#20. Kidung, Bangun!

12 3 0
                                    

Peringatan Konten Sensitif

Mohon maaf, bab ini mengandung kata-kata kasar.

***

Seandainya tadi Vino tidak mendadak dapat firasat, tentu dia tidak akan tahu bahwa Kidung memendam keinginan bejat menghabisi nyawanya sendiri.

Wajah Kidung seumpama permukaan sumur yang dalam dan tenang, Vino tidak dapat melihat setan macam apa yang bersemayam di dasar sumur itu.

Bahkan setelah mereka tiba di apartemen Kidung, empunya rumah tidak kelihatan murung. Gerak-geriknya tidak mencurigakan. Kidung dan Vino bertukar cerita dan lelucon seperti biasa.

"Jadi lu mau beli obat sakit kepala sebanyak itu buat apa, Dung?"

"Ya buat sakit kepala lah, masa buat gue cemilin sambil nonton tipi."

"Nah makanya apoteker gak kasih. Satu dus isi 20 tablet, lu mau beli 10 dus, cam mana orang gak curiga. Kalo sakit kepala biasa, dua tablet juga cukup, Dung."

"Kok lo tau, satu dus isi 20 tablet?"

"Gua cakap juga apa, pagi gua jual obat, malam gua jual tuak." Vino berkacak pinggang bangga. "Toko obatku kan gak cuma jual pil biru."

"Oh iya." Kidung meringis. "Gue lupa."

Vino menghela napas berat. "Eh lan ciao. Bagi taulah sikit, kau tu kenapa. Jangan sungkan cerita sama kawan."

"Enak aja ngaku kawan!" seloroh Kidung. "Lo tuh pengaruh buruk!"

"Biar gua pengaruh buruk, tapi kan lu sayang." Vino mengerlingkan sebelah mata. "Cuma sama gua lu bisa merasakan cubit-cubitan pentil, sentil-sentilan peler. Enak kan, Dung? Hanya gua yang bisa memuakan hasrat sado-masokis lu, ya gak?"

"Cao ni ma!" umpat Kidung.

"Mak kau lok ci be!" balas Vino pakai dialek Hokkien.

"Eh Cina, lo ngomong apa, gue kagak ngarti!"

"Pokoknya kau bilang aja gitu sama bapak kau!"

"Bentar, gue jadi penasaran!" Kidung bergegas mencari makna ucapan Vino tadi di Google, lalu begitu Kidung temukan artinya, dia tertawa terbahak-bahak. "Emang mulut lo ya Pin, gak pernah disekolahin!"

"Hepi lu ye, ngerusak date gua sama Lily!" Vino bersungut-sungut dongkol. "Gua dah booking suite room buat dia, eh gua malah nemenin lu di sini!"

"Makanya ngapain lo di sini?" ujar Kidung enteng. "Lo kelonin Lily aja sana!"

"Ah, pokoknya malam ini gak bakal gua tinggalin lu sendirian! Bakal gua tempelin ke manapun lu pergi!"

"Gue kagak apa-apa, Pin! Serius!"

"Bacot lu aja yang gede!" Vino berdecak kesal. "Gua tau lu mau bundir!"

Seruan Vino membuat Kidung sontak terdiam.

"Betul kau mau bundir, Dung?" cecar Vino.

"Gue mau kencing," kata Kidung mengalihkan topik obrolan.

Vino memandang Kidung dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apaan sih, ngeliatin gue kayak gitu?" Kidung hampir melempar bantal sofa ke wajah Vino.

"Mau ngocok?" tanya Vino. "Ayo deh, gua kocokin."

"Kampret."

Ketika kencing, Vino tak hentinya memerhatikan "milik" Kidung.

"Eh, lan ciao lu kok —" Vino mulai berkomentar.

"Udah deh, gak usah ngiri!" potong Kidung cepat.

"Enggak, gua cuma heran. Kenapa bulu gua pirang kek gini ya? Apa jangan-jangan amek (ibu) gua dulu selingkuh sama bule ya?" Sambil mengikuti Kidung kembali ke ruang tengah, Vino terus mengoceh. "Memang gak mirip gua sama bapak gua, loh. Bapak gua Singkek, gak ada matanya. Tapi lu tengok lah gua ni, mirip banget Nicholas Saputra."

Biar Saja Rusuh di RanjangWhere stories live. Discover now