24. Pertemuan Tak Terduga

6.2K 791 26
                                    



Meski langkahnya tertatih-tatih, perlahan Alit mulai bisa menikmati hidupnya lagi. Ia berhasil mencari kebahagiaan kecil untuk memulai harinya setiap hari, sehingga perlahan-lahan kehampaan yang memenuhi kepalanya mulai tersingkir.

Seperti hari ini, mood-nya bagus karena berhasil membuat eyeliner yang rapi dan simetri. Kebahagiaannya pun makin bertambah ketika ia bisa berangkat ke kantor bersama Brian. Sepanjang perjalanan, Alit enggak berhenti bicara, membahas apa saja. Mulai dari outfitnya hari ini yang semuanya masih baru—dari atas sampai kaki. Bagaimana ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton Youtube orang Eropa saat membahas tips mix and match outfit. Juga bagaimana pusingnya kepalanya saat berusaha memahami british accent fashion desaigner favoritnya, yang enggak menyediakan subtitle di semua videonya.

Ada segudang topik pembicaraan yang Alit punya setiap berhadapan dengan Brian. Dan pria itu selalu menanggapi dengan sama antusiasnya. Membuat Alit makin semangat bercerita panjang lebar.

Belum lagi bekal yang Brian bawakan selalu beragam setiap harinya, dan semuanya enak banget. Akhirnya setelah sekian lama dia selalu makan sedikit, kini Alit bisa makan dengan lahap sampai tidak menyisakan satu butir nasi di kotak bekalnya.

Selain menemukan kebahagiaan kecil yang bisa membuatnya semakin bersemangat dalam menjalani hari, Alit juga mulai mencoba banyak hal baru untuk keluar dari zona nyaman. Dia mengikuti berbagai workshop, untuk menambah keterampilan, mengisi waktu luang, sekaligus bertemu dengan banyak orang baru.

Sebagai orang intorvert, sulit sekali bagi Alit untuk berinteraksi dengan banyak orang asing di tempat yang asing. Ia punya banyak kekhawatiran yang memenuhi kepalanya setiap kali ingin berangkat workshop untuk pertama kalinya. Tepat beberapa jam sebelum jadwalnya, ia berpikiran untuk batal ikut, membiarkan uang registrasinya hangus begitu saja, saking takutnya bertemu dengan orang asing.

Jujur saja dia sedikit trauma, mengingat orang asing yang pertama dia kenal di Jakarta adalah orang kantornya, yang kurang cocok dengannya. Ia khawatir orang-orang yang dia temui di tempat workshop juga akan memberikan penilaian buruk terhadapnya, dan mengucilkannya. Apalagi, Alit kan belum pernah belajar merangkai bunga sama sekali. Keterampilannya nol besar. Kalau hasil karyanya jelek, dia enggak siap menghadapi tatapan judgemental dari orang di sekitarnya.

Dan keberadaan Brian di sisinya berarti sangat banyak bagi perkembangan hidup Alit.

Pria itu enggak memaksa Alit untuk berangkat workshop dan berinteraksi dengan banyak orang. Namun, Brian mengucapkan sederet afirmasi positif untuk memupuk kepercayaan diri Alit.

"Kamu enggak perlu langsung ngajak semua orang buat ngobrol. Senyamannya kamu aja. Diem aja di sekitar mereka juga enggak papa. Atau ngobrol sama satu orang di sebelah kamu aja nggak papa. Kamu enggak mungkin bisa mengubah kepribadianmu dalam sekejap, dan bisa langsung jago bergaul sama semua orang. Bisa jadi orang-orang yang ikut workshop itu juga sama kayak kamu. Mereka sama-sama mencari pelarian lain di tengah padatnya pekerjaan mereka. Jadi, kemungkinan besar, mereka enggak akan memperhatikan kamu segitunya, apalagi sampai menghakimi kamu. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing.

"Nggak papa kok, kalau sepulang dari sana kamu enggak dapet temen baru seperti yang kamu harapkan. Dengan kamu mau ikut workshop itu aja tuh, udah keren banget lho, Sayang. Bertahap aja, pelan-pelan. Nanti kalau kamu mulai terbiasa dengan keramaian di workshop semacam itu, lama-lama kamu bisa dapet temen sendiri secara natural. Jangan semuanya dijadiin beban ya, Sayang. Jalanin aja sebisanya." 

Selain berbagai afirmasi positif yang kerap membuat Alit terharu, pria itu juga dengan senang hati, mengantar jemput Alit ke mana pun. Bahkan Brian juga ikut mencarikan info workshop yang cocok untuk Alit, melalui teman-teman kantornya.

Hello ShittyWhere stories live. Discover now