

King Of TearsWhere stories live. Discover now