∘☽ BAB 10 : Bintang Selatan (2) ☾∘

9 1 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Aeris menatap Lazarus Selatan dengan serius. "Jika aku membunuhmu, apakah aku bisa menggantikanmu menduduki posisi Lazarus Selatan?" tanyanya dengan santai. 

Wasit menautkan alisnya. "Pertarungan selanjutnya diberlakukan aturan," ucapnya.

Aeris mendelik sinis pada wasit. "Tidak konsisten."

Wasit menjelaskan, "Aeris, kau bisa dianggap menang jika berhasil mendapatkan topeng Lazarus Selatan."

"Lalu, bagaimana dengan dia?" tanya Aeris sembari menunjuk Lazarus Selatan.

"Jika Lazarus Selatan berhasil menumbangkanmu hingga hitungan ke-10, maka kau kalah," jawab wasit.

Aeris berdecak kesal. "Kau tidak mau Lazarus Selatan mati, ya? Padahal bisa saja aku memenggal kepala Lazarus, lalu membuka topengnya."

Wasit menggerutu, "Kau tidak bisa melakukan itu!"

"Aku bisa," sahut Aeris. "Ayo, lakukan," ucapnya dengan pandangan tertuju pada Lazarus Selatan.

"Aku tidak mau melawan singa betina yang terluka," tolak Lazarus Selatan, kemudian berlalu pergi.

Karena tidak melanjutkan pertarungan ke babak selanjutnya, maka Aeris dibawa ke ruang pengobatan. Ruangan tersebut merangkap dengan bangunan harem milik Markas Selatan.

Aeris dan tabib wanita memasuki bangunan yang tidak terlalu besar itu, tetapi terlihat nyaman. Ada banyak gadis cantik yang sibuk masing-masing di dalam gedung itu.

"Lewat sini, Lakrat." Tabib menunjukkan jalan.

"Lakrat? Aku belum dilantik secara resmi, lho," batin Aeris.

Di salah satu kamar, Aeris mendapatkan perawatan. Wanita itu memperhatikan tangan tabib yang gemetar saat mengobatinya.

Malam itu, Aeris tak bisa tidur meski berada di kamar yang cukup nyaman untuk ukuran ruang tidur di zaman Karellus.

Terdengar suara desahan lawan jenis dari kamar sebelah. Kemungkinan itu adalah tentara yang sedang bercinta dengan salah satu gadis harem.

Aeris menghela napas berat. "Tidak ada dinding kedap suara di zaman Karellus," batinnya.

Aeris mengeluarkan ponselnya. Jam masih menunjukkan pukul 17.25, sama seperti pertama memeriksa ponselnya sejak tiba di zaman Karellus.

"Yang terpenting sekarang adalah mengalahkan si mata keranjang Lazarus Selatan," gumam Aeris.

Keesokan paginya.

Para tentara memenuhi kursi stadion pertarungan. Mereka berbincang-bincang mengenai pertarungan semalam yang menewaskan 6 tentara berpangkat sekaligus. Dan pelakunya hanyalah seorang wanita.

Darah yang sudah mengering menghiasi rumput stadion. Beberapa tentara junior sibuk membersihkan darah tersebut menggunakan air dan sapu lidi.

Aeris dan Lazarus Selatan memasuki area pertarungan. Para penonton pun bersorak. Wasit berdiri di tengah.

"Lazarus Selatan dinyatakan kalah apabila topengnya berhasil diambil oleh Aeris. Sementara Aeris akan dinyatakan kalah apabila dia tumbang sampai hitungan ke-10," jelas wasit.

Pertarungan pun dimulai.

Lazarus Selatan tampak tenang. Bahkan, ia tidak terlihat seperti akan bertarung. Pria itu masih memakai mantelnya yang tentu saja akan menjadi penghalang dalam bertarung. Namun, sepertinya Lazarus Selatan tidak menganggap Aeris sebagai ancaman.

Aeris membatin, "Dia tidak memiliki inisiatif untuk menyerang duluan, ya? Kalau begitu...." Ia menyerang Lazarus Selatan secara frontal dengan gagang pedangnya.

Para Penjelajah Waktu di Kekaisaran TerraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang