1. Cinta Pertama Alit

20.6K 1.4K 135
                                    

Mungkin bagi sebagian besar orang, Ayah menjadi cinta pertama anak perempuan. Namun, buat Alit, cinta pertamanya adalah Bintang, Kakaknya. Bukan karena Ayahnya enggak keren, sampai Alit tidak jatuh cinta pada Ayahnya. Justru karena Ayahnya keren banget, bisa mendidik anak laki-lakinya dengan luar biasa, sehingga Bintang tumbuh menjadi sosok yang sangat mirip dengan Ayahnya dalam versi lebih sempurna.

Sejak SMP, ketika pertama kalinya dia mengenal pacar-pacaran, Alit langsung menjadikan Bintang sebagai tolok ukur dalam mencari pacar. Semua laki-laki yang dia kenal selalu dibandingkan dengan Bintang, dan sejauh ini Alit belum menemukan yang ... setidaknya 50% mirip dengan Bintang.

Dari luar, hubungan Alit dan Bintang memang enggak terlalu manis. Mereka lebih sering bertengkar, saling meledek, dan menertawakan satu sama lain. Namun, jauh di dalam hatinya, Alit sangat menyayangi Bintang—atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama Uca.

Ya, seperti kebanyakan kakak-adik pada umumnya, mereka terlalu gengsi untuk mengungkapkan perasaan sayang satu sama lain dengan kata-kata. Tapi yakinlah, seharian melihat interaksi mereka berdua, kalian akan sadar betapa keduanya saling menyayangi satu sama lain dengan begitu hangat.

Itu sebabnya, semakin mendekati hari pernikahan Bintang, Alit jadi uring-uringan sendiri. Bukan karena Alanda—calon istri Bintang—enggak baik. Tentu bagi Alit, pernikahan Bintang dan Alanda merupakan kabar baik yang sudah ditunggunya sejak lama. Alanda merupakan sosok Kakak perempuan yang selama ini Alit idamkan dalam imajinasinya.

Namun, tetap saja, menyadari Bintang akan menikah dan memiliki tanggung jawab baru, membuat Alit jadi gloomy.

Alit tidak siap melihat Bintang memiliki keluarga baru, tanggung jawab baru, dan kesibukan baru. Bintang pasti akan berubah, bukan lagi sosok yang bisa dia jahili sesukanya, atau tempat mendengarkan curhatan enggak pentingnya. Karena mau bagaimana pun, pernikahan pasti akan mengubah semuanya.

Padahal semenjak Bintang lulus kuliah dan mulai bekerja empat tahun terakhir, Alit sudah sering merasa kangen dan mulai kehilangan momen-momen menyenangkan bersama Bintang. Dan sekarang, dia benar-benar akan kehilangan Bintang sebagai Kakak terbaiknya.

"Kenapa?" Bintang menghampirinya sambil memindai penampilannya dari atas sampai bawah. "Enggak suka modelnya?"

Alit turut mengalihkan pandangannya ke cermin, memeriksa kebaya yang dipakainya sambil menggeleng. "Suka kok."

Kebaya ini memang bagus banget. Alanda memilih desainer terbaik di Jakarta untuk merancang semua pakaian keluarganya, termasuk gaun pengantinnya. Itu sebabnya, mereka sekeluarga datang Jakarta secara khusus untuk fitting baju. Harga memang enggak bisa bohong. Padahal Alit cuma berperan sebagai bridesmaid, tapi kebaya yang dipakainya tampak lebih cocok untuk acara lamaran—saking bagusnya.

"Terus kenapa?" Bintang masih menatapnya penuh selidik.

"Apanya yang kenapa?" Alit membalasnya dengan jutek.

"Kenapa cemberut?" selidik Bintang. "Berantem sama pacarmu?"

Sebenarnya bukan itu alasan Alit bete sejak tadi. Seperti yang dia katakan di awal, mood Alit hari ini berantakan sekali, karena sadar kalau sebentar lagi—dalam waktu beberapa minggu—Bintang akan menjadi suami orang. Dan kenyataan itu sangat mengganggunya.

"Enggak," jawab Alit ogah-ogahan.

"Siapa kemarin namanya? Rafa?"

"Rafly." Alit meralat.

"Dia enggak mau jadi groomsman?" tanya Bintang lagi. Hubungan kakak beradik mereka memang sangat dekat, sehingga tidak sulit bagi Bintang untuk menebak isi pikiran adiknya.

Hello ShittyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang