Bab 7

54 10 3
                                    

●●●

EYERESARROW
MEMPERSEMBAHKAN

●●●

OUR RED WINTER

●●●

XUE Ling menatap pantulan bayangannya sendiri di cermin. Tinggal beberapa jam lagi sebelum pertunjukannya dimulai dan ia masih bingung tentang sabuk warna apa yang harus ia pilih. Xia Yun kemarin sudah menyarankannya untuk memilih sabuk berwarna emas, tapi ketika dipakai, Xue Ling baru menyadari bahwa sabuk itu hanya menutupi sebagian kecil kulit perutnya.

Suara dingin Hong Lan ketika mengomentari pakaiannya terngiang kembali. Jujur saja, jika dibandingkan rasa gugupnya untuk tampil di hadapan Raja Qianlong, ia lebih gugup ketika membayangkan mata Jenderal Hong yang menatapnya lekat-lekat ketika ia sedang menari.

Tanpa disadari, pipi Xue Ling memerah.

"Ling-er..." Ketukan pelan terdengar dari luar pintu kamarnya. Tian Gong yang sudah siap sedari tadi memanggilnya lembut. "Sampai kapan kau akan bersiap-siap? Kita sudah harus pergi ke aula Jiangtai sekarang juga."

Menyadari ketidaksabaran dalam suara Tian Gong, Xue Ling cepat-cepat menyambar sabuk berwarna ungu yang paling besar dari sabuknya yang lain, menyampirkan mantel di pundaknya, dan menarik nafas dalam-dalam.

"Hamba akan keluar sekarang."

●●●

"Xia Yun memberi salam kepada Ayahanda," ujar Xia Yun sembari bersujud di hadapan sang Raja.

Qianlong tidak mengerti kenapa anak ini bisa berhasil datang walaupun tak ada yang mengundangnya. "Bukankah seharusnya kau sudah tidur, Yun-er?"

Xia Yun, yang baru saja bangun dari sujudnya, tersenyum tipis. Matanya menolak untuk menatap langsung ayahnya sendiri. "Hati saya berdebar dengan sangat kencang karena menantikan pertunjukan ini sampai tidak bisa tidur."

Raja Qianlong menghela nafas. Memang pada akhirnya, tidak ada yang bisa menang berdebat dengan Xia Yun. "Duduklah, Putriku."

Xia Yun berdecih dalam hati. Ia lalu menurut dan duduk di singgasananya yang terletak di samping kiri belakang singgasana sang Raja, sejajar dengan tempat Rashina yang duduk di samping kanan belakang. Berjalan dengan angkuh, sang Putri bahkan tidak mau repot-repot untuk memberikan salam pada ibu tirinya tersebut. Tapi anehnya, ia tetap sempat untuk berkedip nakal kepada Jenderal Hong yang berdiri tepat di belakang sang Raja.

Hong Lan memutar bola matanya jengah.

Beberapa pelayan mematikan lilin-lilin yang menyala di aula, menyisakan sedikit hanya untuk menerangi panggung. Hong Lan menahan nafasnya. Pertunjukan akan segera dimulai, dan ia mulai merasakan debaran jantung menyiksa dadanya.

Tian Gong sudah melepaskan pernak-perniknya dan kembali berpakaian seperti pedagang biasa. Ia naik ke atas panggung dan tersenyum penuh percaya diri.

"Hadirin sekalian yang hamba hormati," ujarnya mulai berpidato. "Pada zaman dahulu, Kekaisaran Jin Sha yang termasyhur selama berabad-abad, hancur dikarenakan kudeta para pejabatnya sendiri. Dari kehancuran tersebut, Kerajaan Zhong Tu, Kerajaan Timur, dan beberapa kerajaan lainnya berhasil bertahan serta menjadi negara yang mandiri.

[GL] Our Red WinterWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu