TERIMAKASIH

13 11 2
                                    

Ketujuh laki-laki itu sudah berada di parkiran sekolah. Saat mereka akan melajukan motornya, tiba-tiba ada seseorang siswa yang berlari-larian menuju mereka.

Seorang siswa itu berhenti tepat di depan motor Mahen. Ia berusaha menetralkan nafasnya. Raut wajahnya terlihat seperti orang panik. Mahen dan keenam temannya reflek melepaskan helmnya.

Siswa itu sudah berhasil menetralkan nafasnya dengan baik. "K-kak, kak to-tolongg," ucapannya masih terbata-bata.

"Tolong apa? lo di kejar anak Bravegas?" tanya Raka.

"E-engga, bukan gue kak, tapi supir taksi" ucap siswa bername tag Tenggara.

"Maksud lo?" tanya Reygan.

"Supir taksi itu bawa penumpang, dan penumpang nya anak sekolah kita, dia di bawa paksa sama anggota Bravegas" ucap Tenggara.

"Anjing!" umpat Mahen. "Siapa yang mereka bawa?" tanya Mahen.

Tenggara menatap Mahen ragu, ia takut untuk mengatakannya. "N-nadine, kak."

Seakan-akan tersambar petir di sore hari, Mahen diam, ia tak percaya apa kata adik kelasnya itu. Mana mungkin Nadine yang mereka bawa, bukankah Nadine pulang bersama supirnya, pak Ozi.

Mahen mengambil ponselnya, ia berusaha melakukan panggilan telepon kepada Nadine. Beberapa kali ia coba, ia masih yakin bahwa Nadine seharusnya sudah dirumah.

Mahen frustasi, ia panik, ia takut. Dirinya terus menyalahi diri sendiri. Mahen tidak sanggup jika kejadian masa lalunya terulang lagi kepada Nadine.

"ANJING! BEGO! LO BODOH, MAHEN!" umpatan Mahen untuk dirinya sendiri.

Mahen memukuli dirinya sendiri. Reygan berusaha untuk menenangkan Mahen.

"CUKUP, HEN!" ucap Reygan.

"Kita datengin markas mereka," ucap Cakra.

"Kurang ajar banget, berani nya sama cewe" ucap Raka.

"Kita otw sekarang aja, gue takut Nadine kenapa-kenapa, Hen" ucap Arga.

"Yuk" ajak Reygan pada Mahen.

Mereka semua berangkat menuju markas Bravegas. Tanpa pikir panjang lagi, ketujuh laki-laki itu melajukan kendaraannya hingga sampai pada tujuannya, markas Bravegas.

Kedatangan mereka disambut oleh anggota Bravegas. Ketua Bravegas pun turut menyambut kedatangan mereka.

Ketujuh laki-laki itu turun dan melepaskan helmnya. Mahen menahan rasa emosinya. Ia sudah mengepalkan tangannya kuat.

"Hallo, Lion. Senang bisa bertemu lagi" ucap Galang.

"Dimana cewe yang lo bawa?" ucap Marvel.

"Santai dulu dong, sini Vel main catur dulu sama gue, kan dulu kita sering main catur bareng," ucap Galang.

"Cihh! ngga sudi gua!" jawab Marvel sengit.

Galang tertawa. "Cewe yang pake pita kupu-kupu itu ada di dalem, lagi nangis, nangis mulu dia, padahal belum gue apa-apain dah."

Mahen hendak maju memukul Galang sekarang juga, namun Reygan lebih dulu menahannya.

"Jangan sekarang, Hen. Bahaya buat Nadine" ucap Reygan.

"Lo mau gue bebasin dia?" tanya Galang.

"Heh! tuh cewe ngga ada sangkut pautnya ya sama kita, lepasin dia, dia ngga tau apa-apa!" Arga ikut berbicara.

"Ops ops ops, santai dongg, kalo emang bener itu cewe ngga ada sangkut pautnya, terus kenapa Lo marah banget waktu anak buah gua mau sentuh dia?" tanya Galang dengan tawanya.

MAHENDRA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang