26. Yang Andira Mau

224 31 12
                                    

Meskipun ekspresinya datar, percayalah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meskipun ekspresinya datar, percayalah... Apa yang ada dalam pikirannya tidak bisa di duga. Dinda akan semakin kalah saing jika Andira terjun juga ke dalam dunia akting. Sudah cantik paripurna, bisa masak, bisa bermain peran. Apa lagi memangnya yang tidak bisa Andira lakukan.

"Mau-mauan kamu sama suami orang."

"Namanya juga cinta, Bi. Rumit."

"Nggak rumit. Ini masalah kesadaran. Kamu cuma perlu sadar dan menerima bahwa laki-laki yang kamu suka sudah jadi milik orang."

Ada satu yang tidak bisa Andira lakukan yaitu menjadikan Yansha miliknya. Mau sebanyak apa pun keahlian yang dimilikinya, Andira tetap tidak bisa merubah fakta bahwa Yansha lebih memilih Dinda untuk di jadikan teman masa tuanya.

Malam ini Andira sedang mengemudikan mobilnya menuju sebuah tempat. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai. Baju yang dikenakannya adalah baju terusan berwarna maroon yang panjangnya hanya sampai setengah paha gadis itu.

"Aku nggak bisa. Semakin aku mau lupain dia yang ada malah semakin kepikiran."

"Cari pelarian."

"Aku nggak mau lari."

"Maunya jadi pelakor, ya?"

Andira mendengus. "Aku nggak bakal merebut Yansha dari istrinya. Lagipula mereka terlalu memaksakan padahal aslinya sama-sama nggak merasa cocok. Aku cuma mempermudahkan jalan untuk cerai aja. Sisanya terserah mereka, apa masih mau bertahan."

Bibi yang bukan lain adalah Adik dari Ayahnya Andira itu berdecak di seberang telepon.

"Udah nggak waras kamu, Ra."

"It's okey, Bi. Terserah Bibi mau nganggap gimana yang penting Bibi nggak ikut-ikutan menghalangi jalan aku."

Jeda beberapa detik sebelum sang Bibi bersuara lagi. "Di mana kamu sekarang?"

"Bentar lagi nyampe rumah Yansha."

"Loh, mau apa?!" Bibi kaget mengetahui ponakannya tahu-tahu sudah berada di sana. "Kamu nggak ada kapok-kapoknya, ya. Bibi sampe bingung mau ngomong apa."

Duh, capek juga ngomong sama orang tua.

Andira langsung saja mematikan telepon tepat saat mobilnya berhenti beberapa meter dari gerbang rumah Yansha. Ia pun ke luar dan menghampiri satpam yang sedang berjaga.

"Permisi, Pak."

Satpam tersenyum ramah. "Mbak mau ketemu sama yang punya rumah?"

"Iya. Yansha'nya ada kan?"

"Pak Yansha sama Bu Dinda lagi nggak di rumah, Mbak. Sudah dua minggu rumah ini kosong."

Mata Andira membulat. "Mereka pindah lagi?"

"Maksud saya kosong karena nggak di tempati. Kalau barang-barangnya ya masih ada."

"Tapi Bapak tahu nggak Yansha sama istrinya ke mana?"

Kasih Tak SampaiWhere stories live. Discover now