Bab 2

74 11 0
                                    

●●●

EYERESARROW
MEMPERSEMBAHKAN

●●●

OUR RED WINTER

●●●

"KAU adalah orang yang tidak bisa dinasihati, cenderung keras kepala, dan sering kali hanya memikirkan diri sendiri. Suatu saat sifat-sifatmu ini hanya akan membawamu ke kejatuhan yang menyakitkan."

Sambil merengut, Xia Yun menarik kembali tangan aristokratnya dari genggaman si peramal tua. Kain tipis yang menutupi setengah kepalanya tidak dapat menyembunyikan kemasaman yang menyengat dari wajahnya. "Omong kosong. Kau hanya penipu yang tidak tahu caranya bekerja dengan jujur."

Si peramal tua yang juga tersinggung karena kata-kata tidak ramah tersebut tidak terima. Selama bertahun-tahun, ia dikenal sebagai peramal paling senior dan akurat di Pasar Raya Zhongjing. Pria yang rambutnya sudah menjadi uban semua itu membalas Xia Yun sengit. "Nah, nah. Coba kau dengar dirimu sendiri. Apa kau pikir orang dengan mulut sesombong ini bisa sukses?"

"Paman saja yang tidak tahu apa-apa. Apapun yang aku lakukan, aku tetap akan menjadi pemimpin di negeri ini. Begitu yang ibuku katakan," Xia Yun menyanggah lagi.

Si peramal tua itu sampai tertegun saking kehabisan kata-kata. "Nak, aku tidak tahu siapa ibumu yang luar biasa itu, tapi yang ku tahu adalah memang itu yang para ibu katakan kepada anak-anaknya."

"Paman, dari sekian banyaknya hal yang kau ucapkan, yang benar hanya ada satu. Kau memang tidak tahu siapa ibuku," ujar Xia Yun dengan percaya diri. "Ibuku selalu benar."

Si peramal tua memasang raut aneh. "Nak, ku sarankan engkau untuk berhenti terlalu lengket dengan ibumu atau tidak ada gadis yang mau padamu."

Kedua alis Xia Yun kompak berkerut. "Tapi aku tidak butuh gadis-gadis."

"Nah, nah, dengarkan aku, nak. Kau mungkin memang merasa tidak membutuhkan gadis untuk sekarang. Tapi nanti, suatu saat nanti, nak, kau akan kesepian. Kau membutuhkan sifat alamiah seorang gadis untuk mengistirahatkan kepalamu yang panas itu. Kau akan membutuhkan mereka, nak. Percayalah padaku."

Peramal tua itu mengatakannya dengan serius dan kekhawatiran yang tulus. Xia Yun sedikit tersentuh karenanya. "Tapi, Paman, aku serius. Aku tidak butuh gadis. Aku ini seorang gadis."

Terkejut, si peramal tua kemudian langsung membuka kain yang menutup wajah Xia Yun. Lalu nampak jelas bahwa yang sedari tadi berdebat dengannya itu bukanlah bocah lelaki ingusan, tapi seorang gadis muda cantik yang sedang mekar-mekarnya. Dihempaskannya lagi kain itu dengan kesal.

"Nah, nah. Kalau begini, sih, semakin susah. Apa ibumu itu tidak pernah mengajarimu untuk berpakaian dengan baik? Bisa-bisanya kau keluar dengan hanya menggunakan celana begitu. Bahkan pemuda desa paling bodoh pun tidak akan mau melamarmu," omel si peramal tua.

Jengah, Xia Yun memutar bola matanya. Gadis itu lalu mengisyaratkan si peramal tua untuk mendekat, kemudian ia berbisik. "Dengar, Paman. Aku harap kau tidak terlalu terkejut dan bisa menjaga rahasia. Tapi aku ini adalah sang Putri, Xia Yun, yang sedang menyamar untuk pergi ke pasar. Kau dengar itu, Paman, ku ulangi sekali lagi. Aku ini adalah sang Putri, Xia Yun!"

Si peramal tua memandang Xia Yun seperti sedang memandang orang sinting tak tahu malu. "Baiklah, baiklah, terserah kau saja, Yang Mulia. Tapi lain kali, apapun alasannya, pakailah baju rapi jika hendak pergi ke luar. Nah, nah. Sekarang pergilah. Pelangganku di belakangmu sudah bosan mengantri."

Xia Yun mencibir kesal dan pergi dari kios tempat si peramal tua beroperasi. Kaki-kakinya yang jenjang dan ramping melangkah ringan di sepanjang jalan Pasar Raya Zhongjing. Sekitar satu bulan dari sekarang, di tempat ini, akan dirayakan festival kemerdekaan Kerajaan Zhong Tu yang biasanya berlangsung sekitar sepekan. Sebetulnya Xia Yun tidak terlalu tertarik, tapi pada festival tersebut, bibi jauhnya—Hong Lan—akan menjadi tokoh utama dalam pentas utamanya. Ia akan berperan sebagai ayahnya sendiri—Panglima Besar Jenderal Hong—dan menjadi tokoh yang akan memerdekakan Zhong Tu.

[GL] Our Red WinterWhere stories live. Discover now