∘☽ BAB 15 : Penulis dan Aspen (2) ☾∘

3 1 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Di mejanya, Gilbert terlihat begitu sibuk menulis. Tak sedikit pun ia memalingkan wajahnya dari kertas.

Di meja seberang, Cla memperhatikan. "Apakah kau butuh bantuan?" tanyanya.

"Tidak. Semua naskah ini dibutuhkan besok pagi. Jika kau membantuku bekerja keras menulisnya, kau bisa sakit," sahut Gilbert tanpa menoleh pada Cla sedikit pun.

"Ternyata di zaman Karellus ada deadline juga, bahkan sangat mepet dan tak manusiawi," batin Cla. "Ya, aku pernah demam etrinis gara-gara menulis naskah legenda sampai tak ingat waktu," imbuhnya.

"Besok pagi, para seniman akan memahat bagian (naskah) sebelumnya di dinding candi. Kau tinggal persiapkan sketsa dari naskah yang ini saja," kata Gilbert.

"Baik," jawab Cla.

Terdengar suara pintu diketuk, lalu dibuka dari luar. Perhatian Cla teralihkan pada dua pria tampan yang memasuki ruangan. Mereka adalah Pangeran Alastair dan Pangeran Christensen.

"Siapa mereka?" batin Cla.

"Gilbert sepertinya sibuk. Kami akan mendatangi aspen satunya, nona cantik ini," ucap Pangeran Alasta sembari duduk di kursi depan Cla tanpa permisi.

Chris meniru apa yang dilakukan oleh kakaknya itu. "Kau sepertinya kebingungan saat melihat kami. Aku adalah Pangeran Chris, dia kakakku __Pangeran Alasta," jelas Pangeran Chris.

Cla terkekeh. "Tentu aku tahu. Hanya saja, ini pertama kalinya aku bertemu secara langsung dengan kalian," ucapnya menutupi kegugupan karena sebenarnya ia memang tak tahu siapa kedua pria itu jika mereka tak memperkenalkan diri.

Pangeran Alasta memandangi Cla. "Ah, ternyata kau cantik juga jika dilihat dari dekat," ucapnya sembari beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri Cla dan duduk di kursi kosong samping wanita itu.

Cla menggeser kursinya untuk menjaga jarak dengan Pangeran Alasta. "Buaya darat!" teriaknya dalam hati.

"Kakak, kau berlebihan. Kau membuatnya tidak nyaman." Pangeran Chris merasa malu akan sikap kakaknya yang mata keranjang itu.

Pangeran Alasta menopang dagunya dengan tangan yang ditekuk ke meja, lalu memandangi Cla dari dekat. "Ayah memintaku datang ke mari untuk menuliskan tentangku. Tenang saja, kisahku tak sepanjang yang lain," ucapnya.

"Oh, begitu." Cla menganggukkan kepala.

"Huah." Pangeran Chris bangkit dari tempat duduknya untuk mengalah ada sang kakak, kemudian berlalu ke rak buku untuk membaca hasil karya Gilbert dan juga Cla.

Beberapa jam berlalu.

Pangeran Alasta masih bercerita dan Cla menuliskan poin penting sebelum ditulis ke dalam buku legenda.

"Pangeran Alasta adalah anak sulung Selir Agung. Dia memiliki penyakit kronis sejak kecil. Fisiknya terlihat lebih lemah karena dia mudah lelah dan pingsan. Bahkan, Pangeran Alasta tak diperbolehkan ikut dalam perang karena kondisinya itu," batin Cla. "Aku pernah membacanya di buku sejarah," imbuhnya.

"Aku sudah menuliskan poin terpentingnya. Setelah naskahnya selesai, aku akan menghubungimu, Pangeran," kata Cla.

"Menghubungi?" Pangeran Alasta tampak berpikir.

Cla menutup rapat mulutnya. "Ah, maksudku... memberitahumu."

"Begitu, ya."

Cla mengangguk. "Pangeran Alasta yang terlahir sebagai anak sulung selalu ingin mendapatkan perhatian lebih dari Putri Thea dan Pangeran Ryen selaku saudara (beda ibu) yang lebih tua darinya. Namun, kedua anak Permaisuri tak terlalu dekat dengannya. Kadang aku berpikir jika Pangeran Alasta sangat malang nasibnya. Tapi, itu dulu saat membaca legendanya. Setelah bertemu secara langsung dengannya, dia tipe pria yang mata keranjang. Sama seperti kebanyakan pria di zaman Karellus ini," ucap Cla dalam hati.

"Ngomong-ngomong, berapa umurmu?" tanya Pangeran Alasta yang membuat lamunan Cla buyar.

