03. Apa yang Kulihat

24 9 0
                                    

Gadis itu bersimpuh, terbatuk memuntahkan darah yang begitu banyak. Tanpa pikir panjang, aku pun bergegas mendekatinya.

"Kau terluka parah. A-apa yang harus kulakukan?" tanyaku panik. Masa bodoh dengan dia akan menebasku atau tidak.

Dia menatapku yang masih tetap pada posisinya. "Para penyihir hitam sudah melepas segel Lazyra. Tak lama lagi dia akan benar-benar bangkit. Aku- uhuk! uhuk!"

Dia terhuyung ke depan. Dengan sigap aku menahannya dan menuntunnya untuk duduk. Entah kenapa aku merasa ngilu dengan luka-lukanya. Apalagi, dia memakai baju zirah yang kurasa sangat berat untuk dipakai dalam kondisi seperti ini.

"Aku tidak tahu apa maksudmu," ucapku menautkan kedua alisku.

"Tetapi kalau kau terus bicara, luka itu akan bertambah parah. Aku-"

Ucapanku terpotong tatkala tangan wanita itu menyentuh lembut tanganku. Dia tersenyum lebar dalam kondisinya yang terluka parah.

"Aku tak apa, tenang saja. Aku tak bisa menahan mu di sini karena kau akan mati jika terus berada di alam bawah sadar mu," ucapnya lirih. Dia benar-benar kehabisan tenaga.

"Dengar..."

"Lazyra mengincar kristal Lunar, dia berusaha menyerap kekuatan dalam dirimu untuk memulihkan jiwanya. Dan dia sudah menyerap sebagian besar kekuatanmu," ucapnya dengan sorot mata serius.

Aku terkejut. Wanita dengan tanduk dan sayap hitam yang kulihat tadi mungkin saja adalah Lazyra. Jangan-jangan yang tadi itu... dia berusaha menyerap kekuatanku? Kalau begitu dia akan segera bangkit karena berhasil mengambil apa yang ia inginkan. Ini jelas bukan berita yang bagus.

"Kenapa dia mengincar kristal itu?" tanyaku tak mengerti. Memang ada apa dengan kristal?

"Kristal itu berisi kekuatan suci, kekuatan terbesar alam semesta."

Wanita itu berhenti sejenak. Dia membuka telapak tangannya dan muncullah gambar di atas sana seperti hologram. Gambar sebuah kristal yang cantik namun retak di beberapa bagian.

"Kristal ini adalah mesin penghancur yang berbahaya, kekuatannya bahkan melebihi batas yang tak disangka," ucapnya terengah-engah.

Aku terkejut ketika melihat kristal yang semula utuh tiba-tiba saja terbagi menjadi tujuh bagian. Seketika aku teringat mengenai perang yang Lazyra tampilkan padaku. Mungkinkah perang itu terjadi karena kristal?

Itu tampak masuk akal sekarang.

"Carilah pecahan itu, meski kau harus mengorbankan segalanya, Lyra. Kaulah kunci utama untuk menghentikan semuanya, kaulah sang penjaga yang sebenarnya," lanjutnya dengan sayu.

Apa? Aku katanya? Orang sepertiku tidak mungkin bisa melakukan hal-hal semacam itu. Aku tidak pernah membayangkan diriku akan berkorban untuk orang lain, itu sangat bukan diriku sekali asal kalian tahu. Aku bukanlah kesatria seperti wanita di hadapanku dengan baju zirahnya yang keren.

"Sepertinya kau salah. Jangan berharap banyak padaku. Aku tidak sepertimu," ucapku dengan yakin. Benar-benar sangat yakin.

Wanita di hadapanku terdiam dengan wajah tak percaya. Dia seperti sedang menahan tawa melihatku. Kenapa sih?

The Miracle Of CrystalsWhere stories live. Discover now