25. Merenung

228 35 29
                                    

"Doni, tadi Yansha ada cerita sesuatu sama kamu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Doni, tadi Yansha ada cerita sesuatu sama kamu?"

"Nggak ada, Bund. Doni udah mancing-mancing tapi dia malah ngusir. Katanya pergi aja kalo cuma mau ngurusin rumah tangga orang."

"Ya Allah... Itu anak begitu terus Don, kalau marah. Bunda minta maaf, ya? Bunda nggak bakal suruh-suruh Doni lagi."

"Iya, Bund. Nggak apa-apa." Doni sama sekali tidak tersinggung kok dengan sikap Yansha yang dingin. "Kalo gitu Doni undur diri ya, Bund. Mau nerusin kerjaan."

"Iya, Don. Semangat, yaa!!"

Setelah Doni pergi, Bunda pun berbalik untuk membuka pintu ruangan Yansha. Di sana juga sudah ada Alvi dan Ayah. Bunda sengaja membawa keduanya untuk membantunya meyakini Yansha. Sudah hampir dua minggu Yansha berpisah dari istrinya. Dinda ke rumah orangtuanya di Jakut, sedangkan Yansha kabur ke apartemen lamanya.

Alvi yang duduk di sofa berujar. "Si Dinda nggak lanjut main series."

"Hah? Yang bener, Dek?" Bunda mendekati Alvi dan duduk di sebelahnya. Matanya melihat ponsel yang menayangkan chat Alvi bersama manajernya. "Karena apa katanya?"

"Karena masalah kesehatan. Pagi tadi ke kantor agensi dianter Abangnya."

Kebanyakan makan pil tuh, batin Yansha yang mendengar dari kejauhan.

Sudah bukan rahasia lagi. Keluarga sudah tahu penyebab Yansha dan Dinda ribut sampai dua minggu lamanya. Ariksa telah menghubungi Ayah dan dengan jujur menceritakan semuanya seperti apa yang Dinda ceritakan padanya.

Ayah yang duduk di seberang meja Yansha menghela napas.

"Ayah nggak bakal banyak omong kayak Bunda. Ayah cuma mau nanya; Mas nggak mau jemput Dinda?"

Jika Yansha tidak cepat-cepat menjemput Dinda, wanita itu mungkin akan lebih betah di sana. "Sebelum Dinda makin betah di rumah orangtuanya, baiknya kamu jemput. Kamu sendiri yang repot nantinya kalo dia nggak mau pulang."

Bunda menarik kursi lain dan menempatkannya di samping kursi Ayah. Ia pun duduk, menghadap putranya yang menatap serius pada monitor.

"Bunda setuju sama Ayah. Break memang keputusan yang tepat. Tapi kalau lebih dari dua minggu, itu sama sekali ndak tepat, Mas. Bunda khawatir Andira berulah lagi."

"Jangan ngegosip deh, Bund," timpal Ayah dengan lelah.

"Loh, Ayah kenapa? Jangan menyangkal fakta bahwa Andira selama ini masih suka sama anak kita."

"Tapi Yansha udah nikah."

"Ya Bunda juga tahu."

"Terus, kalau Bunda tahu Andira bakal berulah kenapa Bunda tetep undang dia buat ikut pengajian?"

Bunda membuang muka. Hal tersebut membuat Ayah sebal tak terkecuali Yansha yang kini melirik keduanya. Kali ini Yansha setuju dengan Ayah. Seharusnya Bunda tidak perlu mengundang Andira. Namun Yansha gamang. Di sisi jahatnya Andira, dia secara tidak langsung telah membantunya untuk mengetahui rahasia Dinda.

Kasih Tak SampaiWhere stories live. Discover now