Bab 11

57 8 5
                                    

●●●

EYERESARROW
MEMPERSEMBAHKAN

●●●

OUR RED WINTER

●●●

"APA kau sudah berhasil mengetahui kapan peresmian Xue Ling sebagai selir dilakukan?"

Pagi itu, di ruang kerja kediaman Hong Lan, Tuan Guo sedang menyusun surat untuk Jenderal Fu yang menggantikan tugas di perbatasan saat sang pemilik kediaman tiba-tiba saja membuka pintu dan bertanya demikian. Terbiasa dengan temperamen Jenderal Hong yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu, Tuan Guo menjawab dengan raut wajah setenang air yang mengalir di atas batu.

"Beberapa pejabat bergosip di meja belakang, mereka berkata pernikahan itu setidaknya akan terjadi paling lambat tanggal ke-18 bulan besok," jawab Tuan Guo tanpa sekali pun berpaling dari surat yang sedang ia susun.

"Bulan besok?" tanya Hong Lan. Ia mendekati Tuan Guo dan bersandar di meja tempatnya bekerja. "Bukankah besok bulan ke-10? Bukankah melakukan pernikahan di bulan tersebut adalah pamali?" Hong Lan bertanya dengan nada bingung yang tidak dibuat-buat. Ia memang sangat awam dalam hal pernikahan.

Tuan Guo mengangguk. "Memang. Sebetulnya banyak sekali pejabat yang menentang akan hal ini. Bagaimana pun pernikahan ini memiliki tujuan salah satunya adalah untuk menyambung kerja sama antara Zhong Tu dan Kerajaan Timur. Tidak mungkin jika pernikahan dengan tujuan semulia itu dilakukan di bulan ke-10 yang dipercaya akan membawa perselisihan dan perpecahan."

"Lantas kenapa mereka masih menyetujuinya?"

Surat laporan untuk Jenderal Fu sudah selesai disusun. Tuan Guo menggulungnya dengan hati-hati dan mengikatnya dengan seutas tali bambu. "Oleh karena itu, mereka menyarankan agar pernikahan itu dilaksanakan tanggal ke-18. Setidaknya tanggal tersebut berarti keberuntungan dalam pernikahan."

Meskipun belum mengerti sepenuhnya, Hong Lan akhirnya mengangguk terpaksa. Dalam hatinya ia berpikir, tidak mungkin takdir bisa ditipu dengan cara murahan seperti itu. "Lalu apa kau mengetahui kenapa pernikahan ini dilakukan begini terburu-buru?"

Tuan Guo menghentikan pergerakannya dan menaruh gulungan surat itu di meja. Ia tersenyum sopan sambil menatap Hong Lan. "Untuk masalah itu, hamba yang rendahan ini takut ia tidak memiliki jawabannya."

Hong Lan membalas senyum itu dan mengendikkan bahunya. "Baiklah."

Kemudian, terdengar suara pintu diketuk pelan. Seorang babu berkata dari baliknya. "Nona Hong, Prajurit Guo Xin datang untuk menemui Anda."

Hong Lan dan Tuan Guo saling berpandangan.

"Suruh dia masuk kemari," titah Hong Lan pada babu tersebut.

Tak lama, seorang pemuda jangkung dengan pembawaan canggung masuk ke dalam ruang kerja tersebut. "Salam, Nona Hong, Ayahanda," ujarnya sambil berlutut.

"Bangunlah, kamerad," ujar Hong Lan. "Ada masalah besar apa sampai kau repot-repot menemuiku?"

Guo Xin menurut dan bangun dari posisi berlututnya. Sinar matanya masih menunjukan rasa takut, tapi Hong Lan pun tahu bahwa ia sedang serius. "Maafkan kelancangan hamba yang rendahan ini karena telah mengganggu waktu pagi Nona Hong," ujarnya. "Tapi ada sesuatu yang mengganggu ketenangan Yang Mulia Tuan Putri belakangan ini, dan beliau tidak berkenan orang lain membantunya selain Nona Hong."

"Yun-er?" tanya Hong Lan. "Apa lagi yang dilakukan oleh anak itu?"

"Kemarin siang, ketika hujan belum turun di wilayah istana, seseorang mengetuk pintu gerbang kediaman Yang Mulia Tuan Putri. Menurut pernyataannya, ia merupakan perwakilan dari kediaman Marquis Zhangyen, datang jauh-jauh untuk mengirim sebuah kotak berisi seikat bunga mudan kering dan sehelai kain bermotif longxi."

[GL] Our Red WinterWhere stories live. Discover now