05. Cerita dan Ramalan

23 9 0
                                    

Cklek!

Aku membuka pintu kamar Nova dengan semangat. "Hei hei. Aku berhasil bertemu dengan orang itu. Namanya Luci..."

"Astaga! Apalagi yang kalian lakukan sekarang?!" seruku dengan syok. Bagaimana tidak? Aku melihat Diana tengah menjambak rambut Nicole dengan tidak lazimnya. Sedangkan Elina tampak tenang menonton mereka begitu.

Aku menghela napas panjang lalu berjalan ke ranjang Nova. Di banding pingsan, dia lebih terlihat seperti tidur nyenyak. Dia tersenyum dalam tidurnya.

Aku membuka bungkus coklat yang baru saja ku beli dan mendekatkannya ke hidung Nova. Dalam hitungan 3... 2... 1...

Sret!

Mata Nova terbuka dengan lebar. Mulutnya terbuka dan langsung melahap coklat di depan wajahnya.

"Wah ajaib," kekeh Elina.

"Dasar tukang makan," gumam Nicole dengan sengaja. Nova yang baru menyadari kehadirannya pun berteriak histeris.

"A-apa yang dia lakukan di sini?!" bisiknya bersembunyi di balik bahuku.

"Dia tidak jahat Nova. Lihat, Diana sudah mengurusnya dengan sempurna," bisikku pada Nova sembari mengacungkan jempol. Namun dia tetap menggeleng dan semakin bersembunyi di balik tubuhku.

Diana berjalan mendekat lalu menepuk-nepuk pucuk kepala Nova beberapa kali.

"Tidak apa-apa dia sudah jinak. Nenek sihir itu akan bersikap baik padamu, oke? Heh, maaf padanya!" ucap Diana sembari menatap garang Nicole yang saat ini merengut tak suka.

Nicole mendengus kasar lalu memalingkan wajahnya ke samping. "Sebenarnya aku tak berniat begitu. Jadi, maaf. Sudah kan? Sebenarnya itu juga salah kalian karena mengikatku. Tapi untunglah aku sabar jadi tidak masalah. Yang terakhir, berhenti memanggilku nenek sihir!" ucapnya panjang lebar. Permintaan maaf yang tulus kurasa.

Nova menyipitkan matanya ragu. "Aku baru tahu ada permintaan maaf semacam itu. Kau yakin, Lyra?" bisik Nova di samping telingaku.

Aku mengangguk cepat. "Yakin, tenang saja. Dia akan membantu kita. Ada Diana juga yang akan mengurusnya," ucapku dengan tenang. Nova pun akhirnya mengangguk mengiyakan.

"Ngomong-ngomong apa kalian berdua tak penasaran dengan apa yang terjadi?" ucap Diana bersemangat.

Benar juga. Aku melihatnya menjambak rambut Nicole tadi.

"Memang apa yang terjadi?" tanya Nova penasaran.

"Kau tahu? Aku tak sengaja menjambak rambutnya tadi," ucap Diana dengan sebelah tangannya menunjuk ke arah Nicole. Dan sebelah tangannya lagi menjambak rambutnya sendiri seolah memperagakan kejadian tadi. Namun lagi-lagi Nicole merasa ternistakan.

"Lalu lalu?" seru Nova tak sabaran.

"Lalu- BOOM! Cahaya putih tiba-tiba keluar dari tanganku. Dan ingatan Nicole kembali!" seru Diana heboh. Sudah lama aku tak melihatnya begitu.

"Woah! Berarti kau punya sihir?!" ucap Nova tak kalah heboh.

Diana mengangguk dengan semangat. Senyuman lebar terpampang di wajah cantiknya. Tapi jika dia punya sihir, kenapa aku tak melihat tanda apa pun di bagian tubuhnya?

"Kau serius?" tanyaku.

"Serius!"

"Coba lakukan lagi. Aku mau lihat!" ucapku tak percaya. Namun tak seperti yang kubayangkan. Diana justru menggeleng dengan lesu.

"Aku sudah menjambaknya berulang kali, tapi tidak bisa. Mungkin itu hanya kebetulan? Aku tidak tahu," ucapnya sambil mengangkat kedua bahunya pelan.

Ah, itulah mengapa penampilan Nicole saat ini sangat berantakan. Aku dan Nova pun tertawa geli. Apa-apaan mereka ini?

The Miracle Of CrystalsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt