keputusan

3 1 0
                                    

Keesokan harinya...
Tok
Tok
Tok

"non , ada tamu di bawah, katanya mau ketemu sama non " ucap bibik mengetuk pintu kamarku . Aku yang tadinya membaca al-waqi'ah , jadi berhenti dan membuka pintu kamar dengan mengenakan mukenahku .

"iya bik , sebentar " jawabku berjalan menghampiri pintu .

"siapa bik ?" tanyaku . Aku mengintip dari atas siapa tamu ku hari ini . Aku sangat-sangat keget dengan tamu yang akan ku temui hari ini . Dia bukanlah rafa, melainkan guz naufal bersama abah dan umi' . Aku segera kembali masuk ke kamar dengan menggeret pelan tangan bibi .

"ada apa  non, kok tiba-tiba panik ?" tanya bibik penasaran.  Aku mengajak bibik duduk di atas kasurku .

"bi, itu kyai sama bunyai saya ke sini, mereka mau ngelamar saya , tapi na ndak tau mau bilang apa ?" aku mengatakanya dengan gugup . Aku menggigit bibir bawahku sangking paniknya .

Bik marni memegang tanganku lalu berpesan " apanya yang harus bingung non, kamu beruntung , bisa dapet putra kyai, tau tentang  agama, tokoh agama , kenapa  harus panik heem?" tanya bibik .

"tapi bik, aku juga mau di lamar sama rafa cowok kemaren bik... Aku bingung harus pilih yang mana?" aku bertanya pendapat dari bik marni .

" menurut bibik, non, pilih jodoh yang bisa bawa non sampai ke syurga, yang bisa jaga non, dan yang bisa mendidik non biar lebih baik lagi, apalagi, non khafidzoh, suami non yang harus jaga hafalanya . " tutur Bibik . Aku terdiam tak berkutip . Perasaanku beraduk jadi satu , pikiranku , sedang perang memilih antara rafa atau guz naufal . Memang benar, kita sebagai perempuan harus bisa memilih laki-laki yang baik dan bisa menjadi imam yang baik juga . Tapi bagaimana dengan perasaan rafa, dia akan kecewa berat , dan dia akan membenciku .

" kalau na , pilih rafa bagaimana bik ?" aku bertanya lagi . Raut wajahku sangat lesuh menandakan kalau diriku sedang tidak baik-baik saja .

" kalau itu, pilihan non, ya enggak papa, tapi bibik mau bilang , nikah itu, hanya satu kali untuk selamanya , begitu pula dengan jodohnya, pilihlah laki-laki yang baik untuk menjadi pendamping hidup, biar tidak menyesal di kemudian hari " jawab bibik menyakinkanku .

"baiklah kalau begitu bik, na , harus yakin dengan kepetusan na sendiri . " aku mendengus dan menjawab perkataan bibik .

"ya sudah kalau begitu , non turun sekarang gih, nanti kelamaan nunggunya " bibik melepaskan genggaman tanganya . Aku memangguk pelan .

"bibik ke bawah dulu ya, mau ngasih jamuan " pamit bibik .

"iya bik, makasih saranya " jawabku lirih .

"iya non " jawab bibik . Bibikpun keluar dari kamarku . Aku bersiap diri untuk menemui mereka di bawah . Aku memilih gamis warna merah janda  , dengan keredung warna pink . Ku langkahkan kakiku keluar dari kamar dengan mengucapan bismillah yang aku lafalakan di setiap langkahku .

Sesampainya di bawah, mereka sudah berbicara dengan dady di ruang tamu . Aku memasang muka anggun dan ramah ke mereka . Aku juga menyapa lalu mencium punggung tangan umi' lalu, duduk di samping dady berhadapan dengan guz naufal . Guz naufal, memang tak terlalu polos, jika ada wanita, bukanya menunduk, malah di pandang terus menerus . Ya, itulah yang aku rasakan sekarang ini, dia terus menatapku entah sampai kapan .

" bagaimana dengan jawaban kamu na ?" belum juga satu menit berlalu, dady sudah bertanya tentang  hal itu .

"jawaban apa dad?" aku pura-pura tidak tahu menunjukan kepolosan diriku .

"gini loh , mereka kemari, mau ngelamar kamu, kamu , menerima lamaranya ?" jawab dady tersenyum lebar . Aku semakin deg-degan dengan jawabanku . Aku menoleh ke mereka yang sedang menunggu jawabanku .

Diam- Diam mencintaiWhere stories live. Discover now