13. Latihan dan latihan!

9 8 0
                                    

"Terlambat satu menit. Apa kalian tidur dengan nyenyak?" tanya Pak Danial di depan pintu asrama mereka.

Nova mengangguk dengan semangat sedangkan Lyra menggelengkan kepalanya lesu. Dia berniat untuk tidur dan mengistirahatkan tubuhnya tapi tidak bisa. Padahal saat ini pun Piya masih tertidur dengan nyenyak, untung saja dia tidak terbangun tadi.

Mereka mulai berjalan menelusuri bangunan di sebelah barat.

"Banyak sekali bangunan di sini. Rasanya aku bisa tersesat kapan saja," gumam Lyra.

"Ya, ibaratnya mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, semuanya ada di sini," ucap Pak Danial dengan santainya. Lyra pun tidak terkejut mendengarnya karena memang sekolah ini begitu luas!

"Aku sudah hafal semua jalan di sini. Saat aku tersesat ada orang yang menolongku dan mengajakku berkeliling," ucap Nova pada Lyra yang berjalan di sebelahnya.

"Wah siapa dia? Bagaimana denah sekolah ini?" tanya Lyra dengan wajah penasaran.

"Jadi ketika melintasi gerbang depan, di kedua sisi jalan terdapat kebun, rumah kaca, dan taman bunga sebagai bahan untuk membuat ramuan. Tak jauh dari gerbang ada air mancur yang cantik di-"

"Iya, kalau itu aku sudah tahu. Langsung ke bangunan lain saja," ucap Lyra gemas. Pasalnya saat pertama masuk kemari, sudah pasti ia melewatinya. Tapi bagian luar memang sangat cantik dan teduh karena sisi-sisi jalan dipenuhi oleh pohon besar dan taman bunga, terdapat kursi taman juga di sana.

Nova tersenyum kikuk. "Hehe, baiklah. Di kedua sisi ruangan kepala sekolah adalah perpustakaan besar, ruang kelas, dan kantin. Di belakang bangunan utama, terdapat asrama kita lalu di bagian depan ada aula terbuka. Yang di sisi kanan adalah asrama perempuan, sedangkan yang kiri adalah asrama laki-laki."

"J-jadi bangunan yang sangat besar itu asrama?!" seru Lyra syok.

"Ya, benar. Di belakang asrama kita terdapat gudang, hutan, dan danau kecil sebagai tempat berlatih bagi para penyihir."

"Serius? Aku tidak lihat tuh?" ucap Lyra yang masih syok.

"Itu karena tertutup bangunan asrama kita. Kau tahu kan jika asrama kita sangat besar, kau juga tidak pernah berjalan-jalan ke belakang asrama," ucap Nova tertawa geli.

"L-lalu lalu? Ada bangunan apa lagi?"

"Eum, di sisi kanan bangunan utama terdapat laboratorium untuk kelas Alchemy, di sampingnya lagi terdapat kelas khusus untuk penyihir yang menguasai ilmu penyembuhan, bisa di bilang di sanalah rumah sakit academy. Lalu sedikit jauh dari tempat itu terdapat bangunan untuk kelas junior atau sekolah dasar. Di belakang gedung itu juga terdapat asrama, lapangan, dan tempat berlatih untuk mereka."

"Sedangkan di sisi kiri bangunan utama terdapat bangunan untuk anggota dewan, di sampingnya lagi terdapat ruang keamanan dan di sebelahnya terdapat Arena Sihir, aku tidak tahu itu untuk apa. Lalu yang terakhir adalah bangunan untuk penyihir kelas menengah. Dan kurasa kita sedang menuju ke arena sihir, benar begitu, Pak Danial?" ucap Nova panjang lebar. Sementara Lyra masih terkagum-kagum dengan penjelasan Nova yang luar biasa.

Lyra juga sadar, terdapat perubahan besar dalam diri Nova. Dia yang sebelumnya merasa takut untuk menjelaskan sesuatu, kini bisa menjelaskannya tanpa ragu. Ia sangat senang mengetahui itu.

"Benar sekali. Kita akan berlatih di arena sihir dan akhirnya kita sampai," ucap Pak Danial. Arena sihir ini seperti Colloseum yang sangat besar dan terlihat sangat megah, bukan seperti bangunan kuno.

"Tempat ini biasanya digunakan sebagai arena bertarung para penyihir dan partner mereka sebagai penilaian wajib yang diadakan dua kali dalam setahun. Selain itu tempat ini digunakan untuk acara-acara tertentu." Pak Danial menjelaskan dengan senyum khasnya. Pria itu selalu terlihat tenang setiap saat.

The Miracle Of CrystalsWhere stories live. Discover now