Bab 26

48 5 0
                                    

Bora memandangi takjub ruang tidur Sasya yang berciri khas cewek banget. Barang-barangnya pun tersusun rapi. Sebagai sesama perempuan, ada rasa insecure soal kerapian. kamar Bora tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Sasya.

Rupanya semua tidak seperti yang Bora bayangkan. Tadi, Agam bercerita bahwa Danialah yang setiap hari membersihkan kamar puterinya. Membeli dekorasi, perlengkapan mandi, peralatan sekolah, boneka, hingga baju tidur. Sasya cukup duduk manis, segalanya telah diatur oleh orang tuanya.

Sasya super dimanja bukanlah hal yang mengherankan bagi Bora.

Usai puas menelusuri kamar tuan puteri, Bora pun melihat-lihat album masa kecil milik Sasya.

Seorang bocah perempuan memakai gaun serba pink dengan sayap kupu-kupu sembari mengembangkan senyuman lebarnya. Di lengkapi sebuah mahkota memperjelas dirinya bahwa ia seorang tuan puteri tersayang.

Di album tersebut juga berisi foto-foto Sasya beserta keluarganya---mereka semua tampak bahagia, kecuali, bocah laki-laki mengenakan pakaian lusuh dengan baju kebesaran.

"Agam, ini kamukan?" tunjuk Bora.

Agam hanya melihat sekilas, setelah itu menganggukkan kepala.

"Kamu imut banget pas kecil." Bora tersenyum, lalu menoleh ke arah Agam.

Bora dapat melihat Agam yang kurang nyaman karena tindakannya. Apa mungkin Bora terlalu berlebihan? atau malah mengungkit luka lama Agam? Ia pun menaruh album tersebut ke tempat asalnya. Barulah Bora duduk di samping Agam.

"Aku nggak nyangka beberapa kalimat Om Bara sama Tante Dania... bisa bikin Surya dikeluarkam dari sekolah," tutur Agam.

Ternyata, hal tersebutlah yang mengganggu pikiran Agam.

"Kamu nyesal?" Bora menelisik ekspresi Agam yang kurang bersemangat.

Agam membuang napasnya panjang, "Nggak," sangkal Agam.

"Aku cuman ngerasa lagi menindas Surya," sambung Agam.

"Kenapa? Bukannya itu sepadan sama perbuatannya dia?" heran Bora.

"Aku ngebalas dia melalui orang tua Sasya. Memanfaatin hubungan Om Bara sama Kepsek. Aku juga baru tau kalau Nenek, Kakeknya Sasya dari sebelah Tante Dania dulunya ngebantuin Ayahnya Surya pas baru buka usaha. Makanya Ayah Surya nggak ngebela anaknya, karena rasa utang budi sama mereka. Jadi, apa bedanya aku sama Surya?" ujar Agam panjang lebar.

Bora tidak suka Agam menyamakan dirinya dengan Surya. Agam adalah Agam. Lagi pula, dua kasus tersebut jelas berbeda.

"Yang aku masih nggak habis pikir... Bu Hanum sebagai Guru BK harusnya netral. Malah ngeringanin hukuman penjahat, mentang-mentang Mamaknya Surya teman SMA-nya," decak Bora.

Di lain sisi, Dania mengetuk pelan pintu kamar Sasya yang memang terbuka setengah dengan membawa nampan berisi kue dan susu.

"Makasih, Tan," ramah Bora.

Dania tersenyum manis, gerakannya begitu anggun kala menaruh bawaannya di meja belajar Sasya.

"Beda bangetkan sama Sasya?" bisik Agam meledek.

Ini pertemuan pertama antara Bora dan Dania. Sebagai seorang cewek saja ia terpukau akan kecantikan dan kelembutan Bunda Sasya yang bagaikan ibu peri pada cerita dongeng.

Dari foto pria yang Bora dapati di album masa kecil Sasya, ia meyakini bila Papa Sasya juga tampan.

Bagaimana bisa mereka begitu serasi?

Bora berpikir, apakah pasangan suami istri itu pernah bertengkar atau salah paham?

"Bund, aku tanya sesuatu boleh?"

Rasakanlah!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin