34. You're On The Right Hand

3.4K 468 11
                                    

guysss sori bgt yaa! ternyata aku salah copas babbbb! Jadi seharusnya bab 34 tuh ini. dan bab 35. Apa Itu Cemburu. malah aku post bab 35 duluan yaa wkwkwk. bener-bener gak nyadar samsekkk. jadi supaya ceritanya nyambung, boleh baca ulang dari bab 33 gitu kali yaaa. soriiiii bangettt🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

selamat membaca yaaa😉


***

"Beneran bukan karena lagi bete sama aku, kan?" Brian menatap penuh selidik, mengulang pertanyaan itu berulang kali setelah Alit menolak ajakannya untuk nge-date, dengan alasan ingin bertemu dengan Sheren.

"Benerann!" Dan untuk ke sekian kalinya Alit mengeluarkan jawaban yang sama.

"Cium dulu, kalau nggak ngambek!"

Tanpa berpikir dua kali, Alit langsung mengalungkan tangannya, merapatkan tubuh mereka. Ia sudah berusaha terlihat sesantai mungkin, tapi tetap saja berhasil menarik rasa curiga Brian. Memang pada dasarnya Alit enggak jago akting. Jadi, mau bagaimana pun usahanya, Brian tetap mengernyit.

Bahkan usai Alit menciumnya, kecurigaan Brian belum juga pudar.

Kalau begini, Alit berasa seperti sedang selingkuh. Lidahnya gatal ingin jujur, tapi berkali-kali dia mengurungkannya. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana respon Brian jika tahu bahwa sebenarnya dia ingin bertemu dengan Jessica.

Mungkin Brian enggak akan marah yang berlebihan. Tapi Alit khawatir pria ini bakal kecewa, karena Alit tidak mempercayai ucapannya.

Bukannya Alit enggak percaya kalau Jessica dan Brian hanya berteman, sesuai cerita pria itu selama ini. Dia hanya ingin memastikan sekali lagi, dan ingin tahu lebih banyak soal pertemanan mereka.

Maksudnya, mungkin bagi orang lain jenis pertemanan itu hanya dibagi menjadi dua kategori, teman akrab atau teman dekat. Namun, bagi Brian teman bisa punya banyak makna lain. Seperti teman tapi mesra(?) atau semacamnya. Dan Alit ingin mengorek itu lebih dalam.

"Kenapa sih, kamu gitu banget ngeliatnya?" tanya Alit pelan sambil memeluk Brian lagi dengan agak manja. Lalu tanpa membiarkan Brian menjawab pertanyaannya, Alit kembali mencium bibir tipis pria itu, berharap ini bisa melunturkan kecurigaan Brian.

"Mau dijemput jam berapa nanti?" tanya Brian di sela deru napas beratnya, sebelum kemudian menautkan bibir mereka lagi dalam lumatan-lumatan dalam.

"Hmm?" Ketika tautan bibir mereka terlepas, Brian kembali bertanya.

Sementara Alit hanya bisa menggeleng dengan bibirnya yang sudah membengkak.

"Kenapa?"

"Nggak usah dijemput. Nanti aku pulang sendiri aja."

Benar saja, jawaban Alit kembali membuat Brian protes. "Mau jalan ke mana sih?"

"Ini tuh girls day out, Mas. Mbak Sheren sendirian, masa kamu mau ngintilin aku? Nggak enak lahh! Aku mau main ke rumahnya, main sama kucing-kucingnya! Janji deh, nanti sepulang dari rumah Mbak Sheren, aku langsung naik ke unitmu!"

Untung saja, itu berhasil membuat Brian melepaskannya, meski kecurigaan di raut wajahnya belum sepenuhnya hilang. "Ya udah, nanti kalau ada apa-apa telpon aku ya?"

"Iyaaaa, Masku sayangggg!"

Sukses besar usaha Alit memusnahkan kecurigaan di wajah Brian. Kini pria itu langsung cengar-cengir tidak karuan, lantas melingkarkan tangannya pada pinggang Alit lagi, merapatkan tubuh mereka. "Ulang lagi coba!"

Alit menggeleng. "Nggak ada pengulangan."

Namun, itu tetap tidak menyurutkan senyum Brian. Pria itu kembali menelengkan kepalanya, mengecupi bibir Alit lagi yang sudah bengkak.

Hello ShittyWhere stories live. Discover now