32. Menggenggam Restu

5.2K 638 15
                                    

"Tahu nggak, selama seminggu terakhir aku selalu naik MRT?" Brian yang tengah berkutat dengan scrambled egg-nya langsung menoleh. Pandangannya seketika mendapati Alit yang baru selesai mandi dengan tanktop hitam dan celana pendek.

"Gimana, penuh banget ya, pasti, tiap hari?"

"Iya. Seru sih sebenernya. Aku bisa melihat lebih banyak orang. Bisa ketemu orang yang lebih beruntung dari aku, atau sebaliknya. Aku jadi suka mengamati sekitar, terus dapet banyak hal buat dipelajari tiap harinya." Kini Alit mengambil segelas air untuk dihabiskan.

"Seru banget dong!"

"Iya sih, tapi enggak lebih seru dibanding berangkat kerja bareng kamu!" Alit sudah meletakkan gelasnya, lantas beringsut memeluk punggung lebar pacarnya. "Aku mau bareng-bareng kamu terus selamanya ya, Bri?"

Brian tertawa. Kepalanya menoleh sebentar, menunduk untuk mengecup bibir Alit. "Harus jadi nikah akhir tahun ini lah, kalau gini terus tingkahmu."

"Gini gimanaaaa?" Alit semakin mengeratkan pelukan sambil tergelak.

"Gemesin giniii!" Terdengar suara Brian mematikan kompor. Lantas pria itu membalik tubuh untuk menghadap Alit sepenuhnya. "Tumben kamu baru bangun tidur langsung mandi? Emang mau ke manaaa?"

Sebelum mendengar jawaban Alit, Brian sudah mengecupi rahang Alit, terus merambat sampai tengkuknya, memberikan isapan dalam di sana.

"Enggak ke mana-manaaaa! Sengaja biar kamu cium-cium akuuu yang banyakkkk!" Alit tertawa kegelian, kala cumbuan Brian mulai menyasar telinganya. Sementara tangannya turut bergerak, menyentuh di mana-mana, yang membuat tubuh Alit dialiri oleh sengatan listrik.

Kedua tangan Alit mengalung pada leher Brian, merapatkan tubuh. Sementara cumbuan Brian sudah merambat sampai dadanya. Satu tali tanktopnya sudah diturunkan, memperlihatkan puncak dadanya yang mengacung.

"Massss!"

"Kita sarapan dulu yuk!" Ajakan itu sangat bertolak belakang dengan jemari Brian yang tengah bergerak memanjakan dada Alit yang terbuka. Memilin, menekan, meremas. Menciptakan desah lembut yang mengalun merdu dari bibir Alit.

Tubuh Alit sudah menegang. Alarm di kepalanya sudah berbunyi. Dia enggak boleh terlena lebih lama lagi, jika tidak ingin semuanya melewati batas. Namun, seluruh sarafnya sama sekali tidak bisa diperintah. Alih-alih mendorong tubuh Brian agar menjauh, Alit malah memejamkan mata, menikmati semua gejolak perasaan yang membuncah.

"Oke, oke, kita sarapan beneran ya?" Syukurlah Brian masih punya akal sehat untuk berhenti. Karena jujur saja, Alit tidak lagi memiliki kendali atas tubuhnya.

Kini Brian sudah membetulkan letak tali tanktopnya, tersenyum puas menatap banyaknya hickey di sepanjang leher dan dada Alit.

Sepanjang sarapan, Alit kembali mengoceh panjang lebar, membicarakan banyak hal dengan antusias, yang disimak Brian dengan seksama.

"Ternyata Mbak Sheren tuh punya kucing persia lucuuuuu banget! Aku baru ngeliat video kucingnya di Instagram aja udah kegemesan sendiri. Dia janjiin bakal ngajak aku main bareng kucingnya, tapi masih belum tahu kapan."

Kemudian Alit mendeskripsikan kucingnya dengan sangat detail, bagaimana matanya mengerjap-ngerjap gemas, sementara kedua tangannya bergerak turut mendeskripsikan kucing tersebut.

Senyum Brian tidak surut sepanjang Alit bicara. Hatinya kembali ditumpahi buncahan bahagia ketika melihat keceriaan Alit sudah kembali seperti sedia kala.

Setelah makan, mereka kembali berpelukan di depan televisi, mengobati rindu yang tidak juga terobati meski mereka sudah menghabiskan waktu cukup lama berpelukan sejak semalam.

Hello ShittyWhere stories live. Discover now