"Sekarang 23 tahun," jawab Cla.

Pangeran Alasta memandangi tubuh Cla. "Ternyata hanya beda satu tahun denganku. Kau seumuran dengan Chris, tapi kau terlihat seperti gadis berusia 16 tahunan. Kau berpostur mungil dan berisi...."

"Giliranku, Kak," potong Pangeran Chris yang menghampiri meja Cla.

"Bocah ini. Baiklah." Pangeran Alasta beranjak dari tempat duduknya, kemudian berlalu pergi untuk mencari buku menarik di rak, seperti yang dilakukan oleh Pangeran Chris.

"Maafkan kakakku yang menyebalkan itu," bisik Pangeran Chris.

"Oh, Pangeran Alasta sangat ramah," ucap Cla sembari terkekeh kaku.

Giliran Pangeran Chris yang bercerita pada Cla.

"Pangeran Christensen. Dia pria misterius. Tak banyak legenda yang mengisahkan tentangnya. Selain itu, dia mati di usia muda. Terdapat lubang di kepala yang diduga kalau itu adalah perbuatan sihir. Jadi, ada seseorang yang membunuhnya dengan sihir. Itulah sebabnya kepalanya berlubang. Entah siapa pembunuhnya, tapi aku tak percaya sihir," kata Cla dalam hati.

"Sudah. Aku sudah menceritakan semuanya," kata Pangeran Chris.

Lamunan Cla buyar, tangannya berhenti menulis. Ia melihat ada empat poin yang ia tulis dalam kertasnya. "Sudah?" tanyanya pada Pangeran Chris untuk memastikan.

"Ya," sahut Pangeran Chris.

"Ternyata inilah sebabnya legenda tentang dia hanya sedikit. Dia terkesan menutupi apa pun tentang dirinya. Benar-benar misterius. Selain itu, Pangeran Chris benar-benar pria baik dan menghormati perempuan, berbeda dengan Pangeran Ryen dan Pangeran Alasata yang mata keranjang," batin Cla.

Kedua pangeran pun berpamitan pada Cla dan Gilbert.

Setelah kedua pangeran itu benar-benar pergi, Cla bertanya pada Gilbert, "Apakah anak Kaisar hanya ada empat? Dua dari Permaisuri dan dua dari Selir Agung?"

Gilbert menyahut, "Kaisar punya banyak anak dari para selir di istana. Hanya saja, empat anak tertuanya itu yang memiliki hak khusus untuk diceritakan kisahnya dalam legenda."

"Begitu, ya. Jumlah anak Kaisar seluruhnya tak pernah tertulis dalam sejarah. Dan itu selalu menjadi misteri untukku," ujar Cla.

"Itu karena terlalu banyak nama yang harus disebutkan. Jadi, aku meringkasnya saja," tutur Gilbert.

Tengah malam.

Di kamarnya, Cla tertidur pulas. Begitu pula dengan Gilbert yang ketiduran di meja kerjanya. Ada selimut yang menutupi tubuhnya. Kemungkinan Cla yang menyelimuti pria itu sebelum ia sendiri pergi tidur.

Tiba-tiba terdengar suara gedoran pada pintu. Gedoran itu semakin keras, membuat Cla terlonjak bangun.

"Siapa yang datang bertamu malam-malam begini?" gumam Cla sembari bangkit untuk duduk. Wanita itu menguap kecil dan mengucek matanya.

Setelah cukup mengumpulkan kesadaran, Cla beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar. Ia melihat Gilbert yang masih ketiduran di meja.

Gedoran di pintu masih terdengar. Cla pun bergegas untuk membukanya. Ketika tangannya terulur, wanita itu tampak ragu.

"Bagaimana jika dia orang jahat? Sebelumnya tak pernah ada tamu malam-malam begini," batin Cla. Keringat dingin menetes dari dahinya.

Sebuah tangan menyentuh bahu Cla yang membuat wanita itu tersentak kaget. Ia menoleh, ternyata Gilbert yang terbangun. Pria itu mengucek matanya.

Cla bersembunyi di belakang Gilbert ketika pria itu membuka pintu. Tubuh seseorang terkulai ke lantai. Darah segar menetes dan menggenang. Cla dan Gilbert terkejut melihat kondisi tamu mereka.

"Pangeran Ryen?" Gilbert membantu pria yang ternyata adalah Pangeran Ryen untuk berdiri. "Apa yang terjadi?"

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

19.20 | 12 Januari 2017
Karya asli Ucu Irna Marhamah

Follow instagram @ucu_irna_marhamah dan @novellova

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran Terraحيث تعيش القصص. اكتشف الآن